Monday, 11 April 2022

Bacalah teks puisi ini dengan cermat!

 Cermati kutipan puisi berikut dengan saksama! 


Andai esok tak ada lagi mentari

Arah langkah terhenti seketika 

Langit berubah warna kelabu

(......…...)

Bunga-bunga mendadak layu 


Kalimat bermajas yang tepat untuk melengkapi bagian rumpang puisi tersebut adalah


A. Gerimis pun mulai reda lagi. 

B. Udara dingin sekali.

C. Angin dan embun pagi berhenti menyapa. 

D. Tanpa lentera akan gelap sekali.


E Pembawa berita bercerita.


Kunci jawaban C


Pembahasan


Majas adalah ungkapan kata yang mengandung makna yang khas dan menciptakan efek tertentu. Bentuknya bisa berupa perbandingan, perulangan, pertentangan.


 Sama halnya dengan ketika melengkapi paragraf, dalam melengkapi puisi pun kita harus memahami makna puisi itu secara keseluruhan. Dengan demikian, kalimat yang melengkapinya itu menjadi padu dengan kalimat-kalimat lainnya.


Bait puisi tersebut mengungkap akhir suatu kehidupan. Dengan demikian, kalimat bermajas yang tepat untuk melengkapinya adalah "Angin dan embun pagi berhenti menyapa".


Kalimat tersebut bermajas personifikasi, yakni majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia. Kata "angin" dan "embun" diumpamakan sebagai manusia yang pagi itu berhenti menyapa.


Kalimat tersebut juga menyatakan makna 'berakhirnya suatu kehidupan. Perhatikan kata-kata "berhenti menyapa".

Bacalah puisi berikut dengan cermat!

 Bacalah puisi berikut dengan saksama!


Kau


Kau ajari aku memetik gitar kehidupan

Agar tercipta kasih yang lama tak Kudendangkan


Kau yang ajari aku mengeja nama Tuhan Yang lama tersingkir dalam benak

Tahukan kau? Semua itu membuat kekagumanku tandas untukmu


Kau izinkan aku duduk di beranda hatimu Agar cukup kudongakkan kepalaku


Untuk melihat apa yang tersimpan di sana Dan mengambil sebongkah cinta untukku


Kau yang ajari aku sisa hidup


Menghitung karunia yang tak terhingga


Bersama sapu tangan jingga di langit biru Dalam sisa usia yang semakin luas


Dan


Mari kita bersandar


Di tiang kasih yang kita tegakkan Mari kita berteduh


Di bawah pilar kebersamaan yang kita bangun


(Suparmiati)


Gaya romantisme pengarang dalam puisi tersebut tergambar secara dominan pada bait....

A. pertama

B. ketiga

C. Seluruh larik

D. kedua

E. keempat


Kunci jawaban: B


Pembahasan:


Puisi merupakan karya sastra yang mewakili ekspresi perasaan penyair. Bentuk ekspresi tersebut dapat berupa kerinduan, kegelisahan atau pengagungan kepada kekasih, kepada alam atau Sang Khalik. Oleh karena itu, bahasa dalam puisi akan terasa sangat ekspresif dan lebih padat. Gaya penyampaian pengarang inilah kemudian disebut gaya bahasa. Gaya bahasa membuat larik dan bait-bait dalam puisi hidup, bergerak, dan merangsang pembaca untuk memberikan reaksi tertentu atas apa yang dikemukakan penyair. Gaya romantisme pengarang adalah gaya bahasa pengarang yang mengungkapkan perasaan yang bersifat mesra, mengasyikkan, atau tentang percintaan.


Gaya romantisme pengarang dalam puisi tersebut tergambar pada bait ketiga, terutama pada larik-larik berikut.


/Kau izinkan aku duduk di beranda hatimu /Dan mengambil sebongkah cinta untukku/


Kata yang bergaris miring merupakan gaya pengarang yang mengungkapkan rasa cinta kepada kekasih dan mengagungkannya dengan gaya romantis: suatu ungkapan rasa yang tampak indah dan berlebihan.


Kumpulan soal bahasa Indonesia tema tentang novel

 1. Bacalah teks berikut ini dengan cermat!


Hari bagus cuaca terang. Bulan memancarkan cahayanya dengan cerah ke seluruh bumi. Langit bersih, seawan pun tak kelihatan, cakrawala ditaburi oleh bintang yang indah itu 


Petikan novel "Kalau Tak Untung" di atas menggambarkan jenis latar....

A. waktu

B. tempat

C. suasana

D. adat istiadat

E. budaya.


Kunci: C


2. Bacalah teks berikut ini dengan cermat!


Aku tak tahan, kutundukkan kepalaku ke atas tangannya dan kucium disertai cucuran air mata penuh kenikmatan. Lalu kutatap lagi matanya-Sahabat! Seandainya kaulihat pemukaan atas dirimu ini pada lirikan matanya, dan kini aku tak ingin mendengar namamu yang begitu sering dilecehkan disebut-sebut lagi (Novel Penderitaan Pemuda Wether, Johan Wolfgang Goethe) 


Unsur intrinsik yang tampak pada penggalan novel di atas adalah....


A. tema dan latar

B. penokohan dan alur

C. alur dan amanat

D. amanat dan latar

E. latar dan tema


Kunci: B


3. Bacalah penggalan cerpen berikut!


 Tari memang cantik dan pintar, tetapi aku tidak pernah mencintainya. Semenjak kanak-kanak aku telah mengenalnya dan rasanya kami memiliki cara pandang yang berbeda dalam mengisi kehidupan ini. Dan aku tak ingin perkawinanku tidak dilandasi rasa cinta yang kuat.

"Bapak", karya Nurani Melawati


Unsur intrinsik yang menonjol pada penggalan cerpen tersebut adalah ....



A. tema dan amanat

B. pilihan kata

C. seting cerita 

D. plot cerita

E. kepadatan cerita


Kunci: A


4. Bacalah teks berikut ini dengan cermat!


Kalau Bapak mengizinkan, saya ingin meminjam kendaraan untuk membawanya ke rumah sakit. "Maaf, Pak, pada malam hari kendaraan umum sangat jarang ada." 


"Boleh, Pak Asmar. Bawalah anak itu cepat-cepat ke dokter! Ini kunci mobil dan sedikit uang untuk berobat!"


Unsur intrinsik yang dominan dalam penggalan di atas adalah....


A. latar tempat 

B. latar waktu

C. penokohan

D. tema

E. amanat


Kunci: C


5. Tahap cerita yang menceritakan konflik yang semakin meningkat disebut tahap....


A. Penampilan masalah

B. pemuncakan konflik

C. puncak ketegangan

D. penyelesaian

E. peleraian


Kunci: C

Monday, 4 April 2022

Pengertian dan Ciri-Ciri Puisi

 Pengertian dan Ciri-Ciri Puisi


Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra itu. Adapun kekayaan makna yang terkandung dalam puisi dikarenakan oleh pemadatan segala unsur bahasa. Bahasa yang digunakan dalam puisi berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, namun maknanya sangat kaya. Kata-kata yang digunakannya adalah kata-kata konotatif, yang mengandung banyak penafsiran dan pengertian.


CIRI-CIRI PUISI


Berdasarkan hal itu, dapatlah dirumuskan ciri-ciri puisi sebagai berikut.


(1) Dalam puisi terdapat pemadatan segala unsur kekuatan bahasa.


(2) Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperbagus, dan diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi. 


(3) Puisi berisikan ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkanpengalaman dan bersifat imajinatif. 


(4) Bahasa yang dipergunakannya bersifat konotatif.


(5) Puisi dibentuk oleh struktur fisik (tipografi, diksi, majas, rima, dan irama) serta struktur batin (tema, amanat, perasaan, nada, dan suasana puisi).

Apakah yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu?

Apakah yang dimaksud dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar itu?




Jika bahasa sudah baku atau standar, baik yang ditetapkan secara resmi lewat surat putusan pejabat pemerintah atau maklumat, maupun yang diterima berdasarkan kesepakatan umum dan yang wujudnya dapat kita saksikan pada praktik pengajaran bahasa kepada khalayak, maka dapat dengan lebih mudah dibuat pembedaan antara bahasa bahasa yang mengikuti kaidah yang yang benar dengan yang tidak. Pemakaian dibakukan atau yang dianggap baku itulah yang merupakan bahasa yang benar. Jika orang masih membedakan pendapat tentang benar tidaknya suatu bentuk bahasa, perbedaan paham itu menandakan tidak atau belum adanya bentuk baku yang mantap. Jika dipandang dari sudut itu, kita mungkin berhadapan dengan bahasa yang semua tatarannya sudah dibakukan; atau yang sebagiannya sudah baku, sedangkan bagian yang lain masih dalam proses pembakuan; ataupun yang semua bagiannya belum atau tidak akan dibakukan. Bahasa Indonesia, agaknya, termasuk golongan yang kedua. Kaidah ejaan dan pembentukan istilah kita sudah distandarkan; kaidah pembentukan kata yang sudah tepat dapat dianggap baku, tetapi pelaksanaan patokan itu dalam kehidupan sehari-hari belum mantap.


Orang yang mahir menggunakan bahasanya sehingga maksud hatinya mencapai sasarannya, apa pun jenisnya itu, dianggap telah dapat berbahasa dengan efektif. Bahasanya membuahkan efek atau hasil karena serasi dengan peristiwa atau keadaan yang dihadapinya. Di atas sudah diuraikan bahwa orang yang berhadapan dengan sejumlah lingkungan hidup harus memilih salah satu ragam yang cocok dengan situasi itu. Pemanfaatan ragam yang tepat dan serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa itulah yang disebut bahasa yang baik atau tepat. Bahasa yang harus mengenai sasarannya tidak selalu perlu beragam baku. Dalam tawar-menawar di pasar, misalnya, pe makaian ragam baku akan menimbulkan kegelian, keheranan, atau kecurigaan. Akan sangat ganjillah bila dalam tawar-menawar dengan tukang sayur atau tukang becak kita memakai bahasa baku seperti


(1) Berapakah Ibu mau menjual bayam ini?


(2) Apakah Bang Becak bersedia mengantar saya ke Pasar Tanah Abang dan berapa ongkosnya?


Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, kalimat (3) dan (4) berikut akan lebih tepat.


(3) Berapa nih, Bu, bayemnya?


(4) Ke Pasar Tanah Abang, Bang, Berapa?


Sebaliknya, kita mungkin berbahasa yang baik, tetapi tidak benar. Frasa seperti ini hari merupakan bahasa yang baik sampai tahun 80-an di kalangan para makelar karcis bioskop, tetapi bentuk itu tidak merupakan bahasa yang benar karena letak kedua kata dalam frasa ini terbalik.


Karena itu, anjuran agar kita "berbahasa Indonesia dengan baik dan benar" dapat diartikan pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya dan yang di samping itu mengikuti kaidah bahasa yang betul. Ungkapan "bahasa Indonesia yang baik dan benar" mengacu ke ragam bahasa yang sekaligus memenuhi persyaratan kebaikan dan kebenaran.