Pages - Menu

Monday, 6 September 2021

Kaidah Kebahasaan Teks Eksposisi

 

Untuk mengetahui kaidah kebahasaan teks eksposisi, perhatikan contoh teks eksposisi berikut ini!

 

Untung Rugi Perdagangan Bebas

Perdagangan bebas yang diusung oleh sebuah negara dipastikan dapat menguntungkan atau merugikan negara yang bersangkutan. Dampak negatif kebijakan poIitik negara di sektor ekonomi ini mudah kita temukan di Indonesia.

Perdagangan luar negeri memang berperan penting untuk menciptakan Penggunaan sumber daya secara efisien. Setiap negara akan memproduksi barang spesialisasinya dan produksi itu memberikan keunggulan mutlak untuk meningkatkan Pendapatan nasionalnya. Kenaikan pendapatan semacam itu tidak akan diperoleh jika perdagangan antarnegara dibatasi.

Penjelasan mengenai perdagangan bebas tidak hanya berkisar pada keunggulan mutlak, tetapi juga keunggulan komparatif. Sebagai ilustrasi, Inggris dapat memproduksi satu unit pakaian dalam satu tahun dengan tenaga seratus orang buruh dan satu unit anggur dengan tenaga 120 buruh. Sementara itu, Portugal hanya memerlukan sembilan puluh orang buruh untuk satu unit pakaian dan delapan puluh orang buruh untuk satu unit anggur.

Dalam ilustrasi tersebut, Portugal memiliki keunggulan mutlak dalam dua barang tersebut. Namun, Inggris dan Portugal masih akan mendapatkan untung apabila mereka memiliki hubungan perdagangan. Portugal Iebih beruntung jika memproduksi anggur dan Inggris tidak terlalu merugi jika memproduksi pakaian. Dengan memproduksi barang yang unggul secara komparatif, dua negara itu dapat meraih untung. Dengan menekankan keuntungan spesialisasi dan pertukaran, perdagangan internasional dapat meningkatkan efisiensi, perolehan laba dan standar hidup, serta jumlah komoditas yang tersedia.

Di sisi lain, gerakan proteksionisme tetap menentang teori pasar bebas. Pendukung perdagangan bebas sering dicap sebagai kelompok neoliberalis, kapitalis, dan probarang impor atau pro-asing. Pemerintah diminta tidak terlalu liberal agar kesejahteraan nasional meningkat. Dalam hal ini, pemerintah Indonesia terbukti membuat neraca perdagangan makin tidak berimbang. Pertumbuhan ekspor lebih rendah daripada impor. Indikatornya terlihat dari rendahnya rata-rata bea masuk barang impor ke Indonesia.

”Saat ini bea masuk barang impor yang diterapkan pemerintah rata-rata 6,8 persen,” kata seorang peneliti ekonomi Indonesia. Ekonom itu membandingkan Indonesia dengan negara lain, seperti Cina yang telah mematok tarif bea masuknya rata-rata 10 persen. Politik antidumping Indonesia sangat lemah akibatnya kinerja impor meningkat dan kinerja ekspor menurun.

Penerapan perdagangan bebas masih perlu kita pertimbangkan dan Indonesia harus lebih berhati-hati. Selama dampak negatif belum dapat terukur, Indonesia tidak dapat mengharapkan perolehan untung dari perdagangan bebas. Kerugian negara akan sangat besar ketika kita salah langkah menerapkan perdagangan bebas.

(Sumber: Kemdikbud, 2014)



Perhatikan pilihan kata dan penggunaan kalimat dalam teks eksposisi yang berjudul “Untung Rugi Perdagangan Bebas”. Teks tersebut ataupun teks eksposisi lainnya memiliki kaidah-kaidah kebahasaan sebagai berikut.

1.     Menggunakan kata-kata teknis atau peristilahan yang berkenaan dengan masalah utama (topik) yang dibahasnya.

Istilah adalah kata atau frasa (kombinasi kata-kata) yang digunakan sebagai nama atau simbol dan yang dengan hati-hati mengekspresikan makna suatu konsep, proses, kondisi atau karakteristik yang unik dalam bidang tertentu, seperti sains, teknologi, seni dan sebagainya.

Jika topik tentang kebahasaan, maka istilah-istilah yang muncul dalam teks tersebut adalah ragam bahasa, ragam baku, kaidah bahasa, berbahasa Indonesia yang baik dan benar, makna (kata), bahasa asing, bahasa gaul. Jika bidang kesehatan maka akan kita temukan istilah kesehatan, kedokteran.

 

2.      Menggunakan kata-kata yang menunjukkan hubungan penyebaban untuk menyatakan sesuatu yang argumentatif (hubungan kausalitas). Misalnya, jika, maka, sebab, disebabkan, karena, dengan demikian, akibatnya, oleh karena itu. contoh: Kenaikan pendapatan semacam itu tidak akan diperoleh jika perdagangan antarnegara dibatasi.

3.      Menggunakan Konjungsi temporal. Konjungsi adalah kata atau ungkapan penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, dan antarkalimat. konjungsi temporal adalah konjungsi yang menyatakan hubungan temporal atau waktu (sebelum itu, kemudian, pada akhirnya, sebaliknya) ataupun perbandingan/pertentangan (sementara itu, sedangkan berbeda halnya, namun). Kata-kata itu digunakan untuk menyampaikan urutan argumentasi/fakta ataupun penolakan atau penentangan terhadap argumen lainnya. Contoh: Sementara itu, Portugal hanya memerlukan sembilan puluh orang buruh untuk satu unit pakaian dan delapan puluh orang buruh untuk satu unit anggur.

 

4.          Menggunakan kata-kata kerja mental (mental verb), yakni kata kerja yang menyatakan kegiatan abstrak, sebagai bentuk aktivitas pikiran. Kata-kata yang dimaksud, misalnya, memperhatikan, menggambarkan, mengetahui, memahami, berkeyakinan, berpikir.  Kata-kata  lainnya  adalah  memprihatinkan, memperkirakan, mengagumi, menduga, berpendapat, berasumsi, dan menyimpulkan. Kata-kata tersebut digunakan dalam pernyataan-pernyataan yang mengungkapkan pendapat penulis terkait dengan masalah yang dibahasnya.

Contoh:

a.       Tak menyangka, salah seorang siswa di samping saya juga memperhatikan percakapan mereka.

b.       Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa ada dua kelompok siswa yang memiliki sikap berbahasa yang berbeda di sekolah tersebut.

c.       Proses tersebut melibatkan emosi, penalaran, dan keterampilan secara serempak dalam suatu komunikasi edukatif.

d.       Prasangka baik saya, bukannya mereka tidak memahami akan perlunya ketertiban berbahasa di lingkungan sekolah.

 

5.        Menggunakan kata-kata perujukan, seperti; menurut, berdasarkan..., merujuk..... ini, itu

Contoh:

a.     Menurut beberapa penelitian, kesantunan juga melekat dengan kepribadian suatu bangsa ataupun kelompok masyarakat.

b.     Dengan merujuk pada fenomena tersebut, tampaknya terdapat penurunan standar moral, agama, dan tata nilai yang berlaku dalam masyarakat itu.

 

6.        Menggunakan kata-kata persuasif, seperti: justru, hendaklah, sebaiknya, diharapkan, perlu, harus, seharusnya.

Contoh:

a.     Para siswa justru harus menunjukkan kelas tersendiri dalam hal berbahasa.

b.     Dengan makna tersebut, kata gua seharusnya ditujukan untuk penyebutan nama tempat, seperti Gua Selarong, Gua Jepang, Gua Pemijahan, dan seterusnya; dan bukangganti orang (persona).

c.     Penerapan perdagangan bebas masih perlu kita pertimbangkan dan Indonesia harus lebih berhati-hati.

 

 

No comments:

Post a Comment