Friday, 29 January 2016

MENGONVERSI PENGGALAN NOVEL KE DALAM TEKS DRAMA PENDEK


Tujuan Pembelajaran:
Siswa dapat mengonversi teks novel ke dalam teks drama pendek sesuai dengan struktur dan kaidah yang baik.
Kita main kuis-kuisan lagi yuk! Kali ini bayangkan kalian sebagai seorang calon penulis dengan sebuah ide yang sederhana. Mari kita mainkan games-nya!
Urutkanlah menjadi cerita yang paling horor sedunia.

Bagaimana kawan? Ternyata bermain menjadi seorang penulis itu cukup menyenangkan ya? Berbagai ide muncul tenggelam dalam benak kita, yang seolah-olah membuat kita membayangkan sebuah adegan film dengan banyak gambar yang berwarna. Itulah imajinasi!       Menulis merupakan salah satu pekerjaan kreatif yang menyenangkan. Dengan imajinasi, kita lebih bebas berekspresi tanpa harus terjegal hambatan-hambatan yang membatasi kehendak kita. Karena imajinasi tak punya batasan. Jadi mari kita melatih diri untuk bebas berkreativitas dengan menulis.
      Trik paling dasar untuk bisa menulis novel adalah sering-sering mencoba mengembangkan kalimat sederhana menjadi kalimat deskripsi yang hidup. Misalnya saja, kalimat gadis itu bermain bola menjadi gadis yang rambutnya dikepang dua itu bermain bola kasti di lapangan berdebu atau gadis berperawakan montok itu bermain-main dengan bola bekel di bawah pohon pinus sendirian. Coba bandingkan hasil perluasan deskripsinya, beda perluasan beda pula suasana yang terbangun kan?
      Maka dari itu latihan mendeskripsikan adegan itu penting dalam menulis novel, sama pentingnya dengan latihan memperluas interpretasi kita saat mengonversi teks novel itu sendiri menjadi teks drama. Apalagi, ketika menyusun sebuah teks drama, kita perlu memerinci adegan agar dapat mudah dipraktikan dalam akting. Untuk itu ketika mengonversi penggalan teks novel menjadi teks drama perlu memperhatikan hal-hal berikut.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat mengonversi ke drama.

1. Perdalam lagi karakter tokoh yang ada dalam cerita
Dalam drama, penggambaran tokoh dapat ditajamkan melalui berbagai cara, seperti penjelasan tokoh lain, dialog, atau penampilan ketika akting. Dalam penggalan novel belum tentu watak tokoh tersebut dinarasikan dengan jelas, maka seorang penulis naskah drama hasil konversi dari novel perlu berkreasi. Bisa jadi, karakter tokoh tertentu dalam teks drama hasil konversi teks novel sedikit berbeda, seperti penggarapan film Perempuan Berkalung Sorban berdasarkan novel dengan judul yang sama.
2. Membedakan sudut pandang cerita
Bisa jadi, teks drama tidak terlalu banyak mengeksploitasi sudut pandang penceritaan orang pertama seperti dalam novel. Karenanya, drama lebih banyak menggunakan sudut pandang orang ketiga dari berbagai sisinya.
3. Dialog-dialog kunci
Dalam novel, kita sering luput dalam membuat kata-kata khusus yang akan membuat pembaca terkenang. Nah, dalam drama kesempatan itu dapat terjadi dengan cara memperhatikan adegan yang terdapat dialog-dialog kunci, seperti dialog Romeo saat ditanya namanya menjawab “Apalah artinya sebuah nama, mawar pun akan tetap harum meski tanpa nama.”
4. Perkembangan cerita
Satu lagi, dalam konversi novel ke dalam drama, terkadang sang penyusun harus sedikit observasi dengan mengembangkan cerita, latar, alur, atau subkonflik agar terasa memikat. Karena bagi pembaca novel versi aslinya, menonton drama dengan konsep yang sama akan terasa membosankan.

Perhatikan latihan mengonversi berikut!

Ibu Muslimah yang beberapa menit lalu sembap, gelisah, dan coreng moreng, kini menjelma menjadi sekuntum crinum gigantium. Sebab tiba-tiba ia mekar sumringah dan posturnya yang jangkung persis tangkai bunga itu. Kerudungnya juga berwarna bunga crinum, demikian pula bau bajunya, persis crinum yang mirip bau vanili.
(Laskar Pelangi – Andrea Hirata. Hlm. 9)
Hasil konversi
Prolog
Ibu guru masuk ke dalam kelas dengan wajah yang lebih sumringah.
Dialog
Ibu Muslimah : Syukurlah semuanya sudah berkumpul. (Jemarinya memegang ujung kerudung jingganya)
Murid : Ya… Bu. (Menjawab serempak)
Ibu Muslimah : Terima kasih juga untuk bapak-bapak dan ibu yang berkenan hadir di hari pertama sekolah. (Bibir tersenyum sangat tulus)
Catatan
Inovasi cerita dalam drama akan membuat penggambaran latar lebih hidup. Apalagi ketika drama tersebut dipentaskan. Oleh sebab itu, imajinasi penyusun teks drama hasil konversi dari novel sangat diharapkan.

Poin Penting

Kekuatan perwatakan tokoh sangat penting dalam drama, maka buatlah konflik yang bombastis agar penokohan yang kuat akan teruji.

EVALUASI ISI PENGGALAN TEKS NOVEL

Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat membaca teks cerita fiksi dalam novel untuk memahami struktur dan isinya.
2. Siswa dapat mencermati teks cerita fiksi dalam novel untuk memahami isi dan pesan yang disampaikan dalam cerita.
3. Siswa dapat mengevaluasi isi penggalan teks cerita fiksi dalam novel.
Pencinta quippers semua, sebelum belajar mari kita sedikit refresing dengan games asah otak dan wawasan kita tentang novel ini!

      Bagaimana kawan-kawan? Permainan yang baru saja dimainkan cukupkah menguji wawasan kita mengenai perkembangan novel di Indonesia? Novel-novel dan penulis-penulisnya tersebut sudah demikian terkenal di benak pecinta sastra tanah air. Penulis-penulis tersebut menjadi populer, bukan saja karena penghasilan yang didapatkan dari royalti penjualan karya mereka, tetapi juga karena kualitas karya mereka yang mampu memotivasi banyak pembaca. Novel-novel yang berkualitas selalu berisikan harapan-harapan atau luapan cita-cita terhadap kondisi ideal sebuah persoalan.
      Pada dasarnya, sebuah novel merupakan opini atau pendapat yang hendak disampaikan penulis terhadap berbagai persoalan hidup yang ada di dunia. Solusi-solusi yang ditawarkan dalam sebuah novel tidak hanya berisikan angan-angan belaka. Banyak sekali, karya-karya novel yang berdasarkan kisah nyata dan menyediakan gambaran solusi permasalahan yang nyata. Adapun, sifat novel yang berisikan teks cerita fiksi tentu berisi juga hal-hal yang direkayasa. Meskipun demikian, solusi dalam novel tidak sedikit yang dijadikan referensi ilmiah dalam menyelesaikan permasalahan hidup. Misalnya saja, dalam novel Laskar Pelangi diutarakan pendapat mengenai kondisi belajar-mengajar yang manusiawi, sehingga banyak dijadikan rujukan penelitian tentang pendidikan.
      Pendapat-pendapat yang ada dalam teks cerita fiksi dibawakan oleh tokoh rekaan sang penulis. Keadaan tokoh dan keadaan sekitar tokoh menjadi media untuk menyampaikan informasinya. Keterangan tempat dan waktu, yang dalam hal ini adalah latar, menjadi bingkai dari keadaan faktual sekitar pembaca. Maka dari itu, seorang penulis fiksi akan memaparkan masalah sebagai konflik cerita. Sebelumnya penulis akan menggambarkan penyebab masalah dan di akhir cerita penulis akan menggambarkan akibat masalah atau solusi dari permasalahan yang dihadapi sang tokoh utama.
      Konflik dalam novel sangat kompleks atau dengan kata lain dapat terdiri lebih dari satu konflik, akan tetapi, terdapat satu benang merah sebagai ide cerita utama. Jalinan-jalinan masalah tersebut nantinya akan bermuara pada satu masalah utama di puncak rangkaian cerita.
      Nah, bagaimana jika kita dihadapkan pada satu penggalan novel saja? Seperti sudah diutarakan sebelumnya, bahwa novel adalah sebuah bentuk teks makro, di dalamnya terdapat teks-teks mikro. Sebuah penggalan tertentu dari novel tetap ada satu konflik yang diutarakan. Untuk itu, ketika kita mengevaluasi penggalan novel, perlu diperhatikan dengan saksama langkah-langkah berikut.

  1. Garis bawahi pernyataan umum berupa masalah awal yang muncul dalam penggalan novel.
  2. Urutkan sebab sampai akibat dari masalah tersebut. Adakalanya, kita bisa mengurutkan masalah hingga solusi yang disampaikan dalam penggalan novel.
  3. Daftar informasi-informasi penting yang muncul dalam penggalan novel.
  4. Tentukan informasi yang mendasari pikiran sang pengarang dalam penggalan novel tersebut.
  5. Berikan juga catatan-catatan lain untuk mendukung hasil evaluasi kita terhadap penggalan novel, seperti unsur intrinsik yang muncul, gaya bahasa yang menarik, serta kalimat-kalimat deskripsi perluasan. Contoh kalimat deskripsi perluasan: pelajar itu melamun menjadi pemuda berseragam abu-abu itu tenggelam dalam keheningan hingga pikirannya melayang tak karuan.

Mari kita praktik mengevaluasi isi penggalan teks novel berikut ini!


(Novel Ketika Cinta Bertasbih Part. 2, hlm. 16)

Evaluasi isi penggalan teks


Poin Penting

Tema adalah ide dasar sebuah cerita. Untuk memahami sebuah tema yang ada dalam teks mikro maupun makro sebuah novel, pembaca harus menguraikan alur peristiwa dengan runut.

EVALUASI STRUKTUR DAN KAIDAH KEBAHASAAN PENGGALAN TEKS NOVEL


Tujuan Pembelajaran:
1. Siswa dapat membaca teks cerita fiksi dalam novel untuk memahami struktur dan isinya.
2. Siswa dapat mencermati teks cerita fiksi dalam novel untuk memahami ciri kebahasaannya.
3. Siswa dapat mengevaluasi teks cerita fiksi dalam novel berdasarkan struktur dan kaidah-kaidah kebahasaannya.
Saatnya kita sampai di penghujung materi pembelajaran kelas XII. Tidak terasa, tiga tahun sudah kita berseragam putih abu-abu. Banyak sekali kepingan-kepingan kenangan yang sungguh berat untuk ditinggalkan. Apapun itu, belajar adalah kegiatan seumur hidup. Meskipun materi formal dalam pembelajaran hampir usai, pasti banyak sekali kesempatan bagi kita untuk terus mengasah diri dalam belajar.
      Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kita telah banyak mengetahui dan memahami materi, terutama pembelajaran sastra. Bagi pembelajaran sastra dalam bahasa Indonesia, kegiatan yang harus sering kita lakukan adalah membaca. Apalagi di pembelajaran terakhir ini, kita dihadapkan pada teks cerita fiksi dalam novel. Mempelajari novel akan membuka wawasan kita terhadap permasalahan yang kompleks dari sudut pandang kreatif dan kritis. Kita dilatih lebih bijaksana ketika membaca permasalahan dalam novel, karena novel merupakan cermin kecil dari dunia nyata.
      Novel, yang di dalamnya berbentuk teks cerita fiksi, dibentuk dari sekumpulan unsur-unsur yang saling berkaitan. Hal ini sebagai jembatan ide yang hendak disampaikan sang pengarang kepada para pembacanya. Hakikatnya, teks cerita fiksi berjenis teks narasi. Dalam sebuah teks narasi, terdapat aspek-aspek berikut: penyampai cerita (sudut pandang), pelaku cerita (tokoh), rangkaian cerita (alur), permasalahan cerita (tema), serta ruang dan waktu cerita (latar). Oleh para ahli, aspek-aspek tersebut termasuk ke dalam unsur intrinsik cerita.
      Maka, untuk bisa menguraikan unsur intrinsik tersebut, kita harus membaca novel dengan saksama. Berikut ini adalah ikhtisar kaidah yang kita kenali dari sebuah novel.

  1. relatif lebih panjang dari cerpen (walaupun ada juga yang pendek),
  2. terdiri atas 45.000 kata atau lebih,
  3. novel bersifat expands (meluas) dan complexity (kompleks).       Kita tidak bisa dengan mudah begitu saja mengungkap inti permasalahan cerita (tema) yang ada dalam sebuah cerita novel. seperti sudah disampaikan pada poin ketiga, bahwa novel bersifat kompleks, sehingga di dalam novel terdapat banyak masalah yang diungkapkan. Masalah-masalah tersebut dicari benang merahnya dan dikelompokan secara hubungan kausalitasnya (sebab-akibat).       Selanjutnya, dalam bagian-bagian penting yang berhubungan secara kronologis dalam cerita itu disusun menjadi sebuah rangkaian cerita (alur). Secara umum, sebuah teks cerita fiksi mengandung lima bagian, yakni: abstraksi, orientasi, komplikasi, evaluasi, resolusi, koda. Bagian-bagian tersebut terkadang tidak selalu tersusun secara berurutan, sehingga terdapat bermacam alur, seperti alur maju, mundur, atau campuran. Bagian-bagian dari rangkaian cerita (alur) dalam novel, dikenali sebagai struktur pembangun teks. Namun, untuk sebuah penggalan novel tentu tidak semua bagian itu dapat dijelaskan secara rinci. Oleh sebab itu, bagian-bagian tersebut dikelompokkan lagi menjadi tiga kelompok utama, yakni bagian awal, bagian tengah, dan bagian akhir.       Untuk membawakan ide dalam novel, tentu diperlukan para penyampai yang terlibat sebagai pelaku cerita (tokoh). Para pelaku cerita ini dibuat sedemikian rupa sesuai dengan pesan yang hendak dibawa dalam cerita. Maka dari itu, para pelaku cerita ini dilengkapi juga dengan perwatakannya. Dengan demikian, penulis novel boleh berandai-andai sebagai pelaku langsung atau menggunakan tokoh rekaan. Hal tersebut bergantung sudut pandang pengarang dalam menyampaikan cerita.       Terakhir, ketika mengevaluasi teks cerita fiksi, kita harus memperhatikan ruang cerita yang dipakai pengarang dalam karyanya. Ruang ini berupa kondisi tempat, waktu, dan suasana cerita (latar).       Nah, mengenai kaidah kebahasaannya. Tentu ini berkaitan dengan cara penyampaian pengarangnya. Terkadang dalam menarasikan cerita, pengarang memilih alur yang cepat untuk genre aksi dan petualangan, seperti yang dilakukan oleh Dan Brown (The DaVinci Code) dan Zaynur Ridwan (The Greatest Design) atau alur lambat untuk genre roman dan religius, seperti Habiburahman ElShirazy (Ayat-ayat Cinta) atau HAMKA (Di Bawah Lindungan Ka’bah). Ciri kebahasaan novel juga dapat dilihat dari diksi yang dipakai dalam cerita yang dipengaruhi oleh idealisme sang penulis, seperti banyak menggunakan diksi-diksi metaforis (perlambangan) yang seringkali dipakai Iwan Simatupang (Ziarah) dan Paulo Coelho (The Alchemist), asosiatif (perumpamaan) yang sering dipakai oleh Tere Liye (Ayahku bukan Pembohong) atau Raditya Dika (Cinta Brontosaurus), atau bisa juga ciri kebahasaannya naturalis belaka seperti yang dipakai dalam novel-novel metropop dan teenlit.       Untuk lebih melatih kemampuan kita dalam mengevaluasi sebuah teks cerita fiksi dalam novel, berikut ditampilkan sebuah penggalan novel Bidadari-bidadari Surga karya Tere Liye sebagai bahan latihan.

    Perhatikan penggalan novel berikut.



Contoh Evaluasi Struktur dan Kaidah Kebahasaan


Poin Penting

Teks cerita fiksi dalam novel merupakan teks makro, sehingga penganalisisan atau pengevaluasiannya harus menyeluruh. Adapun, ketika mengevaluasi bagian tertentu dalam teks novel berarti kita hanya mengevaluasi teks mikronya saja.

MENULIS SINOPSIS NOVEL


Tujuan Pembelajaran:
Siswa memahami cara menulis sinopsis novel.

Dalam materi ini, kita akan mempelajari cara menulis sinopsis novel. advertise
advertise Sinopsis adalah karangan yang berisi ringkasan dari sebuah novel. Membuat sinopsis novel tidak seperti meringkas buku nonfiksi. Meringkas novel harus tetap memperhatikan karakter tokoh, latar, serta perkembangan alur peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam novel. Ada beberapa langkah cara membuat sinopsis novel. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1. Membaca terlebih dahulu novel. Tujuannya adalah untuk memahami isi novel dengan baik.
2. Memahami dan mengelompokkan berbagai peristiwa berdasarkan alur atau plot. Cerita umumnya tersusun atas beberapa tahapan alur.

  1. Memahami tokoh dan perwatakannya. Meski sinopsis berisi ringkasan novel, penulis novel tetap harus menampilkan karakter tokoh. Penjabaran karakter ini bisa ditampilkan dengan narasi pembuat sinopsis.
  2. Menentukan gagasan pokok cerita. Gagasan adalah ide-ide pokok cerita.
  3. Merangkai gagasan-gagasan pokok cerita menjadi sebuah sinopsis

Cermati sinopsis dan analisisnya di bawah ini.

Judul Buku: Air Mata Terakhir Bunda karya Kirana Kejora
  1. Novel menyentuh dan inspiratif yang mengisahkan tentang seorang ibu yang tinggal di desa kecil Renokenongo, yang sekarang ini menjadi Tanah Lumpur’, Sidoarjo. Seorang ibu yang hidup dengan kemiskinan, kesederhanaan, dan kekuatan batinnya berjuang sendiri menghidupi dan mengantarkan kesuksesan kedua anak laki-lakinya, Delta dan Iqbal. ( Abstraks: pengantar cerita)
  2. Sriyani menghidupi kedua anak mereka dengan berjualan lontong kupang dan kuli cuci. Meski mereka hidup di bawah garis kemiskinan, namun Sriyani selalu berpesan kepada kedua anaknya untuk tidak mengeluh kepada kemiskinan. ( Alur: orientasi berisi pengenalan latar dan tokoh cerita. Gagasan pokok cerita berupa Sriyani berusaha keras menghidupi kedua anaknya.)
  3. Dengan segala daya dan upaya, Sriyani tetap berjuang demi pendidikan anak-anaknya. Ia tidak ingin anak-anaknya berpendidikan rendah, seperti dirinya. Delta dan Iqbal adalah anak yang cerdas, terutama Delta. Setelas lulus SMA, ia diterima di Fakultas Teknologi Informatika ITS.
    ( Alur: komplikasi tahap awal masalah mulai terjadi. Masalah mulai muncul ketika Delta diterima di perguruan tinggi negeri. Gagasan pokok cerita berupa Sriyani berjuang untuk pendidikan kedua anaknya.)
  4. Selama menempuh pendidikannya di ITS, Delta mencari tambahan biaya kuliah dengan mengajar privat dan mengerjakan tugas mahasiswa-mahasiswa yang malas. Sriyani pun lebih giat bekerja agar dapat mengirimi Delta uang.Namun selama Delta kuliah di ITS, Delta jarang pulang kampung karena kesibukannya. Selama kuliah tidak seorang teman pun yang tahu ibu Delta. Sriyani tidak mau menunjukkan diri kepada teman-teman Delta. Sriyani tidak ingin Delta malu memiliki ibu seperti dia. Seperti yang ia lakukan ketika Sriyani datang ke kos Delta. Ia datang menitipkan lontong kupang, uang, dan sebuah buku kepada teman Delta. Hingga akhirnya ketika Delta tiba di kosnya, ia berlari mengejar Sriyani. Sriyani hanya berpesan belajarlah, jadilah orang pintar, dan baca buku yang ia berikan.

    (Alur: komplikasi tingkat perkembangan masalah. Peningkatan masalah terjadi ketika Delta mulai sibuk dan hampir jarang pulang. Teman-teman Delta pun tidak ada yang mengetahui ibu Delta. Sriyani pun tidak ingin jati dirinya diketahui teman-teman Delta karena ia khwatir Delta malu dengan keadaaan dirinya. Gagasan pokok cerita berupa Delta dan Sriyani berjuang demi keberlangsungan pendidikan Delta.)
  5. Sampai akhirnya Delta lulus dengan cum laude. Ia sudah menyiapkan baju kebaya dan kain untuk Sriyani di acara wisudanya. Ia memohon agar Iqbal mau membawa baju itu. Namun Iqbal menyampaikan pesan Sriyani bahwa baju itu tetap diletakkan saja di kos Delta. Sampai akhirnya acara wisuda berlangsung. Sriyani tidak datang. Yang datang justru kabar duka. Sriyani pergi selama-lamanya.
    (Alur: komplikasi berisi titik puncak masalah. Titik puncak masalahnya adalah kabar Sriyani meninggal. Gagasan pokok cerita berupa Delta lulus dengan nilai cum laude. Ia ingin ibunya ikut menyaksikan wisudanya.)
  6. Kini Delta sudah menjadi orang sukses. Ia seorang pengusaha sukses di bidang IT dan minyak. Ia menikah dengan wanita pilihannya, lauren.
    (Resolusi/ Penyelesaian masalah adalah solusi terhadap Masalah. Penyelesaian masalah berupa Delta menjadi sukses dan menikahi Lauren.
    Gagasan pokok cerita berupa Delta menjadi orang sukses.)
  7. Meski Delta sudah menjadi sosok yang sukses. Ia tetap tidak bisa melupakan ibunya. Ia menempatkan ibunya sebagai perempuan utamanya. Pesan ibunya diingatnya hingga akhir hayatnya, jangan pernah menjual derita masa lalu untuk sebuah masa depan.Kehidupan adalah sekarang, masa depan adalah rancangan.
    (Koda: pesan yang terkandung adalah menempatkan ibu sebagai sosok yan utama. Ajarannya diingatnya selalu, Kehidupan adalah sekarang, masa depan adalah rancangan. Gagasan pokok cerita berupa Delta menempatkan ibunya sebagai perempuan utama.)[/important)

    Poin Penting

Sinopsis adalah karangan yang berisi ringkasan dari sebuah novel. Membuat sinopsis novel tidak seperti meringkas buku nonfiksi. Ada beberapa langkah membuat sinopsis. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1. Membaca terlebih dahulu novel.
2. Memahami dan mengelompokkan berbagai peritiwa berdasarkan alur atau plot.
3. Memahami tokoh dan perwatakannya
4. Menentukan gagasan pokok cerita.
5. Merangkai gagasan-gagasan pokok cerita menjadi sebuah sinopsis

MENGANALISIS TEKS CERITA PENGGALAN NOVEL

Tujuan Pembelajaran : Siswa mampu menganalisis penggalan teks novel.


Pada topik kali ini, kita akan belajar tentang cara menganalisis novel. Dengan menganalisis, kita akan menguraikan teks novel ke dalam unsur-unsurnya. Misalnya, kita mengenal tokoh sebagai bagian dari unsur novel. Nah, bagaimana cara kita menentukan tokoh dalam novel tersebut? Lalu, bagaimana untuk menentukan unsur novel lainnya?
      Kita dapat menganalisis sebuah novel melalui unsur-unsur intrinsiknya. Misalnya, kita mengenal tokoh Hasan dalam novel Atheis karya Achdiat K. Mihardja atau tokoh Gadis Pantai yang digunakan Pramoedya Ananta Toer dalam novelnya yang berjudul sama, Gadis Pantai. Setelah menentukan tokoh-tokoh dalam novel, kita dapat menjelaskan tentang watak atau cara pengarang dalam menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh.
      Selain unsur-unsur instrinsik, kita dapat menganalisis hal yang lebih luas seperti makna dan nilai-nilai kehidupan yang ada pada novel. Karya sastra tidak bisa sebatas analisis struktur dengan menentukan setiap unsur-unsurnya. Kita perlu melihat karya sastra sebagai hal yang memberikan manfaat kepada pembaca. Pengarang pasti hendak menyampaikan suatu hal penting dalam karyanya dan hal seperti ini akan sangat menarik untuk dianalisis.
      Perhatikan contoh menganalisis penggalan novel di bawah ini.
1.
      Pada penggalan tersebut, kita dapat mengetahui tokoh yang ada dalam novel, yakni Meage dan Irewa sekaligus kita dapat memahami bahwa pengarang menggunakan teknik penggambaran tokoh lain dalam menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh dalam cerita. Hal itu dapat dilihat dari kalimat Meage melihat Irewa sangat cantik …. Penggambaran Irewa dapat diketahui dari pernyataan Meage yang sedang melihatnya.
2.
      Penggalan novel tersebut menunjukkan latar tempat dari sebagian tempat yang digambarkan dalam novel. Latar tempat dapat dipahami dengan penggambaran lembah dan wilayah yang dijelaskan secara detail oleh pengarang, untuk mengenalkan tempat tinggal Malom dan keluarganya yang menjadi tokoh dalam novel tersebut.
Mari kita simak, unsur-unsur lainnya yang bisa dianalisis!
Tema

      Pada penggalan teks tersebut, kita dapat menentukan tema yang diangkat oleh pengarang. Melihat penggambaran peristiwa tentang pengisolasian pulau dan pemasokan senjata maka dapat dilihat bahwa ada pertikaian dalam masyarakat. Tema konflik sosial dalam masyarakat menjadi tema yang dipilih oleh pengarang.
Amanat
      Penentuan amanat dalam novel dapat dilihat dari kata-kata yang mengarah pada pesan penting untuk pembaca. Pesan tersebut hasil dari makna dalam cerita yang ingin disampaikan oleh pengarang. Misalnya, seperti pada penggalan teks novel Harimau! Harimau! ini.
      Keadaan psikis yang dialami tokoh Buyung tersebut dapat menjadi amanat yang penting bagi pembaca. Amanat tersebut dapat disimpulkan dari keinginan pengarang untuk mengajak pembaca merenungkan diri tentang berbagai hal yang telah dilakukannya di dunia. Dosa yang mereka telah perbuat dan dosa tersebut baru disadari saat keadaan berbahaya atau dalam keadaan yang sulit.. Gambaran ini menjadi amanat bahwa kita perlu mengingat kesalahan dan segera memperbaikinya sebelum kesempatan untuk hidup biasa tidak bisa dirasakan lagi.
Gaya Bahasa
      Gaya bahasa ini sangat bergantung pada setiap pengarang. Gaya bahasa dapat dilihat dari kelihaian pengarang menjalin cerita dengan menggunakan bahasa yang dapat menghasilkan suasana yang mencekam, emosional, menjengkelkan, penuh keindahan, dan sebagainya. Hal itu dapat dilihat pada penggalan novel berikut ini.

      Kita dapat melihat gaya pengarang yang halus dan menyusun kata dengan teratur untuk menggambarkan keadaan alam, seperti matahari yang dipersonifikasikan sebagai manusia yang dapat memanjat. Selain itu, pengarang juga memberikan gambaran indah tentang daun, bunga, lumut, pohon tua, burung, dan bumi yang membuat seolah-olah mereka digambarkan sebagai hal yang benar-benar hidup.
Nilai-Nilai
Pembaca diberikan penggambaran tentang berbagai nilai seperti nilai sosial, nilai budaya, nilai agama, dan sebagainya seperti pada penggalan teks berikut ini.


Poin Penting

  1. Novel dapat dianalisis dengan memperhatikan bagian-bagian unsurnya, yakni tokoh, latar, dan alur. Selain itu, tema, amanat, gaya bahasa, dan nilai-nilai kehidupan menjadi bagian analisis yang penting.
  2. Saat menganalisis, berikan kesimpulan tentang makna yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya tersebut.