Wednesday 13 January 2016

Mengonversi Teks Opini/Editorial

Konversi teks adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengubah suatu teks menjadi bentuk teks yang lain. Untuk dapat mengonversi teks tersebut tentunya harus memahami struktur dan unsur kebahasaan teks yang akan diubah. Misanya saja teks yang akan diubah adalah teks opini/editorial diubah ke teks eksplanasi. Teks opini/editorial memiliki struktur antara lain pernyataan pendapat^argumentasi^pernyataan ulang pendapat. Sedangkan teks eksplanasi memiliki struktur pernyataan umum^urutan sebab-akibat. Unsur kebahasaan teks opini/editorial antara lain adverbia frekuentatif, konjungsi, verba material, relasional, dan mental, kosakata. Sedangkan unsur kebahasaan teks eksplanasi antara lain konjungsi (hubungan sebab akibat) , kata benda (nomina), kata kerja (verba) material dan relasional.
Fungsi teks opini/editorial biasanya menjelaskan berita artinya,dan akibatnya pada masyarakat.Teks opini/editorial juga mengisi latar belakang dari kaitan berita tersebut dengan kenyataan sosial dan faktor yang mempengaruhi dengan lebih menyeluruh. Teks opini terkadang juga ada ramalan atau analisis kondisi yang berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat akan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi serta meneruskan penilaian moral mengenai berita tersebut. Teks eksplanasi mempunyai fungsi sosial, yaitu memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang proses terjadinya sesuatu, disusun menurut prinsip sebab-akibat.

Bacalah teks “Sepertiga Penduduk Indonesia Derita Hipertensi” berikut ini dengan cermat.
hipertensi
“Sepertiga Penduduk Indonesia Derita Hipertensi”
No.StrukturKalimat
1.Pernyataan PendapatDi sebuah harian nasional, Selasa (22/5), Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Indonesian Society for Hypertension) memasang sebuah iklan dengan judul dalam bahasa Inggris: World Hypertension Day, May 17, 2012, sebuah momentum yang digalang World Hypertension Leage dengan tema “Healthy Life Style-Healthy Blood Pressure”. Sebagai orang awam tentu banyak dari kita yang bertanya, apa penting dan signifikansinya memperingati Hari Hipertensi Dunia, yang tepat jatuh pada pekan lalu itu?
2.ArgumentasiBagi masyarakat Indonesia yang belakangan ini dilanda berbagai persoalan sosial, mulai dari larangan konser Lady Gaga hingga berbagai kasus korupsi yang tiada hentinya, persoalan hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi) seperti tenggelam tak ada gaungnya. Apakah karena dianggap kurang menarik sehingga tidak ada yang mau peduli?

Padahal, kalau melihat angka penderita hipertensi di Indonesia, haruslah kita waspada dan sangat peduli. Prevalensi penyakit ini di Indonesia mencapai 31,7 persen, artinya diperkirakan satu dari tiga penduduk berusia di atas 18 tahun adalah penderita hipertensi. Hal ini berarti puluhan juta penduduk Indonesia dipastikan menderita hipertensi.

Kalau hipertensi tanpa dampak, kita mungkin patut abai dan tenang-tenang saja. Persoalannya, hipertensi dapat memicu berbagai penyakit lain sebagai akibat rusaknya berbagai organ tubuh, seperti otak, ginjal, dan jantung kalau tidak ditangani dengan baik.

Secara global, penyakit hipertensi memiliki angka kematian yang cukup mencemaskan, yakni mencapai 7 juta orang meninggal per tahunnya di dunia. Hingga kini, diperkirakan lebih dari 1 milyar penduduk bumi menderita hipertensi.

Pada keluarga yang anggotanya menderita gagal ginjal, tentu sudah merasakan betapa beratnya biaya dan beban hidup yang harus ditanggung untuk cuci darah misalnya, meski mungkin sudah dibantu asuransi. Salah satu penyebab gagal ginjal adalah hipertensi. Penyakit lain yang juga bisa dipicu oleh hipertensi adalah stroke dan jantung koroner. Berbeda dengan demam berdarah yang penderitanya bisa meninggal dunia seketika, berbagai penyakit yang dipicu oleh hipertensi tersebut bisa berlangsung berkepanjangan dan bahkan menguras biaya yang sangat besar.

Bila hipertensi tidak diperhatikan, dirawat, atau pun dicegah, dipastikan akan menimbulkan berbagai penyakit lain yang bakal mengurangi kesejahteraan dan produktivitas. Dengan demikian, bermula dari masalah kesehatan dalam keluarga akan dapat menimbulkan masalah lain, yaitu problem ekonomi dan sosial. Maka, melalui tajuk rencana ini masyarakat diingatkan untuk tidak mengabaikan kesehatan. Masyarakat diimbau untuk selalu menjaga gaya dan pola hidup yang sehat.

Imbauan ini harus pula dibarengi dengan berbagai kampanye dan penyuluhan untuk berbagi pengetahuan tentang kesehatan. Hal ini dapat membangun dan menyadarkan masyarakat mengenai perlunya gaya dan pola hidup yang sehat. Tujuannya agar warga terhindar dari hipertensi dan berbagai penyakit turunannya.
3.Pernyataan Ulang PendapatDengan demikian, kampanye dan penyuluhan seperti yang dilakukan Perhimpunan Hipertensi Indonesia ini harus dihargai, mengingat risiko dan kerugian yang ditimbulkan penyakit ini sangat besar. Bukan saja menyebabkan beban bagi anggota keluarga penderita hipertensi, tetapi juga bagi masyarakat. Risiko ini dapat dikurangi kalau masyarakat memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai hal itu.
(Sumber: Sinar Harapan, Rabu, 23 Mei 2012)

Konversikanlah teks “Sepertiga Penduduk Indonesia Derita Hipertensi” di atas menjadi sebuah teks lain dengan struktur yang berbeda.

Teks Eksplanasi
Sepertiga Penduduk Indonesia Derita Hipertensi
No.StrukturKalimat
1.Pernyataan UmumDi sebuah harian nasional, Selasa (22/5), Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Indonesian Society for Hypertension) memasang sebuah iklan dengan judul dalam bahasa Inggris: World Hypertension Day, May 17, 2012, sebuah momentum yang digalang World Hypertension Leage dengan tema “Healthy Life Style-Healthy Blood Pressure”. Sebagai orang awam tentu banyak dari kita yang bertanya, apa penting dan signifikansinya memperingati Hari Hipertensi Dunia, yang tepat jatuh pada pekan lalu itu?
2.Urutan Sebab-akibatBagi masyarakat Indonesia persoalan hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi) seperti tenggelam tak ada gaungnya. Hal ini disebabkan karena belakangan ini masyarakat Indonesia dilanda berbagai persoalan sosial, mulai dari larangan konser Lady Gaga hingga berbagai kasus korupsi yang tiada hentinya,

Padahal, kalau melihat angka penderita hipertensi di Indonesia, haruslah kita waspada dan sangat peduli. Prevalensi penyakit ini di Indonesia mencapai 31,7 persen, artinya diperkirakan satu dari tiga penduduk berusia di atas 18 tahun adalah penderita hipertensi. Hal ini berarti puluhan juta penduduk Indonesia dipastikan menderita hipertensi.

Kalau hipertensi tanpa dampak, kita mungkin patut abai dan tenang-tenang saja. Persoalannya, hipertensi dapat memicu berbagai penyakit lain sebagai akibat rusaknya berbagai organ tubuh, seperti otak, ginjal, dan jantung kalau tidak ditangani dengan baik.

Secara global, penyakit hipertensi memiliki angka kematian yang cukup mencemaskan, yakni mencapai 7 juta orang meninggal per tahunnya di dunia. Hingga kini, diperkirakan lebih dari 1 milyar penduduk bumi menderita hipertensi.

Pada keluarga yang anggotanya menderita gagal ginjal, tentu sudah merasakan betapa beratnya biaya dan beban hidup yang harus ditanggung untuk cuci darah misalnya, meski mungkin sudah dibantu asuransi. Salah satu penyebab gagal ginjal adalah hipertensi. Penyakit lain yang juga bisa dipicu oleh hipertensi adalah stroke dan jantung koroner. Berbeda dengan demam berdarah yang penderitanya bisa meninggal dunia seketika, berbagai penyakit yang dipicu oleh hipertensi tersebut bisa berlangsung berkepanjangan dan bahkan menguras biaya yang sangat besar.

Bila hipertensi tidak diperhatikan, dirawat, atau pun dicegah, dipastikan akan menimbulkan berbagai penyakit lain yang bakal mengurangi kesejahteraan dan produktivitas. Dengan demikian, bermula dari masalah kesehatan dalam keluarga akan dapat menimbulkan masalah lain, yaitu problem ekonomi dan sosial. Maka, melalui tajuk rencana ini masyarakat diingatkan untuk tidak mengabaikan kesehatan. Masyarakat diimbau untuk selalu menjaga gaya dan pola hidup yang sehat.

Imbauan ini harus pula dibarengi dengan berbagai kampanye dan penyuluhan untuk berbagi pengetahuan tentang kesehatan. Hal ini dapat membangun dan menyadarkan masyarakat mengenai perlunya gaya dan pola hidup yang sehat. Tujuannya agar warga terhindar dari hipertensi dan berbagai penyakit turunannya.

Dengan demikian, kampanye dan penyuluhan seperti yang dilakukan Perhimpunan Hipertensi Indonesia ini harus dihargai, mengingat risiko dan kerugian yang ditimbulkan penyakit ini sangat besar. Bukan saja menyebabkan beban bagi anggota keluarga penderita hipertensi, tetapi juga bagi masyarakat. Risiko ini dapat dikurangi kalau masyarakat memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai hal itu.
(Sumber: Sinar Harapan, Rabu, 23 Mei 2012)

Kaidah Kebahasaan Teks Opini/Editorial

Teks opini adalah teks yang berisi perkiraan, pikiran, pendapat, atau anggapan tentang suatu hal. Pendapat atau piiran setiap orang mengenai suatu hal berbeda-beda. Perbedaan pendapat bergantung pada sudut pandang dan latar belakang yang dimiliki. Pendapat dapat berupa saran, kritik, tanggapan, harapan, nasihat, atau ajakan. Diterima atau tidaknya gagasan atau usulan tersebut oleh pihak lain bergantung kepada kuat atau tidaknya argumentasi yang diajukan. Seseorang bebas menuangkan pandangannya terhadap sebuah persoalan melalui teks opini ini. Dalam mengungkapkan pendapat atau pikiran harus dilengkapi dengan fakta penunjang dan alasan yang masuk akal agar teks opini yang dibangun bisa diterima oleh pembaca atau pendengar. Jangan sampai teks yang tercipta itu hanya berisi pendapat kosong yang cenderung seperti khayalan belaka.

Pada tulisan ini akan dibahas mengenai kaidah kebahasaan teks Opini. Kaidah kebahasaan adalah aturan-aturan mendasar yang menjadi standar untuk dipakai dalam pemahaman bahasa teks opini. Ciri yang paling menonjol adalah penggunaan teks opini antara lain yang berhubungan dengan adverbia, konjungsi, verba (material, relasional, dan mental) dan kosa kata. Konjungsi yang banyak dijumpai pada teks opini adalah konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi, konjungsi yang menyatakan hubungan sebab akibat,  dan konjungsi yang menyatakan harapan, seperti agar, supaya, dan sebagainya. Untuk lebih memahami kaidah kebahasaan teks opini berikut ini contoh teks yang dapat anda amati.

Menjual Sembari Menjaga Nirwana
No.StrukturKalimat
1.Pernyataan PendapatIndonesia adalah surga sekaligus kisah nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa lalu. Ada begitu banyak tempat indah yang tersembunyi dan masih belum tersentuh. Sayangnya, tempat-tempat itu belum digarap serius sebagai tujuan wisata. Jangankan membuat program wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintah.
2.ArgumentasiDalam beberapa tahun terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah. Padahal, dengan pariwisata, daerah bisa mendapatkan penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya.
menjual nirwana
Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata. Kepulauan itu memiliki pantai-pantai indah, laut yang bening dan tenang, serta ikan berwarna-warni yang menyelinap di antara terumbu karang indah. Menjelang senja, matahari menjadi bola merah yang ditelan laut jingga. Namun, di sana juga berlangsung perusakan alam yang kerap didukung para politikus. Mereka datang hanya pada saat kampanye untuk memancing suara, bahkan mempersilakan para nelayan mengeb*m terumbu karang. Keinginan pemerintah pusat menjadikannya sebagai taman nasional ditentang justru oleh pemerintah daerah.

Di Mentawai, Sumatera Barat, lain lagi yang terjadi. Kepulauan ini memiliki ombak terbaik untuk berselancar. Di dunia ini hanya ada tiga tempat yang memiliki barrel-ombak berbentuk terowongan-yang dapat ditemui sepanjang waktu: Hawaii, Haiti, dan Mentawai. Namun, pemerintah daerah seolah-olah tidak berdaya di sana. Resor tumbuh menjamur, tetapi kontribusi mereka kepada ekonomi daerah amat minimal. Mungkin ini merupakan bentuk “protes” mereka kepada pemerintah daerah yang tidak serius membangun prasarana wisata di sana.

Dengan ribuan “surga yang tersembunyi” itu, pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah wisatawan asing yang datang ke negeri ini. Tahun lalu, menurut catatan Badan Pusat Statistik, hanya ada 8 juta wisatawan asing yang datang berkunjung ke Indonesia. Jangankan dibandingkan dengan Prancis yang mampu mendatangkan 83 juta turis tahun lalu, jumlah wisatawan asing ke Indonesia masih jauh dari Malaysia, yang menurut United Nations World Tourism Organization kedatangan 25 juta pelancong pada 2012. Ini menempatkan Malaysia pada peringkat ke-10 negara dengan jumlah wisatawan asing terbanyak.

Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia adalah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki. Pemerintah pusat ataupun daerah masih lebih senang mendapatkan uang dengan cara mengeksploitasi sumber daya alam. Mereka lebih suka membabat hutan untuk mengambil kayunya, menggali buminya untuk mengeduk mineral di dalamnya, atau menggantikan pepohonan hutan dengan kelapa sawit. Pariwisata dianggap tidak terlalu menguntungkan-terutama untuk pejabat yang korup. Tidak ada resor atau pengelola wisata yang bisa membayar setoran ke pejabat korup sebesar yang disetor pejabat hutan atau pemilik tambang.

Kesadaran menjaga alam dan mengembangkan potensi wisata justru datang dari operator wisata. Di Togean, seorang pemilik resor harus membayar nelayan secara berkala agar mereka tidak memburu ikan dengan b*m. Ia berupaya menyadarkan masyarakat tentang arti penting keindahan alam di halaman rumah mereka. Di Hulu Bahau, Kalimantan Utara, seorang ketua adat besar berhasil menyadarkan masyarakat untuk menjaga hutan. Bersama lembaga seperti WWF, masyarakat di sana mengembangkan wisata sungai dan rimba.

Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik. Singapura, misalnya, pulau kecil yang penuh beton itu mampu membuat banyak atraksi wisata-meski sebagian besar artifisial dan terlihat lebih indah di iklan-yang mampu menarik 15 juta wisatawan asing. Hampir dua kali lipat dari yang ke Indonesia.

Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba. Padahal tempat-tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan jalan sendiri. Berapa banyak peminat wisata yang tahu, misalnya, bahwa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, di pertemuan antara Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan arus surut Sungai Kampar, terdapat “bono”, tidal bore yang dirindukan para selancar sungai, dan diakui sebagai yang terbaik di dunia.
3.Pernyataan Ulang PendapatIndonesia memang surga sekaligus kisah nyata. Di tangan para pemangku kepentingan terletak tanggung jawab merayakannya.

Berdasarkan isi teks opini/editorial di atas, terdapat beberapa argumentasi penulis. Tentukanlah apakah setuju atau tidak pada pendapat tersebut dengan membubuhkan tanda centang (√) pada kolom (S) jika setuju dan pada kolom (TS) jika tidak setuju.
No.ArgumentasiSTS
1.Keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah.-
2.Dengan ribuan “surga yang tersembunyi” itu, pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah wisatawan asing yang datang ke negeri ini.-
3.Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia adalah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki.-
4.Selain membangun infrastruktur-seperti akses ke tempat itu-dan sarana semisal transportasi dan penginapan, pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik.-
5.Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba. Padahal tempat-tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan jalan sendiri.-

Kemukakanlah pendapat kalian tentang beberapa pernyataan berikut ini.
Dengan pariwisata, daerah bisa mendapatkan penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya. Apa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut? Maksudnya adalah dengan pariwisata daerah dapat memperoleh penghasilan dari pengunjung obyek wisata yang ada sekaligus juga memelihara kelestarian sumber daya alam yang menjadi obyek wisata tersebut.

Setujukah dengan pernyataan: Resor tumbuh menjamur, tetapi kontribusi mereka kepada ekonomi daerah amat minimal. Saya setuju karena pertumbuhan resort seharusnya dapat menambah pendapatan daerah. Dengan meningkatnya pendapatan daerah mengakibatkan ekonomi daerah juga meningkat.

Mungkin ini merupakan bentuk “protes” mereka kepada pemerintah daerah yang tidak serius membangun prasarana wisata di sana. Apa yang dimaksudkan pengarang dengan kata “protes” pada pernyataan ini? Protes di sini adalah pernyataan tidak setuju terhadap kebijakan pemerintah yang tidak membangun prasarana wisata.

Judul teks tersebut adalah “Menjual Sembari Menjaga Nirwana”. Apa yang hendak dijual di sini? Yang dimaksud dijual di sini adalah menawarkan keindahan obyek wisata kepada para wisatawan. Dengan datangnya wisatawan mendatangkan pendapatan darah.
Indonesia adalah surga sekaligus kisah nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa lalu. Ada begitu banyak tempat indah yang tersembunyi dan masih belum tersentuh. Sayangnya, tempat-tempat itu belum digarap serius sebagai tujuan wisata. Jangankan membuat program wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintah. Dalam paragraf pertama tersebut terdapat kalimat yang dicetak miring yang merupakan kalimat utama paragraf tersebut. Beberapa kalimat utama masing-masing paragraf adalah sebagai berikut.
  1. Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah.
  2. Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata.
  3. Di Mentawai, Sumatera Barat, lain lagi yang terjadi.
  4. Dengan ribuan “surga yang tersembunyi” itu, pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah wisatawan asing yang datang ke negeri ini.
  5. Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia adalah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki.
  6. Kesadaran menjaga alam dan mengembangkan potensi wisata justru datang dari operator wisata.
  7. Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik.
  8. Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba.

Sebuah teks opini biasanya mengupas tuntas suatu masalah aktual tertentu dengan tujuan memberi tahu, memengaruhi, meyakinkan, atau bisa juga sekadar menghibur pembacanya. Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan untuk mengekspresikan opini tersebut harus mengungkapan tujuan. Dalam menyatakan sebuah informasi, kata-kata dipilih secara hati-hati untuk mengekspresikan sikap dan sudut pandang penulis. Cara penulis teks mengungkapkan tujuannya melalui teks opini/editorial adalah dengan cara sebagai berikut.
  1. Penulis menjelaskan kejadian-kejadian penting kepada para pembaca. Penulis menerangkan bagaimana suatu kejadian tertentu berlangsung, faktor-faktor apa yang diperhitungkan untuk menghasilkan perubahan dalam kebijakan pemerintah, dengan cara bagaimana kebijakan baru akan mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi suatu masyarakat.
  2. Untuk memperlihatkan kelanjutan suatu peristiwa penting, penulis teks opini menggambarkan kejadian tersebut dengan latar belakang sejarah, yaitu menghubungkannya dengan sesuatu yang telah terjadi sebelumnya.
  3. Suatu teks opini kadang kadang menyajikan analisis yang melewati batas berbagai peristiwa sekarang dengan tujuan meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada masa datang.
  4. Para penulis editorial mempertahankan kata hati masyarakat. Mereka mempertahankan isu-isu moral dan mempertahankan posisi mereka. Merek berkata kepada pembacanya tentang sesuatu yang benar dan salah.
Adverbia
Dalam sebuah teks opini/editorial biasanya digunakan bahasa yang dapat mengekspresikan sikap eksposisi. Agar dapat meyakinkan pembaca, diperlukan ekspresi kepastian, yang bisa dipertegas dengan kata keterangan atau adverbia frekuentatif, seperti selalu, biasanya, sebagian besar waktu, sering, kadang-kadang, jarang, dan lainnya. Adverbia frekuentatif yang ada dalam teks di atas adalah sebagai berikut.
No.KalimatAdverbia Frekunesi
1.Jangankan membuat program wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintahkerap
2.Namun, di sana juga berlangsung perusakan alam yang kerap didukung para politikus.kerap

Konjungsi
Konjungsi yang banyak dijumpai pada teks opini adalah konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi, seperti pertama, kedua, berikutnya, dan sebagainya; atau konjungsi yang digunakan untuk memperkuat argumentasi, seperti bahkan, juga, selain itu, lagi pula, sebagai contoh, misalnya, padahal, justru dan lain-lain; atau konjungsi yang menyatakan hubungan sebab akibat, seperti sejak, sebelumnya, dan sebagainya; konjungsi yang menyatakan harapan, seperti agar, supaya, dan sebagainya.
No.KalimatKonjungsiFungsi Konjungsi
1.Kesadaran menjaga alam dan mengembangkan potensi wisata justru datang dari operator wisata.JustruUntuk memperkuat argumentasi
2.Selain membangun infrastruktur dan sarana semisal transportasi dan penginapan, pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik..AgarUntuk menyatakan harapan
3.Keinginan pemerintah pusat menjadikannya sebagai taman nasional ditentang justru oleh pemerintah daerah.JustruUntuk memperkuat argumentasi
4.Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah. BahkanUntuk memperkuat argumentasi
5.Mereka datang hanya pada saat kampanye untuk memancing suara, bahkan mempersilakan para nelayan mengeb*m terumbu karang. BahkanUntuk memperkuat argumentasi
5.Namun, di sana juga berlangsung perusakan alam yang kerap didukung para politikus.JugaUntuk memperkuat argumentasi
6.Singapura, misalnya, pulau kecil yang penuh beton itu mampu membuat banyak atraksi wisata-meski sebagian besar artifisial dan terlihat lebih indah di iklan-yang mampu menarik 15 juta wisatawan asing.MisalnyaUntuk memperkuat argumentasi
7.Berapa banyak peminat wisata yang tahu, misalnya, bahwa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, di pertemuan antara Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan arus surut Sungai Kampar, terdapat “bono”, tidal bore yang dirindukan para selancar sungai, dan diakui sebagai yang terbaik di dunia.MisalnyaUntuk memperkuat argumentasi
8.Padahal, dengan pariwisata, daerah bisa mendapatkan penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya.PadahalUntuk memperkuat argumentasi
9.Padahal tempat-tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan jalan sendiri.PadahalUntuk memperkuat argumentasi
10.Di Togean, seorang pemilik resor harus membayar nelayan secara berkala agar mereka tidak memburu ikan dengan b*m.AgarUntuk menyatakan harapan

Verba
Teks opini mencakup penggunaan kata kerja material, relasional, dan mental sekaligus.  Verba (kata kerja) material merupakan verba yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa, misalnya mengunyah, membaca, menulis, dan sebagainya. 

Verba relasional adalah verba yang menunjukkan hubungan intensitas (yang mengandung pengertian A adalah B), sirkumstansi (yang mengandung pengertian A pada/di dalam B), dan milik (yang mengandung pengertian A mempunyai B). Verba yang pertama tergolong ke dalam verba relasional identifikatif, sedangkan verba yang kedua dan ketiga tergolong ke dalam verba relasional atributif. Pada verba relasional identifikatif terdapat partisipan token (token) atau teridentifikasi (identified) dan nilai (value) atau pengidentifikasi (identifier). Misal: Ayah (token) adalah (verba relasional identifikasi) pelindung keluarga (nilai). Pada verba relasional atributif terdapat partisipan penyandang (carrier) dan sandangan (attribute). Misal: Ayah (penyandang) mempunyai (verba relasional atributif) mobil baru (sandangan).

Verba mental, pada umumnya digunakan untuk mengajukan klaim. Verba ini menerangkan persepsi (misalnya: melihat, merasa), afeksi (misalnya: suka, khawatir), dan kognisi (misalnya: berpikir, mengerti). Pada verba mental ini terdapat partisipan pengindera (senser) dan fenomena. Contohnya dalam klausa: Saya mempercayai bahwa..., Menurut saya..., Saya berpendapat.... Contoh lain dalam kalimat: Ayah (pengindera) mendengar (verba mental) kabar itu (fenomena).
No.KalimatVerbaJenis Verba
1.Indonesia adalah surga sekaligus kisah nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa lalu.AdalahVerba Relasional
Identifikatif
2.Selain membangun infrastruktur dan sarana semisal transportasi dan penginapan, pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik..Membangun, MembungkusVerba Material
3.Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata. Kepulauan itu memiliki pantai-pantai indah, laut yang bening dan tenang, serta ikan berwarna-warni yang menyelinap di antara terumbu karang indahMenyelinapVerba Material
4.Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia adalah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki. AdalahVerba Relasional
Identifikatif
5.Mungkin ini merupakan bentuk “protes” mereka kepada pemerintah daerah yang tidak serius membangun prasarana wisata di sana.MerupakanVerba relasional atributif
5.Mereka datang hanya pada saat kampanye untuk memancing suara, bahkan mempersilakan para nelayan mengeb*m terumbu karang.MempersilahkanVerba Material
6.Mereka lebih suka membabat hutan untuk mengambil kayunya, menggali buminya untuk mengeduk mineral di dalamnya, atau menggantikan pepohonan hutan dengan kelapa sawitMembabat, MengedukVerba Material
7.Jangankan membuat program wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintah.Membuat, MembangunVerba Material
8.Berapa banyak peminat wisata yang tahu, misalnya, bahwa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, di pertemuan antara Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan arus surut Sungai Kampar, terdapat “bono”, tidal bore yang dirindukan para selancar sungai, dan diakui sebagai yang terbaik di dunia.TerdapatVerba Relasional atributif
9.Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik.MemikirkanVerba Mental
10.Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba.BerpandanganVerba Mental

Kosakata
Dalam membuat teks opini, seorang penulis harus kaya akan kosakata agar teks yang dibangun memperlihatkan seorang penulis yang berwawasan luas. Di dalam teks tersebut, terlihat beberapa kosakata yang jarang digunakan dalam keseharian. Beberapa kosa kata baru yang ada dalam teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana” adalah sebagai berikut.

No.KosakataArti Kosakata
1.terumbuDangkalan di laut (yang tidak terlalu luas), terjadi dari gundukan batuan, seperti gamping atau koral, sering kelihatan apabila air surut
2.cetekTidak mendalam (tentang pengetahuan dan sebagainya)
3.nirwanaTempat kebebasan (kesempurnaan); surga
4.mengedukMengeruk; mengorek; menggali;
5.membabatMenebas; merambah (pohon-pohon, semak belukar, rerumputan, dan sebagainya);
6.resorDaerah kecil; daerah kuasa:
7.artifisialTidak alami, buatan
8.kreatifMemiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta:
9.eksploitasiPengusahaan; pendayagunaan:
10.kontribusiUang iuran (kepada perkumpulan dan sebagainya); sumbangan
11.statistikCatatan angka-angka (bilangan); perangkaan; data yang berupa angka yang dikumpulkan, ditabulasi, digolong-golongkan sehingga dapat memberi informasi yang berarti mengenai suatu masalah atau gejala
12.wisataBepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan sebagainya); bertamasya;
13.wisatawanOrang yang berwisata; pelancong; turis:
14.pelancongBepergian untuk bersenang-senang; bertamasya; pesiar:
15.potensiKemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya;
16.infrastrukturPrasarana
17.aksesJalan masuk
18.atraksiSesuatu yang menarik perhatian; daya tarik;
19.selancarOlahraga yang dilakukan di atas air dengan cara berdiri di atas sebilah papan, meluncur sambil melenggok-lenggok seirama dan lajunya ombak;
20.pemangkuPengelola; penyelenggara (pemerintahan dan sebagainya)

Analisis Isi Teks Editorial

Tujuan Pembelajaran:
Siswa mampu menganalisis isi teks editorial.
Pada pelajaran sebelumnya kita telah mempelajari struktur dan kaidah dalam teks editorial. Pada bagian ini kita akan belajar menentukan isi dari bagian-bagian teks editorial. Adapun bagian-bagian teks editorial adalah sebagai berikut.
a. Judul
Pada umumnya syarat teks editorial sama dengan judul artikel opini, yaitu provokatif, singkat, padat, relevan, fungsional, representative dan merujuk pada bahasa baku.
b. Tesis
Pada bagian pembuka editorial, dipaparkan latar belakang dari permasalahan yang diangkat dalam teks,
c. Argumentasi
Teks editorial membahas masalah yang sedang diperbincangkan umum di masyarakat. Masalah yang diulas biasanya berskala nasional. Teks editorial jarang membahas isu internasional. Isu internasional hanya akan dibahas jika memberikan efek pada stabilitas nasional. Dalam mengulas sebuah masalah, penulis selalu menyertakan beraneka argumentasi.Argumentasi ini bisa menyertakan fakta dan opini.
d. Penegasan ulang
Bagian ini berisi saran dan solusi dari penulis atas permasalahan yang sedang dibahas atau bisa berupa kesimpulan yang sifatnya menegaskan ulang pendapatnya.

Contoh Teks Editorial

Ciremai yang Patut Dipertahankan
Kabar pengembalian Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Ciremai, Jawa Barat kepada pemerintah dari PT Chevron cukup melegakan masyarakat setempat. Kita ingat bahwa Chevron merupakan peserta tunggal dalam lelang WKP Ciremai yang digelar 2011 lalu. Chevron kemudian ditetapkan sebagai pemenang lelang WKP tersebut. Masyarakat yang sebelumnya mengadakan ‘perlawanan’ bisa bernapas sejenak.
      Entahlah, pemerintah yang gagal menangkap keinginan masyarakat atau masyarakat yang gagal mengerti program pemerintah. Yang pasti gesekan akan kembali terjadi karena WKP Ceremai kemungkinan akan kembali dilelang.       Kita masih ingat isu yang beredar di masyarakat, bahwa pemerintah menjual Gunung Ciremai pada Chevron. Tentunya, isu itu menjadi sangat sensitif mengingat Chevron adalah pihak asing. Nasionalisme ditambah cinta lingkungan seperti bahan bakar yang memberi semangat pada masyarakat sekitar, bahkan masyarakat yang berdomisili di laur Ciremai tapi pernah bertempat tinggal atau sekadar berkunjung. Mereka mengagumi Gunung Ciremai dan khawatir jika proyek panas bumi itu akan menggerus keindahan Gunung Ciremai.
      Saatnya pemerintah meninjau ulang program-programnya. Masyarakat sudah berani bersikap untuk melindungi lingkungannya. Bukankah tugas pemerintah adalah mengayomi rakyatnya, tanah airnya? Bukan semata mencari celah keuntungan tapi merusak lingkungan.

Mari kita analisis isi teks editorial tersebut.

  1. Judul teks editorial adalah Ciremai yang Patut Dipertahankan.
  2. Tesis: Kabar pengembalian Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Ciremai, Jawa Barat kepada pemerintah dari PT Chevron cukup melegakan masyarakat setempat.
  3. Argumentasi: Nasionalisme ditambah cinta lingkungan seperti bahan bakar yang memberi semangat pada masyarakat sekitar, bahkan masyarakat yang berdomisili di laur Ciremai tapi pernah bertempat tinggal atau sekadar berkunjung. Mereka mengagumi Gunung Ciremai dan khawatir jika proyek panas bumi itu akan menggerus keindahan Gunung Ciremai.
  4. Penegasan ulang:Saatnya pemerintah meninjau ulang program-programnya. Masyarakat sudah berani bersikap untuk melindungi lingkungannya

    Point Penting

  • Teks editorial terdiri dari judul, tesis, argumentasi, penegasan ulang.
  • Isi tajuk rencana biasanya mengulas isu nasional.

EVALUASI STRUKTUR, KAIDAH, DAN ISI TEKS EDITORIAL/OPINI

Tujuan Pembelajaran:
Siswa mampu mengevaluasi struktur, kaidah, isi teks editorial/ opini.
Sebelumnya kamu sudah mempelajari struktur, kaidah, dan isi teks editorial. Struktur teks editorial adalah sebagai berikut.
1. Tesis atau teks opini diawali dengan pernyataan pendapat terhadap sebuah permasalahan. Pada bagian ini penulis mengungkapkan opininya secara umum terhadap sebuah permasalahan.
2. Argumentasi
3. Pernyataan ulang
      Selain struktur, teks editorial/ opini juga memiliki kaidah. Kaidah-kaidah yang harus ditaati dalam penulisan teks editorial adalah sebagai berikut.

  1. Memiliki kalimat utama pada setiap paragrafnya.
  2. Menggunakan adverbial frekuensi, seperti sering, kadang-kadang, jarang, dan kerap.
  3. Menggunakan konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi, seperti pertama, kedua, kemudian, dan berikutnya.
  4. Menggunakan konjungsi untuk memperkuat argumentasi, seperti bahkan, juga, selain itu, lagi pula, serta justru.
  5. Menggunakan konjungsi yang menyatakan harapan, seperti agar.
  6. Menggunakan kata kerja material, relasional, dan mental.
  7. Menggunakan kosakata ilmiah, seperti implementasi, inflasi, dan kredibilitas.       Setelah memahami struktur dan kaidah, tiba saatnya kamu mengevaluasi struktur, kaidah, dan isi teks editorial/ opini. Dalam mengevaluasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
  1. Dari segi isi, kamu harus mengecek apakah tulisan editorial sudah mencakup pernyataan pendapat, argumentasi, dan pernyataan ulang.
  2. Berkaitan dengan bagian argumentasi, apakah dalam uraian tersebut sudah ada data dan fakta pendukung untuk memperkuat pendapat penulis.
  3. Dari segi kaidah, kamu harus mengecek hal-hal yang berkaitan dengan kaidah teks editorial/ opini. Apakah penulis sudah menguraikan teks editorial/ opini sesuai dengan kaidah yang dijabarkan dalam teks editorial/ opini.

    Perhatikan contoh.

Mama, Aku Tidak Nakal dan Bodoh

(1) Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya bermasalah. Demikian juga anak, tidak ada anak yang mau dicap anak nakal dan bodoh. Karena pada dasarnya, tidak ada anak nakal dan bodoh. Seorang anak melakukan sesuatu yang dianggap salah oleh orang dewasa karena ketidaktahuannya atau karena dorongan rasa ingin tahunya yang kuat.
(2) Namun pernahkah orang tua berpikir, seorang anak kelihatannya seperti nakal karena ada dorongan dalam dirinya. Ia tidak bisa mengendalikan dorongan dirinya. Ia inginnya bergerak terus. Ia tidak mampu duduk diam sebentar, atau konsentrasi sebentar.
(3) Memang, tidak banyak orang tua dan guru yang dapat memahami permasalahan anak. Bisa jadi seorang anak mengalami gangguan konsentrasi lalu stigma anak nakal dan bodoh sudah terlanjur menempel padanya.
(4) Banyak orang tua yang tidak paham, bahkan tidak peduli dengan kesulitan anak. Mereka justru memperlakukan anak tidak sebagai mana mestinya. Bahkan yang lebih parah lagi, orang tua sering kali salah menetapkan solusi atas permasalahan ini. Akbibatnya, anak bukan tambah berkembang, malah makin menurun prestasinya.
(5) Sebenarnya anak yang tidak bisa diam dan sulit berkonsentrasi bukanlah anak nakal dan bodoh. Anak seperti ini memang memiliki ciri tidak mampu bertahan lama mendengarkan guru mengajar. Mengerjakan tugas pun tidak akan selesai. Jika kecerdasannnya diukur dari prestasi belajar, anak model ini kerap dianggap sebagai anak bodoh. Padahal, ia bukan tidak mampu mengerjakannya, tetapi konsentrasinya yang mudah teralih. Ia tidak mampu berkonsentrasi dalam jangka waktu tertentu.
(6) Para orang tua kurang menyadari bahwa kemungkinan anak-anak model ini memang kurang dalam hal akademis. Namun, mereka memiliki potensi lain yang belum tergali. Karena itu, tugas orang tua dan guru untuk mencari potensi-potensi yang belum tergali pada anak-anak seperti ini. Mereka juga perlu penanganan yang tepat agar kepandaian yang sesungguhnya dapat tergali.

Marilah kita mengevaluasi teks editorial/ opini yang telah kamu baca.

1. Ditinjau dari segi struktur, teks yang berjudul Mama, Aku Tidak Nakal dan Bodoh terdiri atas 3 bagian yakni: (1)pernyataan pendapat yang terdapat dalam paragraf 1. Pernyataan pendapat pada teks tersebut mengungkapkan bahwa tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya bermasalah. Demikian juga, tidak ada anak yang mau dikatakan nakal dan bodoh. (2) Argumentasi yaitu paragraf 2 sampai dengan 6. Isi argumentasi pada teks ini adalah bahwa anak yang dianggap bodoh dan nakal ini tidaklah seperti stigma yang menempel pada mereka. Mereka bukanlah bodoh namun mereka memiliki masalah dengan konsentrasi. Karena masalah konsentrasi itulah, kemampuan akademis berada di bawah rata-rata.(3) Pernyataan ulang pendapat penulis. Penulis mengulang pendapatnya bahwa tidak ada orang tua yang mengingkan anaknya bermasalah. Demikian juga anak, tidak ada anak yang mau diberi stigma bodoh dan nakal. Karena itu, berdasarkan evaluasi struktur, teks di atas masuk dalam kategori teks editorial/ opini.
2. Ditinjau dari segi isi, teks yang berjudul Mama, Aku Tidak Nakal dan Bodoh dapat dikategorikan teks editorial/ opini karena teks ini mengungkapkan pendapat penulis terhadap fenomena yang terjadi pada masyarakat. Namun terdapat sedikit kelemahan pada teks tersebut. Teks ini kurang ditunjang pada data dan fakta. Penulis lebih banyak mengungkapkan pendapatnya dibanding data.
3. Ditinjau dari dari segi kaidah, ada beberpa kaidah yang digunakan dalam teks ini. Misalnya saja penggunaan adverbial frekuensi pada beberapa kalimat, seperti Nilai-nilainya pun jarang bagus, kecuali pelajaran yang benar-benar memang ia suka. Bahkan yang lebih parah lagi, orang tua sering kali salah menetapkan solusi atas permasalahan ini. Selain itu, teks di atas juga menggunakan konjungsi untuk memperkuat argumentasi, seperti pada kalimat Mereka justru memperlakukan anak seperti Rian tidak sebagai mana mestinya. Bahkan yang lebih parah lagi, orang tua sering kali salah menetapkan solusi atas permasalahan ini. Di samping kedua kaidah itu, teks ini juga memperkaya pembacanya dengan beberapa kosakata ilmiah, seperti korelasi, stigma, konsentrasi, dan tes IQ.

Poin Penting

Mengevaluasi teks editorial/ opini adalah menilai teks editorial/ opini. Penilaian atas teks tersebut berdasarkan kaidah, struktur, dan isi. Dalam mengevaluasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
1. Dari segi isi, penilaian mencakup kelengkapan tiga bagian struktur editorial, yakni pernyataan pendapat, argumentasi, dan pernyataan ulang. Penilaian juga harus mengecek apakah argumentasi yang diungkapkan oleh penulis didukung oleh fakta dan data.

2. Dari segi kaidah, penilaian mencakup kaidah-kaidah yang digunakan dalam teks teks editorial/ opini. Apakah penulis sudah menguraikan teks editorial/ opini sesuai dengan kaidah yang dijabarkan dalam teks editorial/ opini.

ABSTRAKSI TEKS EDITORIAL/OPINI

Pada topik kali ini, kita akan belajar tentang mengabstraksi teks editorial atau opini. Abstrak dapat dipahami sebagai ringkasan. Jadi, kita perlu meringkas teks editorial dengan tetap memperhatikan hal-hal penting yang dibahas dalam teks tersebut. Ringkasan dilakukan dengan menyingkat isi tulisan dengan tetap mempertahankan keaslian pikiran pokok dan sistematika penulisan yang dilakukan penulis dari tiap paragraf tanpa ada perubahan sedikit pun.
      Dengan membuat ringkasan, kita akan lebih mudah untuk memahami gagasan utama dan tujuan penulis dengan cepat dan singkat. Ringkasan ditulis dengan memangkas dan memilih bagian pokok dan membuang bagian yang tidak penting dalam tulisan. Bagian pokok dalam tulisan dapat ditemukan pada gagasan setiap paragraf dalam tulisan tersebut.

Langkah-Langkah dalam Meringkas Teks

  1. Membaca seluruh isi teks atau tulisan dengan cermat Bacalah keseluruhan isi tulisan. Jika perlu, tulisan dapat dibaca berulang kali agar kita dapat mengetahui kesan umum tentang tulisan tersebut. Selain itu, temukan pula maksud dan sudut pandang penulis.
  2. Menentukan gagasan utama Jika sudah mendapatkan kesan umum atau sudut pandang dalam teks tersebut, maka kita perlu menemukan hal yang lebih dalam dan konkrit. Hal tersebut ditemukan dengan membaca kembali setiap alinea dan mencatat semua gagasan yang pnting dalam alinea tersebut. Gagasan yang penting itu menjadi bagian pokok untuk menyusun ringkasan.
  3. Menyusun kembali gagasan utama Gagasan atau bagian pokok yang telah dicatat dapat disusun dengan penyusunan baru tetapi masih menggambarkan keseluruhan isi tulisan aslinya.
Di samping itu ada peraturan tambahan dalam membuat ringkasan yaitu sebagai berikut.

  1. Pergunakanlah kalimat tunggal pada kalimat majemuk saat membuat kalimat ringkasan.
  2. Singkatlah setiap kalimat dalam tulisan menjadi frasa dan frasa menjadi kata.
  3. Tidak perlu memasukkan kalimat atau bagian tulisan yang tidak penting untuk dijadikan ide pokok.
  4. Pertahankan struktur, sudut pandang, dan gagasan pada tulisan asli. Hal ini wajib dilakukan dan tidak boleh memasukkan pendapat pribadi dalam ringkasan.
  5. Jika ringkasan diambil dari teks ceramah atau teks pidato, maka sudut pandang yang digunakan perlu diubah. Pengubahan itu terjadi untuk penyebutan sudut pandang orang pertama tunggal menjadi sudut pandang orang ketiga.
  6. Panjang ringkasan dapat ditetapkan oleh keinginan penulis ringkasan. Hal yang penting adalah seluruh isi tulisan asli dapat diringkas dengan baik dan panjang ringsakan pun dapat disesuaikan dengan permintaan.

Perhatikan contoh.

Mafia narkoba sangat rapi dalam melaksanakan kegiatan bisnisnya. Aparat BNN mengalami kesulitan untuk mengungkap mafia besar dalam pengedaran narkoba. Namun, hal ini dapat terungkap jika pemerintah terutama BNN yakin untuk memberantas narkoba sampai ke akar-akarnya termasuk berani tegas terhadap aparat yang diduga turut terlibat dalam peredaran narkoba ini.
      Salah satu wilayah yang memudahkan para pengedar narkoba untuk masuk ke Indonesia adalah melalui wilayah Provinsi Riau. Perairan Riau atau lebih tepatnya daerah perairan Rupat menjadi jalan masuknya narkoba dari negara tetangga terutama Malaysia ke Indonesia. Kawasan perairan tersebut tidak diawasi oleh pihak bea dan cukai serta polisi air sehingga kapal bebas untuk datang ke perairan tersebut.
Setelah membaca teks tersebut, coba buatlah abstrak atau ringkasannya. Perhatikanlah gagasan pokok dalam tulisan tersebut yang dimulai dengan memahami gagasan pokok setiap paragraf.

Hasil Abstraksi

Aparat BNN mengalami kesulitan untuk mengungkap mafia besar dalam pengedaran narkoba karena kegiatan bisnis mafia tersebut yang sangat rapi. Narkoba yang beredar di Indonesia ternyata masuk dari wilayah perairan Riau tepatnya perairan Rupat. Perairan ini tidak diawasi sehingga kapal bebas untuk datang dan pergi dari perairan ini.
      Abstrak atau ringkasan membuat teks yang panjang menjadi pendek karena ada penyingkatan dalam penyampaian informasi. Informasi yang dipilih hanya berdasarkan pada gagasan pokok yang ada dalam paragraf atau tulisan tersebut. Dengan mengesampingkan hal yang tidak penting, ringkasan menjadi lebih jelas dan mampu memberikan informasi yang akurat.

Poin Penting

  1. Langkah-langkah dalam mengabstraksi teks atau meringkas teks adalah membaca seluruh isi teks atau tulisan dengan cermat, menentukan gagasan utama, dan menyusun kembali gagasan utama.
  2. Peraturan tambahan dalam membuat ringkasan yaitu sebagai berikut. a. Pergunakanlah kalimat tunggal pada kalimat majemuk saat membuat kalimat ringkasan. b. Singkatlah setiap kalimat dalam tulisan menjadi frasa dan frasa menjadi kata. c. Tidak perlu memasukkan kalimat atau bagian tulisan yang tidak penting. d. Pertahankan struktur, sudut pandang, dan gagasan pada tulisan asli. e. Jika ringkasan diambil dari teks ceramah atau teks pidato, maka sudut pandang yang digunakan perlu diubah. f. Panjang ringkasan dapat ditetapkan oleh keinginan penulis ringkasan.

MENULIS TEKS EDITORIAL

Seorang penulis teks editorial memaparkan fakta dan opini yang dapat mempengaruhi pendapat umum. Pengaruh tersebut diciptakan dari argumen yang diungkapkan penulis untuk membujuk pembaca agar dapat memikirkan hal yang sama dengan argumen tersebut. Penulisan editorial dimaksudkan untuk mempengaruhi opini publik. Karena pengaruh inilah, publik dapat bersikap dan berpikir kritis serta mengambil tindakan terhadap suatu masalah. Ada pula yang menyebutkan bahwa editorial merupakan suara koran. Melalui suara ini, seseorang dapat mengetahui informasi, berpikir, dan tergerak untuk melakukan tindakan.
      Menulis teks editorial tentu perlu memperhatikan langkah-langkah penulisan yang benar. Langkah-langkah penulisan teks editorial sudah dijelaskan pada pembahasantopik sebelumnya. Langkah-langkah tersebut perlu diingat kembali agar kita mudah dalam menulis editorial. Menulis teks editorial tidak hanya memahami langkah-langkah penulisan saja tetapi juga perlu memiliki referensi tentang editorial. Referensi tersebut dapat berupa contoh atau buku materi yang membahas tentang editorial.
      Sebelum membahas lebih jauh tentang menulis teks editorial, coba bacalah teks editorial berikut ini.

Perlunya Persatuan dan Kesantunan

Presiden Joko Widodo menyampaikan pesan dan ajakan dalam pidato kenegaraan perayaan ulang tahun ke-70 Indonesia di depan sidang bersama Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah yang dilaksanakan pada pada Jumat (14/8). Presiden menyampaikan tiga pidato, yakni pidato di depan Sidang Tahunan Mejelis Permusyawaratan Rakyat, pidato dalam rangka proklamasi, dan pidato tentang keterangan pemerintah mengenai RUU APBN 2016 di depan Dewan Perwakilan Rakyat. Pidato yang disampaikan ini merupakan pidato kenegaraan pertama bagi Presiden Jokowi.
      Presiden Jokowi menyampaikan pidato beberapa hari menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia. Pidato yang hendak disampaikan presiden sudah ditunggu oleh bangsa ini yang ingin mendengarkan narasi dan visi presiden dalam upaya mengisi kemerdekaan. Visi tersebut ditunjukkan dengan implementasi tol laut dan implementasi gagasan revolusi mental.
      Presiden juga menyampaikan pesan penting untuk anak bangsa agar memperkokoh persatuan dengan tetap memperhatikan kesantunan dalam bertata krama. Jika nilai kesantunan dan tata krama hilang, maka akan berbahaya bagi kelangsungan hidup bangsa. Kesantunan perlu diterapkan dalam politik, hukum, ketatanegaraan, dan kedisiplinan ekonomi. Jika tidak diterapkan, maka kita akan lamban dalam mengatasi berbagai persoalan bangsa.
      Persoalan bangsa dapat diatasi dengan persatuan. Hal tersebut ditegaskan oleh presiden dan perlu kita garis bawahi bahwa penyelesaian soal bangsa pun memerlukan soliditas nasional. Bangsa ini tidak boleh mengalami perpecahan yang disebabkan oleh pertentangan politik dan kepentingan jangka pendek yang membuat keadaan politik, ekonomi yang mandiri, dan kepribadian dalam berbudaya tidak dapat teruwujud.
      Ide persatuan itu dipandang sebagai kesatuan gagasan elite bangsa ini terutama dalam pemerintahan Presiden Jokowi. Kesatuan dapat diperlihatkan dengan kesamaan langkah dalam setiap kebijakan para menteri. Para menteri diharapkan dapat melangkah seirama dan tidak melakukan perdebatan yang akan melemahkan persatuan. Presiden pun perlu memastikan dan bertanggung jawab atas para menterinya yang harus selalu bekerja dengan benar dan tidak memiliki kecenderungan untuk memperluas kekuasaan.
      Bangsa ini akan melihat dan menunggu kepemimpinan presiden yang bekerja. Hal ini sesuai dengan pernyataan presiden bahwa yang ada adalah visi dan misi presiden bukan visi dan misi menteri.
      Setelah membaca teks editorial tersebut, kita dapat melihat cara penulis menyampaikan isu dengan menuliskan opininya yang disertai fakta. Teks editorial tersebut membahas isu tentang pidato kenegaraan Presiden Joko Widodo. Penulis editorial melihat bahwa pidato presiden ini dapat diangkat ke dalam bagian editorial dengan memperhatikan isi pidato tersebut.
      Pada dua paragraf terakhir, kita dapat menemukan pemikiran penulis mengenai pidato Presiden Jokowi. Penulis memberikan opini berdasarkan fakta yang berkaitan dengan persatuan dan kesantunan yang ada dalam pidato. Penulis memberikan opini bahwa persatuan memerlukan soliditas nasional dan sebagai presiden, Jokowi perlu memastikan kinerja dan bertanggung jawab atas para menterinya.
      Melalui contoh teks editorial tersebut, kita dapat memahami penyampaian opini dan fakta yang seimbang. Selain itu, penulis perlu memperhatikan tiga tujuan editorial yaitu sebagai berikut.
1. Penjelasan dalam editorial bukan berupa penekanan terhadap pengalaman atau penilaian seseorang tetapi pada penyajian fakta dan gagasan yang objektif tanpa prasangka.
2. Menyakinkan pembaca dengan cara yang persuasif.
3. Melakukan penilaian terhadap peristiwa yang terjadi dengan jelas dan meyakinkan.

Poin Penting

  1. Penulis perlu memahami langkah-langkah penulisan teks editorial dengan yang baik.
  2. Ada tiga tujuan editorial yang perlu diperhatikan penulis yaitu sebagai berikut.
    a. penjelasan dalam editorial bukan berupa penekanan terhadap pengalaman atau penilaian seseorang tetapi menyajikan fakta dan gagasan yang objektif
    b. meyakinkan pembaca dengan persuasif

LANGKAH-LANGKAH MENULIS TEKS EDITORIAL

Teks editorial akan selalu berhubungan dengan isu yang sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. Isu tersebut menjadi perhatian utama untuk publik. Melalui isu itu pula, kita dapat melihat sudut pandang yang berbeda dan solusi yang ditawarkan untuk menyelesaikan suatu masalah.
      Isu dalam teks editorial dipilih oleh pihak media karena editorial menjadi salah satu bentuk sikap media terhadap publik. Walaupun teks editorial ini ditulis oleh pihak redaksi tetapi sebagai wawasan dan cara untuk melatih kemampuan menulis, kita perlu mempelajarinya. Selain itu, kita juga menjadi paham bahwa media massa tidak hanya menginformasikan tentang berita saja tetapi juga media massa perlu menyatakan pandangannya terhadap berbagai hal yang terjadi dalam masyarakat.
      Adapun langkah-langkah menulis teks editorial dapat dilakukan dengan cara memilih (selecting), mengumpulkan (collecting), mengaitkan (connecting), dan memperbaiki (correcting) yang dijelaskan sebagai berikut ini.
1. Memilih topik
Pemilihan topik menjadi langkah pertama dalam penulisan teks editorial. Pemilihan topik berkaitan dengan isu yang akan menjadi dasar penulisan editorial. Isu yang akan diangkat perlu dipertimbangkan dan hal ini sesuai dengan kebijakan kita sebagai penulis dan pihak redaksi media. Selain itu, pilihlah isu dengan topik yang menarik minat baca masyarakat dan berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas seperti tentang kekeringan yang dialami oleh berbagai daerah di Indonesia, kenaikan harga BBM, pembentukan kabinet dalam pemerintahan, dan sebagainya.
2. Mengumpulkan data
Opini yang ditulis dalam editorial perlu disertai dengan data pendukung berupa fakta yang berkaitan dengan isu yang ditulis dalam editorial. Data pendukung tersebut dapat menjadi penguat opini dan memberikan penilaian yang objektif terhadap editorial yang kita tulis. Jadi, isi tulisan tidak hanya sekadar opini saja. Selain itu, teori dan pendapat ahli pun perlu dipaparkan agar pendapat yang kita tulis lebih berbobot.
3. Mengaitkan bagian-bagian editorial dan mengembangkannya
Penyusunan editorial dapat dirembukkan dengan anggota redaksi. Rembukan tersebut perlu dilakukan agar dapat menghubungkan antara isu atau topik yang ditulis dengan sikap media. Tidak hanya isu yang perlu disepakati bersama tetapi juga detail dan contoh yang akan diungkapkan dalam editorial tersebut. Setelah itu, diskusikan pula tentang opini yang akan disampaikan dan solusi yang akan diberikan dalam editorial. Lalu, kembangkanlah teks editorial dengan memperhatikan hal-hal yang sudah didiskusikan tersebut.
4. Memperbaiki isi teks editorial termasuk isi dan kaidah kebahasaannya
Perbaikilah secara menyeluruh hasil tulisan yang telah ditulis. Editorial tersebut harus berisi kejelasan dan disampaikan dengan akurat serta tidak menyerang pihak lain. Selain itu, penyampaian opini dalam editorial tidak terkesan mengajari kepada pembaca.
Paragraf disusun dengan menggunakan kalimat yang efektif dan kata-kata yang lugas. Penggunaan contoh dan ilustrasi akan sangat bermanfaat. Apalagi jika tulisan disertai dengan kutipan yang memiliki nilai untuk menguatkan opini yang akan ditulis dan hal yang penting adalah menyampaikan opini dengan jujur dan akurat.

Poin Penting

  1. Editorial menjadi salah satu cara untuk menyampaikan sikap media terhadap isu atau masalah yang ada dalam masyarakat.
  2. Langkah-langkah menulis teks editorial dilakukan dengan cara berikut ini.
    a. memilih topik
    b. mengumpulkan data
    c. mengaitkan bagian-bagian editorial dan mengembangkannya
    d. Memperbaiki isi teks editorial termasuk isi dan kaidah kebahasaannya

Kaidah Teks Editorial/Opini

Tujuan Pembelajaran:
Siswa memahami kaidah teks editorial.

Sebelumnya kalian sudah paham akan struktur teks editorial. Dalam materi ini, kita akan mempelajari kaidah teks editorial. Kaidah-kaidah dalam teks editorial adalah sebagai berikut.
1. Terdapat kalimat utama dalam setiap paragraf. Dalam setiap paragraf selalu ada kalimat utama. Kalimat utama adalah kalimat yang mewakili gagasan utama. Contoh pada teks berjudul Perekonomian Indonesia Memprihatinkan pada paragraf satu, Saat ini kondisi perekonomian Indonesia sedang masa memprihatinkan.
2. Menggunakan adverbial frekuensi. Adverbia frekuensi adalah kata keterangan yang menunjukkan intensitas kegiatan, seperti sering, kadang-kadang, jarang, dan kerap. Contoh, Hal ini tentu seringkali membuat pusing masyarakat.
3. Menggunakan konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi. Konjungsi ini menunjukkan urutan dari sebuah peristiwa, seperti pertama, kedua, kemudian, dan berikutnya. Contohnya, kemudian, tak lama setelah itu, imbas dari kenaikan BBM mulai terasa.
4. Menggunakan konjungsi untuk memperkuat argumentasi. Konjungsi ini menunjukkan tambahan argumen dari argumen sebelumnya, seperti bahkan, juga, selain itu, dan lagi pula, dan justru. Contohnya, Selain itu, cabai dan bawang pun ikut-ikutan naik.
5. Menggunakan konjungsi yang menyatakan harapan. Konjungsi ini terdiri dua bagian kalimat. Kalimat yang pertama berisi pernyataan sedangkan kalimat kedua berisi tujuan atau harapan. Contohnya, Pemerintah mencari strategi-strategi jitu untuk mengatasi masalah ekonomi agar ekonomi Indonesai tidak semakin parah.
6. Menggunakan kata kerja material, relasional, dan mental.
Kata kerja material adalah kata kerja yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa, seperti berlari, atau mencuci. Contohnya, Akibat kebijakan tersebut, masyarakat harus membeli BBM lebih mahal.
Kata kerja relasional adalah kata kerja yang mengandung pengertian A adalah B. Kata kerja ini biasanya digunakan untuk menjabarkan sebuah definisi. Contohnya, Ironi memang, Indonesia adalah negara agraris, dan dahulu terkenal dengan swasembada beras, justru bermasalah dengan harga beras. Selain itu, adapula kata kerja relasional atributif. Kata kerja relasional atributif adalah kata kerja yang menyatakan milik. A memiliki B, contoh Budi memiliki tiga buah mobil.
Kata kerja mental adalah kata kerja ini terdiri atas kata kerja yang menerangkan persepsi, afeksi, kognisi. Kata kerja persepsi adalah kata kerja yang berkaitan dengan pancaindera, contoh melihat, mendengar, mencium. Contohnya, Pemerintah harus melihat kondisi ekonomi masyarakat Indonesia secara real. Sedangkan kata kerja afeksi adalah kata kerja yang berkaitan dengan perasaan psikologis seseorang,seperti marah, sedih, khawatir, dan senang. Contohnya, masyarakat Indonesia khawatir dengan kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Selain itu, ada pula kata kerja kognisi. Kata kerja kognisi adalah kata kerja yang berkaitan dengan proses memahami sesuatu, seperti berpikir, mengerti, dan memahami. Contohnya, Saya memahami bahwa kondisi perekonomian Indonesia saat ini dipengaruhi oleh merosotnya nilai tukar rupiah.

7. Kaya akan kosakata. Dalam teks editorial/opini biasanya banyak dijumpai kata-kata yang jarang digunakan dalam keseharian, seperti dianalogikan, subsidi, imbas, dan kewirausahaan.

Perhatikan Cuplikan Teks Editorial berikut.

Perekonomian Indonesia Memprihatinkan
(1) Saat ini kondisi perekonomian Indonesia sedang masa memprihatinkan. Mungkin jika dapat dianalogikan, kondisi ekonomi Indonesia saat ini sedang dalam keadaan lampu merah (warning). Akibatnya kehidupan masyarakat kelas bawah yang pas-pasan semakin menjadi korban. Mereka tidak kuasa menghadapi kenyataan ekonomi yang kian pahit saja.

(2) Di awali dengan mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM) pada masa awal pemerintahan baru. Akibat kebijakan tersebut, masyarakat harus membeli BBM lebih mahal. Kemudian, tak lama setelah itu, imbas dari kenaikan BBM mulai terasa. Harga-harga bahan makanan semakin melambung tinggi. Beras contohnya, harga beras yang notabene adalah makanan pokok masyarakat Indonesia pada umumnya, harganya kian melambung. Kenaikannya mencapai hingga 30 persen. Ironi memang, Indonesia adalah negara agraris, dan dahulu terkenal dengan swasembada beras, justru bermasalah dengan harga beras.
Setelah kamu memahami isi teks editorial di atas, marilah kita analisis teks tersebut berdasarkan kaidahnya.



Poin Penting

Dalam penulisan teks editorial/ opini ada beberapa kaidah yang harus diikuti. Kaidah-kaidah yang terdapat pada teks tersebut adalah sebagai berikut.
1. Terdapat kalimat utama dalam setiap paragraf.
2. Menggunakan adverbial frekuensi.
3. Menggunakan konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi.
4. Menggunakan konjungsi untuk memperkuat argumentasi.
5. Menggunakan konjungsi yang menyatakan harapan
6. Menggunakan kata kerja material, relasional, dan mental.
7. Kaya akan kosakata.

STRUKTUR TEKS EDITORIAL/OPINI

Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu membuat opini berdasarkan strukturnya.
Pernahkah kamu membaca kolom opini di media massa? Sebagaimana namanya, kolom tersebut tentulah berisi argumentasi penulis terhadap suatu hal menarik bahkan yang menjadi polemik menurutnya. Namun, dalam hal ini, penulis opini tidak dapat menulis pendapat semaunya.
      Sebuah teks editorial atau opini memang didominasi oleh pendapat berupa sudut pandang penulis terhadap suatu permasalahan, tetapi penulis pun harus menyampaikan fakta yang terdapat di lapangan mengenai hal tersebut. Berbeda dengan berita yang justru harus berisi fakta dan bebas dari opini penulisnya.
      Teks editorial atau opini memiliki struktur sebagai berikut.
1. Pernyataan pendapat (thesis statement)
Pernyataan pendapat atau disebut juga tesis merupakan begian yang mengemukakan topik yang akan disampaikan. Biasanya terdapat pada awal paragraf sebagai pembuka pembahasan.
2. Argumentasi (arguments)
Pada bagian ini, penulis menyampaikan fakta yang terjadi di lapangan dan mengomentari fakta tersebut berdasarkan sudut pandangnya. Tujuan argumentasi adalah untuk memengaruhi dan meyakinkan pembaca. Penulis ingin agar segala sesuatu yang disampaikannya dibenarkan oleh pembaca sehingga pembaca pun mengikutinya. Argumentasi biasanya terdiri atas beberapa paragraf.
3. Pernyataan ulang pendapat (reiteration)
Bagian ini merupakan penutup opini yang berisi penegasan kembali tesis dan argumentasi agar pembaca semakin yakin

Perhatikan contoh opini berikut!

PENGGUSURAN LAHAN SALAH SIAPA?

Sumber: http://i853.photobucket.com/albums/ab100/wajahtanpanarkoba/eksekusibowo.jpg
(1)Banjir yang selalu melanda Ibu Kota Jakarta sudah tidak bisa ditoleransi dan dimaklumi. Harus ada solusi yang cepat dan tepat untuk mengatasinya sebelum Jakarta benar-benar tenggelam. Salah satu solusi yang diusung Pemkot DKI Jakarta adalah program normalisasi sungai. Program tersebut berupa pengosongan lahan di sekitar sungai-sungai yang ada di Jakarta. Pengosongan lahan pun akan berimbas pada seluruh warga yang tinggal di permukiman sekitar sungai. Dengan demikian, akan banyak relokasi yang dilakukan Pemkot DKI. Namun, relokasi ke rusunawa ternyata bukanlah kabar gembira bagi warga sekitar bantaran sungai sebab itu artinya mereka harus menata kembali hidup mereka dari awal sehingga tidak sedikit warga yang melakukan aksi menolak penggusuran.
       (2)Masih segar dalam ingatan kita semua tragedi Kampung Pulo pada 20 Agustus 2015 kemarin. Tiga hari setelah rakyat Indonesia merayakan kemerdekaan yang ke-70 ternyata menjadi momen mengerikan bagi warga Kampung Pulo. Mereka harus bersitegang dengan petugas yang hendak menggusur permukiman mereka. Bahkan, bentrokan fisik yang memakan korban luka pun tak terelakan dalam kejadian nahas itu. Hal ini sebenarnya membuat saya dilema sekaligus kesal karena dalang dari semua keributan ini bukanlah pemerintah bukan juga rakyat di sekitar bantaran Sungai Ciliwung. Lalu siapakah yang sebenarnya salah?
       (3)Jika kita telusuri, akar permasalahan ini adalah pihak yang mengizinkan orang-orang untuk membuat perkemahan di bantaran sungai. Menurut masyarakat sekitar, mereka telah membayar uang sewa kepada sejumlah oknum. Entah kita harus menyebut mereka apa? Entah preman, entah yang lainnya. Yang pasti mereka itulah yang mengaku bahwa daerah tersebut, yang berplang milik pemerintah, merupakan wilayah kekuasaannya sehingga mereka yang ingin membuat bangunan harus meminta izin dan menyerahkan sejumlah uang untuk dapat memiliki lahan di tempat tersebut.
       (4)Sayangnya, oknum tersebut tidak pernah muncul setiap pemerintah melakukan penggusuran. Mereka (oknum) tidak pernah bertanggung jawab, dan mereka pun tidak pernah ditindak tegas oleh pemerintah bahkan aparat keamanan. Keberadaannya hanya muncul ketika hendak menerima keuntungan, sedangkan selanjutnya mereka tak mau menanggung kerugian yang diterima warga bantaran sungai.
       (5)Dengan demikian, jelaslah siapa otak yang seharusnya digusur dan dibasmi. Para oknum tak bertanggung jawab yang mengaku sebagai penguasa, sebab rakyat bantaran sungai tentu tidak akan mendirikan bangunan jika tidak ada yang memberi izin sebab mereka pasti mengerti maksud plang yang dipasang di sepanjang bantaran sungai. Pemerintah pun tidak akan melakukan penggusuran jika tidak ada bangunan yang didirikan di pinggir sungai yang menyebabkan penyempitan area sungai sehingga banjir selalu menimpa Jakarta yang notabene ibu kota negara. Jika normalisasi sungai tidak dilakukan, seluruh penduduk Jakartalah yang rugi. Oleh karena itu, marilah kita sama-sama pahami maksud pemerintah yang hendak merelokasi semua penghuni bantaran ke rusunawa yang pemerintah siapkan. Tujuannya tiada lain agar tidak ada pihak yang kembali dirugikan.
       (6)Banjir yang selalu melanda Ibu Kota Jakarta sudah tidak bisa ditoleransi dan dimaklumi. Begitu pun pihak-pihak yang mendatangkan orang-orang yang menyebabkan kebanjiran tersebut harus ditindak tegas oleh seluruh aparat.
Struktur pada teks editorial di atas adalah sebagai berikut.


Poin Penting

  1. Teks editorial atau opini berisi pendapat berupa sudut pandang penulis terhadap suatu permasalahan disertai fakta yang terdapat di lapangan.
  2. Teks editorial atau opini memiliki struktur sebagai berikut. a. Pernyataan pendapat (thesis statement), yaitu bagian yang mengemukakan topik yang akan disampaikan. Biasanya terdapat pada awal paragraf sebagai pembuka pembahasan. b. Argumentasi (arguments), yaitu penulis menyampaikan fakta yang terjadi di lapangan dan mengomentari fakta tersebut berdasarkan sudut pandangnya. Tujuan argumentasi adalah untuk memengaruhi dan meyakinkan pembaca. Penulis ingin agar segala sesuatu yang disampaikannya dibenarkan oleh pembaca sehingga pembaca pun mengikutinya. Argumentasi biasanya terdiri atas beberapa paragraf. c. Pernyataan ulang pendapat (reiteration), yaitu penutup opini yang berisi penegasan kembali tesis dan argumentasi agar pembaca semakin yakin.