Pages - Menu

Friday, 28 April 2023

Lebaran Setelah Idul Fitri

Setelah  Idul Fitri, masyarakat Jawa biasanya digelar sebuah tradisi. Tradisi tersebut adalah lebaran ketupat. Tradisi ini biasanya digelar satu minggu setelah Idul Fitri atau 1 Syawal.

 

Dari beberapa wilayah, tradisi ini disebut sebagai kegiatan syawalan. Bagi warga masyarakat Klaten pada umumnya menyebut tradisi ini dengan nama bakdo ketupat atau kenduri ketupat.

 

Konon tradisi ini merupakan peninggalan dari  Sunan Kalijaga. Beliau adalah salah satu Wali Songo yang  dipercaya sebagai tokoh yang pertama kali memperkenalkan ketupat.




Kala itu, Sunan Kalijaga memperkenalkan istilah ba'da atau bakda Lebaran dan Bakda Kupat yang artinya sesudah Lebaran atau sesudah Kupat. Tradisi kupatan muncul pada era tersebut. Sejarah lebaran ketupat ini muncul dengan memanfaatkan tradisi slametan yang sudah berkembang di masyarakat.

 

Selanjutnya, tradisi ini dijadikan sebagai sarana untuk mengenalkan ajaran Islam. Masyarakat diajarkan tentang cara bersyukur kepada Allah SWT, bersedekah, dan bersilaturahmi.

 

Sementara itu, kata 'ketupat' yang biasanya juga disebut 'kupat' berasal dari bahasa Jawa 'ngaku lepat'. Frasa tersebut berarti 'mengakui kesalahan'.  Dengan demikian, kehadiran ketupat merupakan simbol bagi umat Muslim agar saling mengakui kesalahan dan memaafkan saat melaksanakan tradisi tersebut.

 


Janur

Selain itu, filosofi lain pada lebaran ketupat juga terdapat pada bungkus ketupat yang menggunakan janur. Bagi masyarakat Jawa, janur kuning melambangkan penolak bala.

 

Adapun bentuk ketupat yang menyerupai segi empat mencerminkan prinsip 'kiblat papat lima pancer'. Artinya, ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah.

 

Selain itu, bungkus ketupat yang berupa anyaman rumit disimbolkan sebagai berbagai macam kesalahan manusia. Bukan itu saja, ketupat yang berwarna putih saat dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah memohon ampun atas semua kesalahan.

 

Sementara itu, ketupat umumnya diisi dengan beras yang dilambangkan sebagai kemakmuran di hari raya. Beberapa masyarakat juga menggunakan ketupat sebagai penolak bala dengan menggantungnya di pintu masuk rumah.

 

Biasanya, ketupat akan digantung bersama makanan lain, salah satunya pisang. Makanan tersebut dibiarkan menggantung dalam waktu lama sampai mengering.

 

Filosofi lain pada hidangan tradisi ini ada pada sayur pelengkapnya, yakni opor ayam dan sambal goreng. Makanan yang dibuat dengan menggunakan santan tersebut disimbolkan sebagai 'pangapunten' atau memohon maaf.

 





Banyaknya filosofi yang terdapat pada komponen-komponen dalam lebaran ketupat atau syawalan membuat masyarakat masih terus melestarikan tradisi ini. Oleh sebab itu, tradisi ini masih terus ada dan tidak tenggelam oleh modernisasi.

No comments:

Post a Comment