Tuesday 23 February 2016

GAYA BAHASA

GAYA BAHASA

1.       Ironi (sindiran halus) : sindiran yang dikatakan, kebalikan dari apa yang sebenarnya
Contoh: Lekas betul abang pulang,  hari baru pukul satu malam (lekas betul=terlambat sekali)

2.       Sinisme : sindiran lebih kasar dari ironi yang bermaksud mencemoohkan
Contoh: “Bersih benar badanmu, ya?” Kata ibu kepada anaknya yang belum mandi

3.       Sarkasme : sindiran yang sangat tajam dan kasar, hingga kadang-kadang menyakitkan hati.
Contoh: Hai, binatang pergi engkau dari sini!

4.       Paradoks : gaya bahasa yang mengemukakan dua pengertian yang bertentangan sehingga sepintas lalu tidak masuk akal
Contoh: Dia sering kesepian di kota besar yang ramai itu

5.       Antitesis : pengungkapan mengenai situasi, benda atau sifat yang keadaannya saling bertentangan, dan menggunakan kata-kata berlawanan arti
Contoh: Besar kecil, tua muda, pria wanita ikut menyaksikan perlombaan itu

6.       Anakronisme : gaya bahasa yang menempatkan tokoh, peristiwa percakapan, dan unsur latar yg tidak sesuai menurut waktu. 
Contoh: Hang Tuah melihat arloji, lalu menghidupkan pesawat televisinya.

7. Majas oksimoron merupakan perluasan dari paradoks. Karakteristik yang membedakannya dengan majas paradoks ialah pada oksimoron pertentangan diucapakan dalam satu frase yang sama.
Contoh:

             a. Ada cinta dalam benci yang kau sematkan padaku.
             b. Pertemuan itu diwarnai dengan isak tangis bahagia.
             c. Selalu ada kemudahan dalam kesulitan akan suatu perjuangan.
             d. Dalam hidup dan matiku hanya Kau sajalah yang aku puja.
             e. Dikala senang ataupun susah kita kan menghadapi hidup bersama-sama. 

8. Kontradiksi interminus adalah salah satu
majas dalam Bahasa Indonesia. Kontradiksi interminus adalah majas yang menggunakan pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Maka dari itu, majas ini termasuk dalam kategori majas pertentangan.
Contoh kalimat yang menggunakan majas kontradiksi interminus adalah:
Semua sudah siap kecuali Ani. (pernyataan "kecuali Ani" menyangkal pernyataan sebelumnya, yaitu "semua sudah siap")
Kamar itu benar-benar kosong dan sunyi. Tak ada suara menggema di dalamnya. Hanya detakan jam dinding saja yang terdengar di sana. (pernyataan terakhir menyangkal situasi sebelumnya)

9.       Inversi : pembalikan susunan bagian kalimat yang berbeda dari susunan yang lazim.
           Contoh: Ia makan roti menjadi makan roti ia.

10.       Retoris : kalimat tanya tak bertanya, yang menyatakan kesangsian atau bersifat mengejek
            Contoh: Itukah bukti janji yang Engkau ucapkan?

11.       Koreksio : membetulkan kembali ucapan yang salah, baik dengan sengaja atau tidak
            Contoh: Dia baru saja makan, oh bukan, dia tidur

12.       Repetisi : Majas Repetisi adalah Majas perulangan kata – kata sebagai penegasan.
           Contoh:
·                                  (1) Selamat tinggal pacarku, selamat tinggal kekasihku.
·                                   (2) Kita telah merdeka, kita telah membangun, kita telah bahagia.

13.      Majas Aliterasi adalah Majas yang memanfaatkan kata – kata yang bunyi awalnya sama.
          Contoh : Inikah Indahnya Impian?

14.       Paralelisme : perulangan sebagaimana halnya repetisi, disusun dalam baris yang berbeda.
            Contoh:
Kau berkertas putih
Kau bertinta hitam
Kau beratus halaman
Kau bersampul rapi

15.       Enumerasio : melukiskan suatu peristiwa atau keadaan dengan cara menguraikan satu demi satu situasi/keadaan sehingga merupakan suatu keseluruhan
Contoh:
  • Apa yang Engkau harapkan, saya orang miskin, yang tidak disenangi orang kampung, yang tidak punya rumah tempat tinggal.
  • Laut tenang. Di atas permadani biru itu tanpak satu-satunya perahu nelayan meluncur perlahan-lahan. Angin berhempus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya. Disana-sini bintang-bintang gemerlapan. Semuanya berpadu membentuk suatu lukisan yang haromonis. Itulah keindahan sejati.
16.       Klimaks : gaya bahasa yang menguraikan suatu keadaan secara berturut-turut makin lama makin memuncak. Contoh: Sejak dari kecil sampai dewasa, malah sampai setua ini perangainya tidak pernah berubah.


17.       Antiklimaks : gaya bahasa yang menguraikan suatu keadaan secara berturut-turut makin lama makin menurun. Contoh: Jangankan sejuta, seribu, seratus pun tak mau aku memberikan uang itu kepadamu.



18.       Pleonasme : menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi sebab arti kata tersebut telah terkandung dalam kata yang diterangkannya
Contoh: Ia tidak ingin naik ke atas.



19.   Tautologi : mengulang beberapa kali  sepatah kata dalam sebuah kalimat
Contoh: Tidak, tidak mungkin dia yang mencuri uang itu.



20.   Ekslamasio : gaya bahasa yang di dalamnya memakai kata seru
Contoh: Wah, cantik benar gadis itu!

21.       Asosiasi/ Simile : majas yang membandingkan sesuatu hal dengan hal yang lainnya dengan menggunakan kata penghubung atau kata pembanding. Kata penghubung yang digunakan contohnya seperti, bagaikan, bak, layaknya, laksana, dll.
Contoh: Wajahnya cantik bagaikan bulan purnama.



22.       Alusio : gaya bahasa perbandingan dengan mempergunakan ungkapan-ungkapan, peribahasa, atau sampiran pantun yang sudah lazim dipergunakan orang
Contoh:  Makan hati saya melihat tingkahmu.



33.       Litotes : gaya bahasa yang melukiskan keadaan  sesuatu dengan menyatakan keadaan yang sebaliknya, guna merendahkan diri
Contoh: Terimalah baju jelek ini sebagai kenang-kenangan.



44.       Hiperbola : gaya bahasa yang menggunakan kata-kata untuk melukiskan peristiwa atau keadaan dengan cara berlebihan daripada sesungguhnya.
Contoh: Hatiku rasa terbakar mendengar caci makinya.



25.       Personifikasi : gaya bahasa perbandingan yang membandingkan benda mati seolah-olah bernyawa sehingga bertindak, berlaku, berpikir, merasa seperti manusia
Contoh: Hatiku berkata, saya harus sukses.



26.       Sinekdoke : gaya bahasa yang mengungkapka sebagian masalah padahal yang dimaksud semuanya, juga menyatakan seluruh masalah sedangkan yang dimaksud hanya sebagian.
Gaya bahasa ini dibagi 2 yaitu:
·         Sinekdoke Pars pro toto (sebagian untuk seluruh)
Contoh: Saya membeli tiga ekor kambing
·         Sinekdoke Totem pro parte  (seluruh untuk sebagian)
Contoh: Desa kami memenangkan lomba gerak jalan.



27.       Metonimia : gaya bahasa yang menggunakan sepatah kata atau sebuah nama yang dapat berasosiasi dengan nama benda, binatang, tempat,untuk menggantikan benda yang dimaksud tadi.
Contoh: Kami pulang pergi naik kijang.



28.       Majas Alegori adalah majas yang menyatakan sebuah perihal dengan mengunakan kiasan atau penggambaran.Secara sekilas alegori akan nampak sama dengan majas simile yang seringkali menggunakan kata-kata umpama, seperti atau bagai. Bedanya, majas alegori selalu dikemas dalam sebuah cerita atau uraian yang tentunya akan lebih komplek dari kalimat majas simile.

Contoh Majas Alegori.

    Menjalani kehidupan rumah tangga sama halnya seperti kita mengarungi lautan dengan sebuah bahtera. Terkadang kita akan dibawa menyaksikan keindahan samudra yang begitu menakjubkan. Namun tak jarang  kuatnya ombak akan mengombang-ambing tubuh kita.
    Dunia ibarat tumbuhan hijau yang menyihir setiap mata yang memandang. Indah dan begitu menakjubkan. Namun lambat laun ia akan menguning, kering dan pada akhirnya musnah.
    Otak manusia bagaikan mata pisau yang tajam.Semakin diasah ia akan semakin tajam dan membuatnya semakin disegani orang. Namun tatkala ia dibiarkan begitu saja tergeletak, ia akan berkarat dan mulai tumpul dengan sendirinya.
    Perjalanan hidup anak adam layaknya sungai yang mengalir dari hulu menyusuri tebing-tebing, melewati anak sungai yang tak terduga kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
    Anak yang baru terlahir layaknya kertas kosong yang masih bersih.Tidak ada tinta apalagi noda. Maka jagalah ia dengan baik, torehkanlah tinta emas pada tiap-tiap lembarnya dan warnailah ia dengan warna yang indah.
    Bagi seorang muslim, Al qur'an adalah rambu-rambu yang akan menunjuki ia jalan menuju Rabbnya. Selama ia patuh dan mengikuti semua rambu dengan baik, maka ia akan selamat sampai tujuan akhir.
    Waktu bagaikan pedang yang tajam yang terhunus. Jika seseorang bisa memainkannya dengan baik, maka pedang itu akan berguna bagi dirinya. Namun   jika ia ceroboh dan tidak pandai  menggunaknnya, pedang itu hanya akan mendatangkan musibah bagi dirinya sendiri dan orang lain.
    Kita hidup dunia ini seperti musafir yang sedang singgah di sebuah kampung untuk berbekal. Waktu kita tidak lama sedangkan perjalanan masih sangat jauh dan melelahkan. Jika kita kita tidak memanfaatkannya dengan baik, maka bersiaplah menderita di tengah perjalanan.
     Kata Rosululloh wanita itu baikan tulang rusuk yang bengkok. Tidak mudah untuk menjadikannya lurus. Jika kau paksa dengan otot kekarmu, maka tulang itu akan patah  dan hancur berantakan. Namun jika engkau biarkan saja, maka tulang itu selamanya akan bengkok.
    Seorang yang berderma karena Alloh bagaikan menanam sebuah biji pada tanah yang subur. Biji itu akan tumbuh menjadi sebuah pohon yang memiliki tujuh cabang yang kokoh. Dan dari setiap cabangnya ia dapat memanen seratus biji.


29.       Metafora : gaya bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain yang mempunyai sifat yang sama
Contoh: Dewi malam telah pergi ke peraduannya (bulan).



30.   Eufemisme : gaya bahasa perbandingan mempergunakan kata yang mengandung arti memperlembut atau memperhalus yang dimaksudkan untuk menghindarkan pantang (hal yang tabu) atau sopan santun
Contoh: Permisi Pak Guru, saya mau ke belakang, mau cuci tangan. (padahal mau izin pipis di kamar mandi)

No comments:

Post a Comment