Tuesday, 31 October 2023

Mengidentifikasi karakterisasi pada hikayat

 


HIKAYAT SI MISKIN


Asalnya raja kayangan dan jadi demikian karena disumpahi oleh Batara Indera. Terlantar di negeri Antah Berantah dan keduanya sangat dibenci orang. Setiap kali mereka mengemis di pasar dan kampung mereka dipukuli dan diusir hingga ke hutan. Oleh yang demikian, tinggallah dua suami-istri itu di hutan memakan batang kayu dan buah-buahan.


Hatta beberapa lamanya maka istri si Miskin itu pun hamillah tiga bulan lamanya. Maka istrinya menangis hendak makan buah mempelam yang ada di dalam taman raja itu. Maka suaminya itu pun terketukkan hatinya tatkala ia di Keinderaan menjadi raja tiada ia mau beranak. Maka sekarang telah mudhorot. Maka baharulah hendak beranak seraya berkata kepada istrinya, "Ayo, hai Adinda. Tuan hendak membunuh kakandalah rupanya ini. Tiadakah tuan tahu akan hal kita yang sudah lalu itu? Jangankan hendak meminta barang suatu, hampir kepada kampung orang tiada boleh."


Setelah didengar oleh istrinya kata suaminya demikian itu maka makinlah sangat ia menangis. Maka kata suaminya, "Diamlah tuan, jangan menangis! Berilah kakanda pergi mencaharikan tuan buah mempelam itu, jikalau dapat oleh kakanda akan buah mempelam itu kakanda berikan pada tuan."


Maka istrinya itu pun diamlah. Maka suaminya itu pun pergilah ke pasar mencahari buah mempelam itu. Setelah sampai di orang berjualan buah mempelam maka si Miskin itu pun berhentilah di sana. Hendak pun dimintanya takut ia akan dipalu orang. Maka kata orang yang berjualan buah mempelam, "Hai miskin. Apa kehendakmu?"


Maka sahut si Miskin, "Jikalau ada belas dan kasihan serta rahim tuan akan hamba orang miskin hamba ini minta diberikan yang sudah terbuang itu. Hamba hendak memohonkan buah mempelam tuan yang sudah busuk itu barang sebiji sahaja tuan.


Maka terlalu belas hati sekalian orang pasar itu yang mendengar kata si Miskin. Seperti hancurlah rasa hatinya. Maka ada yang memberi buah mempelam, ada yang memberikan nasi, ada yang memberikan kain baju, ada yang memberikan buah-buahan. Maka si Miskin itu pun heranlah akan dirinya oleh sebab diberi orang pasar itu berbagai-bagai jenis pemberian. Adapun akan dahulunya jangankan diberinya barang suatu hampir pun tiada boleh. Habislah dilemparnya dengan kayu dan batu. Setelah sudah ia berpikir dalam hatinya demikian itu maka ia pun kembalilah ke dalam hutan mendapatkan istrinya.


Maka katanya, "Inilah Tuan, buah mempelam dan segala buah-buahan dan makan-makanan dan kain baju. Itupun diinjakkannyalah istrinya seraya menceriterakan hal ihwalnya tatkala ia di pasar itu. Maka istrinya pun menangis tiada mau makan jikalau bukan buah mempelam yang di dalam taman raja itu. "Biarlah aku mati sekali."


Maka terlalulah sebal hati suaminya itu melihatkan akan kelakuan istrinya itu seperti orang yang hendak mati. Rupanya tiadalah berdaya lagi. Maka suaminya itu pun pergilah menghadap Maharaja Indera Dewa itu. Maka baginda itu pun sedang ramai dihadap oleh segala raja-raja. Maka si Miskin datanglah. Lalu masuk ke dalam sekali.


Maka titah baginda, "Hai Miskin, apa kehendakmu?" Maka sahut si Miskin, "Ada juga tuanku." Lalu sujud kepalanya lalu diletakkannya ke tanah, "Ampun Tuanku, beribu-ribu ampun tuanku. Jikalau ada karenanya Syah Alam akan patuhlah hamba orang yang hina ini hendaklah memohonkan buah mempelam Syah Alam yang sudah gugur ke bumi itu barangkali Tuanku."


Maka titah baginda, "Hendak engkau buatkan apa buah mempelam itu?"


Maka sembah si Miskin, "Hendak dimakan, Tuanku."


Maka titah baginda, "Ambilkanlah barang setangkai berikan kepada si Miskin ini".


Maka diambilkan oranglah diberikan kepada si Miskin itu. Maka diambillah oleh si Miskin itu seraya menyembah kepada baginda itu. Lalu keluar ia berjalan kembali. Setelah itu maka baginda pun berangkatlah masuk ke dalam istananya. Maka segala raja-raja dan menteri hulubalang rakyat sekalian itu pun masing-masing pulang ke rumahnya. Maka si Miskin pun sampailah kepada tempatnya. Setelah dilihat oleh istrinya akan suaminya datang itu membawa buah mempelam setangkai. Maka ia tertawa-tawa. Seraya disambutnya lalu dimakannya.


Maka adalah antaranya tiga bulan lamanya. Maka ia pun menangis pula hendak makan nangka yang di dalam taman raja itu juga. Demikian juga si Miskin mendapat nangka di kebun raja itu untuk istrinya yang mengidam itu


Adapun selama istrinya si Miskin hamil maka banyaklah makan-makanan dan kain baju dan beras padi dan segala perkakas-perkakas itu diberi orang kepadanya.


Dan pada ketika yang baik dan saat yang sempurna, pada malam empat belas hari bulan maka bulan itu pun sedang terang-tumerang maka pada ketika itu istri si Miskin itu pun beranaklah seorang anak lelaki terlalu amat baik parasnya dan elok rupanya. Anak itu dinamakan Marakarmah, artinya anak di dalam kesukaran.


Hatta maka dengan takdir Allah Swt. menganugerahi kepada hambanya. Maka si Miskin pun menggalilah tanah hendak berbuat tempatnya tiga beranak itu. Maka digalinyalah tanah itu hendak mendirikan tiang teratak itu. Maka tergalilah kepada sebuah telaju yang besar berisi emas terlalu banyak. Maka istrinya pun datanglah melihat akan emas itu. Seraya berkata kepada suaminya, "Adapun akan emas ini sampai kepada anak cucu kita sekalipun tiada habis dibuat belanja."


la menjadi kaya dan menempah barang-barang keperluannya: kendi, lampit, utar-utar, pelana kuda, keris, dan sebagainya. Sekembalinya dari menempah barang-barang itu dia mandi berlimau, menimang anaknya dan berseru, "Jikalau sungguh- sungguh anak dewa-dewa hendak menerangkan muka ayahanda ini, jadilah negeri di dalam hutan ini sebuah negeri yang lengkap dengan kota, parit dan istananya serta dengan menteri, hulubalang, rakyat sekalian dan segala raja-raja di bawah baginda, betapa adat segala raja-raja yang besar!"


Kabul permintaan itu dan si Mişkin menjadi raja bertukar nama Maharaja Indera Angkasa dan istrinya bertukar nama Ratna Dewi dan negeri itu dinamakan Puspa Sari.


(Sumber: Bunga Rampai Melayu Kuno, 1952, dengan penyesuaian)


Berdasarkan teks tersebut kerjakan soal berikut ini!


1. Sebutkan nama-nama tokoh dalam cerita!

2. Jelaskan semua karakter tokoh-tokohnya!

3. Jelaskan masalah yang dihadapi semua tokoh dalam cerita tersebut!

4. Jelaskan cara tokoh menyelesaikan masalah yang dihadapi!


Kerjakan juga soal berikut ini!



1. Apakah setiap tokoh memiliki porsi yang sama dalam cerita untuk digambarkan karakternya? Jika tidak, tokoh mana yang mendapatkan porsi lebih banyak? Jelaskan alasanmu!


2. Adakah keterkaitan antara karakter tokoh dan cara mereka menyele-saikan masalah? Mengapa?


3. Apa yang akan terjadi jika si Miskin tidak jujur menyampaikan kepada istrinya bahwa mempelam yang didapatnya kali pertama dari pasar? Apakah hal tersebut akan sangat memengaruhi cerita?


4. Apakah kalian setuju dengan sikap istri si Miskin yang menolak mempelam yang dibawa suaminya dari pasar? Mengapa?


5. Jika kalian menjadi si Miskin apakah kalian akan melakukan hal yang sama saat diminta istrinya meminta mempelam Raja? Jelaskan alasan jawabanmu! 



Kunci jawaban:


1. Nama-nama tokoh dalam cerita:

   - Si Miskin (nama sebenarnya tidak disebutkan)

   - Maharaja Indera Dewa (nama sebenarnya tidak disebutkan)

   - Ratna Dewi (nama istri Si Miskin)

   - Marakarmah (anak mereka)

   - Raja-raja dan masyarakat di negeri Antah Berantah dan Puspa Sari


2. Karakter tokoh-tokohnya:

   - Si Miskin: Awalnya adalah seorang pengemis yang merana dan menderita, kemudian menjadi kaya setelah menemukan harta emas di kebun Raja. Ia adalah sosok yang bijaksana dan memiliki keinginan untuk menciptakan negeri yang makmur dan lengkap dengan struktur pemerintahan.

   - Maharaja Indera Dewa: Awalnya merupakan Raja Kayangan yang terbuang ke negeri Antah Berantah sebagai hukuman dari Batara Indera. Kemudian, ia menjadi Maharaja Puspa Sari setelah kembali kaya berkat emas yang ditemukan oleh Si Miskin. Baginda adalah sosok yang bijaksana dan penuh belas kasihan.

   - Ratna Dewi: Istri Si Miskin yang mengidam buah mempelam dari taman Raja. Ia adalah sosok yang tekun dan sabar dalam menunggu. Kemudian, setelah kehamilan, ia menjadi Maharani Puspa Sari.

   - Marakarmah: Anak mereka yang lahir setelah berkat kemurahan Raja.


3. Masalah yang dihadapi semua tokoh dalam cerita:

   - Si Miskin dan Maharaja Indera Dewa terbuang ke negeri Antah Berantah dan hidup sebagai pengemis yang dibenci oleh masyarakat.

   - Ratna Dewi mengidam buah mempelam dari taman Raja yang tidak dapat diakses oleh mereka di awal cerita.


4. Cara tokoh menyelesaikan masalah yang dihadapi:

   - Si Miskin berani meminta buah mempelam dari taman Raja dan diberi oleh Maharaja Indera Dewa setelah ia menghadap Raja dengan penuh rasa hormat.

   - Setelah Si Miskin menemukan harta emas di kebun Raja, ia menggunakan emas tersebut untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, membangun negeri Puspa Sari, dan memenuhi keinginan istri dan masyarakat.


Pertanyaan tambahan:


1. Tidak, beberapa tokoh seperti Si Miskin (mahasiswa) dan Maharaja Indera Dewa (Raja Kayangan) memiliki porsi lebih banyak dalam cerita dibandingkan dengan tokoh lain. Hal ini disebabkan fokus cerita pada perjalanan dan transformasi karakter mereka.


2. Ada keterkaitan antara karakter tokoh dan cara mereka menyelesaikan masalah. Si Miskin awalnya adalah seorang yang tekun dan penuh belas kasihan, sehingga ia berani meminta dengan hormat buah mempelam dari taman Raja. Maharaja Indera Dewa adalah sosok bijaksana dan penuh rasa belas kasihan, sehingga ia dengan mudah memberikan buah mempelam dan memahami kebutuhan rakyatnya.


3. Jika Si Miskin tidak jujur kepada istrinya tentang mempelam yang diperolehnya dari pasar, mungkin istrinya akan merasa kecewa dan cerita mungkin akan berkembang dalam arah yang berbeda. Namun, kejujuran Si Miskin dalam cerita menghasilkan pertolongan dari Maharaja Indera Dewa.


4. Sikap istri Si Miskin yang menolak mempelam yang dibawa suaminya adalah reaksi yang wajar mengingat kondisi yang sulit dan pengalaman buruk sebelumnya di pasar. Namun, ia juga menunjukkan kesabaran dan keinginan untuk memenuhi keinginan istri.


5. Keputusan Si Miskin untuk meminta buah mempelam dengan cara yang baik dan penuh hormat menunjukkan kebijaksanaan dan rasa hormat kepada Maharaja. Kebijakan ini membuahkan hasil yang baik dalam cerita dengan diberikannya emas dan kemakmuran pada akhirnya.


Tuesday, 24 October 2023

Menganalisis isi hikayat si miskin

 


HIKAYAT SI MISKIN


Asalnya raja kayangan dan jadi demikian karena disumpahi oleh Batara Indera. Terlantar di negeri Antah Berantah dan keduanya sangat dibenci orang. Setiap kali mereka mengemis di pasar dan kampung mereka dipukuli dan diusir hingga ke hutan. Oleh yang demikian, tinggallah dua suami-istri itu di hutan memakan batang kayu dan buah-buahan.


Hatta beberapa lamanya maka istri si Miskin itu pun hamillah tiga bulan lamanya. Maka istrinya menangis hendak makan buah mempelam yang ada di dalam taman raja itu. Maka suaminya itu pun terketukkan hatinya tatkala ia di Keinderaan menjadi raja tiada ia mau beranak. Maka sekarang telah mudhorot. Maka baharulah hendak beranak seraya berkata kepada istrinya, "Ayo, hai Adinda. Tuan hendak membunuh kakandalah rupanya ini. Tiadakah tuan tahu akan hal kita yang sudah lalu itu? Jangankan hendak meminta barang suatu, hampir kepada kampung orang tiada boleh."


Setelah didengar oleh istrinya kata suaminya demikian itu maka makinlah sangat ia menangis. Maka kata suaminya, "Diamlah tuan, jangan menangis! Berilah kakanda pergi mencaharikan tuan buah mempelam itu, jikalau dapat oleh kakanda akan buah mempelam itu kakanda berikan pada tuan."


Maka istrinya itu pun diamlah. Maka suaminya itu pun pergilah ke pasar mencahari buah mempelam itu. Setelah sampai di orang berjualan buah mempelam maka si Miskin itu pun berhentilah di sana. Hendak pun dimintanya takut ia akan dipalu orang. Maka kata orang yang berjualan buah mempelam, "Hai miskin. Apa kehendakmu?"


Maka sahut si Miskin, "Jikalau ada belas dan kasihan serta rahim tuan akan hamba orang miskin hamba ini minta diberikan yang sudah terbuang itu. Hamba hendak memohonkan buah mempelam tuan yang sudah busuk itu barang sebiji sahaja tuan.


Maka terlalu belas hati sekalian orang pasar itu yang mendengar kata si Miskin. Seperti hancurlah rasa hatinya. Maka ada yang memberi buah mempelam, ada yang memberikan nasi, ada yang memberikan kain baju, ada yang memberikan buah-buahan. Maka si Miskin itu pun heranlah akan dirinya oleh sebab diberi orang pasar itu berbagai-bagai jenis pemberian. Adapun akan dahulunya jangankan diberinya barang suatu hampir pun tiada boleh. Habislah dilemparnya dengan kayu dan batu. Setelah sudah ia berpikir dalam hatinya demikian itu maka ia pun kembalilah ke dalam hutan mendapatkan istrinya.


Maka katanya, "Inilah Tuan, buah mempelam dan segala buah-buahan dan makan-makanan dan kain baju. Itupun diinjakkannyalah istrinya seraya menceriterakan hal ihwalnya tatkala ia di pasar itu. Maka istrinya pun menangis tiada mau makan jikalau bukan buah mempelam yang di dalam taman raja itu. "Biarlah aku mati sekali."


Maka terlalulah sebal hati suaminya itu melihatkan akan kelakuan istrinya itu seperti orang yang hendak mati. Rupanya tiadalah berdaya lagi. Maka suaminya itu pun pergilah menghadap Maharaja Indera Dewa itu. Maka baginda itu pun sedang ramai dihadap oleh segala raja-raja. Maka si Miskin datanglah. Lalu masuk ke dalam sekali.


Maka titah baginda, "Hai Miskin, apa kehendakmu?" Maka sahut si Miskin, "Ada juga tuanku." Lalu sujud kepalanya lalu diletakkannya ke tanah, "Ampun Tuanku, beribu-ribu ampun tuanku. Jikalau ada karenanya Syah Alam akan patuhlah hamba orang yang hina ini hendaklah memohonkan buah mempelam Syah Alam yang sudah gugur ke bumi itu barangkali Tuanku."


Maka titah baginda, "Hendak engkau buatkan apa buah mempelam itu?"


Maka sembah si Miskin, "Hendak dimakan, Tuanku."


Maka titah baginda, "Ambilkanlah barang setangkai berikan kepada si Miskin ini".


Maka diambilkan oranglah diberikan kepada si Miskin itu. Maka diambillah oleh si Miskin itu seraya menyembah kepada baginda itu. Lalu keluar ia berjalan kembali. Setelah itu maka baginda pun berangkatlah masuk ke dalam istananya. Maka segala raja-raja dan menteri hulubalang rakyat sekalian itu pun masing-masing pulang ke rumahnya. Maka si Miskin pun sampailah kepada tempatnya. Setelah dilihat oleh istrinya akan suaminya datang itu membawa buah mempelam setangkai. Maka ia tertawa-tawa. Seraya disambutnya lalu dimakannya.


Maka adalah antaranya tiga bulan lamanya. Maka ia pun menangis pula hendak makan nangka yang di dalam taman raja itu juga. Demikian juga si Miskin mendapat nangka di kebun raja itu untuk istrinya yang mengidam itu


Adapun selama istrinya si Miskin hamil maka banyaklah makan-makanan dan kain baju dan beras padi dan segala perkakas-perkakas itu diberi orang kepadanya.


Dan pada ketika yang baik dan saat yang sempurna, pada malam empat belas hari bulan maka bulan itu pun sedang terang-tumerang maka pada ketika itu istri si Miskin itu pun beranaklah seorang anak lelaki terlalu amat baik parasnya dan elok rupanya. Anak itu dinamakan Marakarmah, artinya anak di dalam kesukaran.


Hatta maka dengan takdir Allah Swt. menganugerahi kepada hambanya. Maka si Miskin pun menggalilah tanah hendak berbuat tempatnya tiga beranak itu. Maka digalinyalah tanah itu hendak mendirikan tiang teratak itu. Maka tergalilah kepada sebuah telaju yang besar berisi emas terlalu banyak. Maka istrinya pun datanglah melihat akan emas itu. Seraya berkata kepada suaminya, "Adapun akan emas ini sampai kepada anak cucu kita sekalipun tiada habis dibuat belanja."


la menjadi kaya dan menempah barang-barang keperluannya: kendi, lampit, utar-utar, pelana kuda, keris, dan sebagainya. Sekembalinya dari menempah barang-barang itu dia mandi berlimau, menimang anaknya dan berseru, "Jikalau sungguh- sungguh anak dewa-dewa hendak menerangkan muka ayahanda ini, jadilah negeri di dalam hutan ini sebuah negeri yang lengkap dengan kota, parit dan istananya serta dengan menteri, hulubalang, rakyat sekalian dan segala raja-raja di bawah baginda, betapa adat segala raja-raja yang besar!"


Kabul permintaan itu dan si Mişkin menjadi raja bertukar nama Maharaja Indera Angkasa dan istrinya bertukar nama Ratna Dewi dan negeri itu dinamakan Puspa Sari.


(Sumber: Bunga Rampai Melayu Kuno, 1952, dengan penyesuaian)


Berdasarkan teks tersebut kerjakan soal berikut ini!


1. Sebutkan nama-nama tokoh dalam cerita!

2. Jelaskan semua karakter tokoh-tokohnya!

3. Jelaskan masalah yang dihadapi semua tokoh dalam cerita tersebut!

4. Jelaskan cara tokoh menyelesaikan masalah yang dihadapi!


Jawaban:


1. Nama-nama tokoh dalam cerita:

   - Si Miskin (Maharaja Indera Angkasa setelah berubah status)

   - Istri Si Miskin (Ratna Dewi setelah berubah status)

   - Anak Si Miskin dan Istri (Marakarmah)


2. Penjelasan karakter tokoh-tokohnya:

   - Si Miskin (Maharaja Indera Angkasa): Awalnya adalah seorang miskin yang hidup dalam kemiskinan dan dibenci orang. Ia sangat mencintai istrinya dan berusaha memenuhi keinginannya. Setelah menemukan harta karun, ia menjadi kaya dan bijaksana, merancang untuk membangun sebuah negeri yang makmur dan adil.


   - Istri Si Miskin (Ratna Dewi): Awalnya hidup dalam kemiskinan bersama suaminya dan dikejar-kejar oleh orang. Ia mengidamkan buah-buahan tertentu dan menangis jika tidak dapat memakannya. Setelah suaminya mendapatkan harta karun, ia menjadi kaya dan bergembira.


   - Anak Si Miskin dan Istri (Marakarmah): Anak lelaki yang lahir dalam kondisi yang sulit dan kemiskinan. Nama Marakarmah memiliki arti "anak di dalam kesukaran."


3. Masalah yang dihadapi semua tokoh dalam cerita:

   - Si Miskin dan istrinya awalnya hidup dalam kemiskinan, sering kali diusir dan disiksa oleh orang, serta kekurangan makanan dan barang-barang keperluan.


4. Cara tokoh menyelesaikan masalah yang dihadapi:

   - Si Miskin mencoba memenuhi keinginan istrinya yang mengidamkan buah mempelam dan nangka dengan berani pergi ke pasar meskipun dulu sering dipukuli orang. Setelah mendapatkan harta karun, ia merencanakan untuk membangun negeri yang makmur.

   

   - Istri Si Miskin menerima dan makan buah mempelam yang diberikan suaminya setelah ia pergi ke pasar untuk memenuhi keinginan istrinya.


   - Setelah menemukan harta karun, Si Miskin merencanakan untuk membangun negeri yang makmur dengan sistem pemerintahan yang baik dan adil. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa masa depan anaknya akan lebih baik daripada masa lalu yang penuh kesulitan.


Kata kunci: Maharaja Indera Angkasa, Ratna Dewi, Marakarmah, kemiskinan, keinginan istri, harta karun, makanan dan buah-buahan, Puspa Sari, perubahan status, kesulitan, kaya mendadak, kemurahan hati, negeri yang makmur, rancangan, anugerah, adil, masyarakat, nama baru, pengorbanan, keberuntungan.

Meringkas Isi Hikayat

 Hikayat adalah sebuah genre sastra tradisional dalam budaya Melayu yang terutama ditemukan di wilayah Asia Tenggara, seperti Malaysia, Indonesia, dan Brunei. Hikayat merupakan cerita panjang atau narasi epik yang sering kali berisi cerita-cerita tentang sejarah, mitos, atau legenda yang memiliki makna budaya dan moral yang dalam. Beberapa ciri khas hikayat adalah:


1. Cerita Panjang: Hikayat biasanya memiliki cerita yang panjang, bahkan bisa mencapai ribuan halaman. Ini membuatnya menjadi karya sastra yang menguraikan cerita dengan detail.


2. Mengandung Nilai Budaya dan Moral: Hikayat sering kali mengandung pesan moral, etika, dan nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat yang menciptakannya. Mereka bisa berfungsi sebagai sarana pendidikan moral.


3. Menggabungkan Aspek Sejarah dan Mitos: Beberapa hikayat mencampurkan elemen-elemen sejarah dengan unsur-unsur mitos atau legenda, sehingga menciptakan narasi yang menghibur sambil memberikan wawasan tentang asal-usul suatu daerah atau budaya.


4. Bahasa Klasik: Hikayat sering ditulis dalam bahasa Melayu klasik atau bahasa yang memiliki ciri-ciri sastra yang khas.


5. Penggunaan Puisi: Puisi seringkali digunakan dalam hikayat untuk menghiasi cerita dan mengekspresikan perasaan tokoh-tokoh dalam cerita.


6. Pengaruh Agama: Beberapa hikayat memiliki pengaruh agama, dengan cerita-cerita yang mencerminkan nilai-nilai agama Islam, Hindu, atau Budha, tergantung pada konteks sejarah dan budaya di mana hikayat tersebut muncul.


Hikayat merupakan bagian penting dari warisan sastra dan budaya di Asia Tenggara. Mereka tidak hanya menghibur, tetapi juga berfungsi sebagai alat pendidikan dan pemeliharaan nilai-nilai budaya dalam masyarakat yang menghasilkannya.


Bacalah teks hikayat berikut ini, kemudian buatlah ringkasannya minimal 200 kata!


HIKAYAT SA-IJAAN DAN IKAN TODAK


Menurut sahibul hikayat, sebermula ada seorang Datu yang sakti mandraguna sedang bertapa di tengah laut. Namanya Datu Mabrur. la bertapa di antara Selat Laut dan Selat Makassar.


Siang-malam ia bersamadi di batu karang, di antara percikan buih, debur ombak, angin, gelombang dan badai topan. Ia memohon kepada Sang Pencipta agar diberi sebuah pulau. Pulau itu akan menjadi tempat bermukim bagi anak-cucu dan keturunannya, kelak.


Hatta, ketika laut tenang, seekor ikan besar tiba-tiba muncul dari permukaan laut dan terbang menyerangnya. Tanpa beringsut dari tempat duduk maupun membuka mata, Datu Mabrur menepis serangan mendadak itu.


Ikan itu terpelanting dan jatuh di karang. Setelah jatuh ke air, ikan itu menyerang lagi. Demikian berulang-ulang. Di sekeliling karang, ribuan ikan lain mengepung, memperlihatkan gigi mereka yang panjang dan tajam, seakan prajurit siap tempur. Pada serangannya yang terakhir, ikan itu terpelanting jatuh persis saat


Datu Mabrur membuka matanya. "Hai, ikan! Apa maksudmu mengganggu samadiku? Ikan apa kamu?"


"Aku ikan todak, Raja Ikan Todak yang menguasai perairan ini. Şamadimu membuat lautan bergelora. Kami terusik, dan aku memutuskan untuk menyerangmu. Tapi, engkau memang sakti, Datu Mabrur. Aku takluk," katanya, megap-megap. Matanya berkedip-kedip menahan sakit. Tubuhnya terjepit di sela-sela karang tajam.


"Jadi, itu rakyatmu?" Datu Mabrur menunjuk ribuan ikan yang mengepung karang.


"Ya, Datu. Tapi, sebelum menyerangmu tadi, kami telah bersepakat. Kalau aku kalah, kami akan menyerah dan mematuhi apa pun perintahmu."


"Datu, tolonglah aku. Obati luka-lukaku dan kembalikanlah aku ke laut. Kalau terlalu lama di darat, aku bisa mati. Atas nama rakyatku, aku berjanji akan mengabdi padamu, bila engkau menolongku..." Raja Ikan Todak mengiba-iba. Seolah sulit bernapas, insangnya membuka dan menutup.


"Baiklah," Datu Mabrur berdiri. "Sebagai sesama makhluk ciptaan-Nya, aku akan menolongmu."


"Apa pun permintaanmu, kami akan memenuhinya. Datu ingin istana bawah laut yang terbuat dari emas dan permata, dilayani ikan duyung dan gurita? Ingin berkeliling dunia, bersama ikan paus dan lumba-lumba?" "Tidak. Aku tak punya keinginan pribadi, tapi untuk masa depan anak-cucuku nanti...." Lalu, Datu Mabrur menceritakan


maksud pertapaannya selama ini. "Akan kukerahkan rakyatku, seluruh penghuni lautan dan samudera. Sebelum matahari terbit esok pagi, impianmu akan terwujud. Aku bersumpah!" jawab Raja Ikan Todak.


Datu Mabrur tak dapat membayangkan, bagaimana Raja Ikan Todak akan memenuhi sumpahnya itu. "Baiklah. Tapi kita harus membuat perjanjian. Sejak sekarang kita harus sa-ijaan, seiring sejalan. Seia sekata, sampai ke anak-cucu kita. Kita harus rakat mufakat, bantu membantu, bahu membahu. Setuju?"


"Setuju, Datu...," sahut Raja Ikan Todak yang tergolek lemah. la sangat membutuhkan air.


Mendengar jawaban itu, Datu Mabrur tersenyum. Dengan hati-hati, dilepaskannya tubuh Raja Ikan Todak dari jepitan karang, lalu diusapnya lembut.


Ajaib! Dalam sekejap, darah dan luka di sekujur tubuh Raja Ikan Todak itu mengering! Kulitnya licin kembali seperti semula,


seakan tak pernah luka. Ikan itu menggerak-gerakkan sirip dan ekornya dengan gembira.


Dengan lembut dan penuh kasih sayang, Datu Mabrur mengangkat Raja Ikan Todak itu dan mengembalikannya ke laut. Ribuan ikan yang tadi mengepung karang, kini berenang mengerumuninya, melompat-lompat bersuka ria. "Sa-ijaan!" seru Raja Ikan Todak sambil melompat di permukaan laut.


"Sa-ijaan!" sahut Datu Mabrur.


Sebelum tengah malam, sebelum batas waktu pertapaannya berakhir, Datu Mabrur dikejutkan oleh suara gemuruh yang datang dari dasar laut. Gemuruh perlahan, tapi pasti. Gemuruh suara itu terdengar bersamaan dengan timbulnya sebuah daratan, dari dasar laut! Kian lama, permukaan daratan itu kian tampak. Naik dan terus naik! Lalu, seluruhnya timbul ke permukaan!


Di bawah permukaan air, ternyata jutaan ikan dari berbagai jenis mendorong dan memunculkan daratan baru itu dari dasar laut. Sambil mendorong, mereka serempak berteriak, "Sa-ijaan! Sa-ijaan! Sa-ijaaan...!" Datu Mabrur tercengang di karang pertapaannya. Raja Ikan Todak telah memenuhi sumpahnya!


Bersamaan dengan terbitnya matahari pagi, daratan itu telah timbul sepenuhnya. Berupa sebuah pulau. Lengkap dengan ngarai, lembah, perbukitan dan pegunungan. Tanahnya tampak subur. Pulau kecil yang makmur.


Datu Mabrur senang dan gembira. Impiannya tentang pulau yang akan menjadi tempat tinggal bagi anak-cucu dan keturunannya, telah menjadi kenyataan. Permohonannya telah dikabulkan. Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Sang Pencipta, ia menamakannya Pulau Halimun.


Alkisah, Pulau Halimun kemudian disebut Pulau Laut. Sebab, ia timbul dari dasar laut dan dikelilingi laut. Sebagai hikmahnya, kata sa-ijaan dan ikan todak dijadikan slogan dan lambang Pemerintah Kabupaten Kotabaru.


Diadaptasi dari:


https://sumberbelajar.seamolec.org/product.php?id-NWFIMDNINzE4NJVIYWNIZjc4ZjE3Nm]h


Berikut adalah Ringkasan cerita di atas.


Dalam suatu hikayat, terdapat seorang Datu kuat bernama Datu Mabrur yang bertapa di Selat Laut dan Selat Makassar. Dia berharap untuk mendapatkan sebuah pulau bagi keturunannya. Namun, saat dia bertapa, Raja Ikan Todak muncul dan menyerangnya. Meskipun serangan Ikan Todak itu mematikan, Datu Mabrur berhasil menepisnya dengan kekuatannya. Raja Ikan Todak, yang menguasai perairan tersebut, akhirnya takluk.


Raja Ikan Todak dan ribuan pengikutnya menawarkan bantuan untuk mewujudkan impian Datu Mabrur. Dalam kesepakatan yang disebut "sa-ijaan," mereka bekerja sama untuk menciptakan sebuah pulau yang disebut Pulau Halimun.


Seiring waktu, daratan baru itu terbentuk, dan Pulau Halimun menjadi kenyataan. Datu Mabrur sangat bersyukur dan menamainya Pulau Laut. Kata "sa-ijaan" dan ikan todak dijadikan simbol kerjasama dan persatuan di daerah tersebut.


Dengan kerja sama antara manusia dan makhluk laut, impian Datu Mabrur tentang pulau untuk keturunannya menjadi kenyataan. Pulau Laut menggambarkan keajaiban kolaborasi dan persahabatan antara manusia dan alam.

Wednesday, 18 October 2023

Menganalisis dan menulis teks Editorial

 TAJUK RENCANA



Dilema Persampahan di DIY 



PEMDA DIY belum juga berhasil mengatasi masalah persampahan. Sementara, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan yang rencananya akan dibuka kembali 5 September hari ini diprediksi juga takkan mampu menampung kiriman sampah dari Kota, Bantul dan Sleman. Sebab, kuota maksimal TPA Piyungan hanya mampu menampung 180 ton sampah perhari. Lantas mau dibuang ke mana sisa sampah yang tidak bisa ditampung?


Untuk itulah konsekuensinya, kabupaten/kota diminta untuk mengolah sampahnya secara mandiri untuk mewujudkan desentralisasi pengolahan sampah. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY pun belum bisa memprediksi kapan TPA Regional Piyungan bisa bertahan.


Berdasar informasi, saat ini Pemda DIY sedang menyiapkan Zona Transisi Dua yang lokasinya tak jauh dari TPA Piyungan, pembangunannya ditarget selesai Oktober 2023 mendatang. Diharapkan Zona Transisi Dua ini dapat menampung sampah yang diproduksi masyarakat hingga 2024. Karena pada waktu itu, DIY kemungkinan baru akan memulai tahap pembangunan teknologi pengolah sampah yang baru (KR 4/9).


Masyarakat mungkin belum banyak tahu seperti apa dan bagaiamana teknologi pengolahan sampah yang hendak diterapkan di DIY. Sembari menunggu itu terwujud, kabupaten/kota diminta tetap melakukan pengolahan sampah secara mandiri. Kita tentu merespons upaya tersebut sebagai hal positif guna mengurangi sampah yang dibuang di TPA Piyungan.


Namun kiranya perlu diingat bahwa pengolahan sampah secara mandiri, termasuk yang dilakukan di bank sampah yang tersebar di beberapa kampung di DIY, belum sebanding dengan produksi sampah yang dihasilkan masyarakat. Artinya, tidak semua produk sampah itu dapat diolah untuk kemudian disulap menjadi barang bernilai ekonomi. Kita mendukung imbauan pemerintah daerah kepada masyarakat untuk membuat biopori di pekarangan rumah, tentu syaratnya kalau punya lahan.


Kiranya perlu dievaluasi sejauh mana efektivitas pembuatan biopori untuk mengurangi tumpukan sampah rumah tangga, apakah signifikan? Itu terkait dengan sampah organik yang bisa dijadikan pupuk atau lainnya. Sedang sampah anorganik diarahkan untuk diolah menjadi barang bernilai ekonomis, pun membutuhkan proses.


Kondisi saat ini sangat dilematis, karena belum semua warga mampu mengolah sampahnya sendiri. Kalaupun bisa, hasilnya masih belum signifikan. Pada saat yang sama, pembuangan sampah di TPA dibatasi. Yang terjadi kemudian, sampah menumpuk di pinggir jalan, lantaran warga kebingungan hendak membuang sampah ke mana.


Berkaitan itu, Satpol PP dikerahkan untuk menertibkan warga yang membuang sampah sembarangan. Patroli pun digencarkan di banyak titik lokasi biasanya warga membuang. sampah. Mereka yang kedapatan membuang sampah sembarangan, diproses hukum dan diancam tindak pidana ringan (tipiring). Tak pelak terjadi 'kucing-kucingan' antara warga dan petugas, sungguh ini pemandangan yang ironis.


Secara yuridis tentu sudah benar apa yang dilakukan petugas, memproses hukum mereka yang membuang sampah sembarangan. Namun, untuk saat ini, pendekatan yang mengedepankan penghukuman atau punishment rasanya kurang pas. Mengatasi persampahan harus menggunakan pendekatan multidisiplin, tak hanya hukum saja, tapi juga harus menggunakan pendekatan edukatif, sosial-kemanusiaan dengan bertumpu pada pemeliharaan dan penyelematan lingkungan. 



Berdasarkan teks tersebut, kerjakan soal berikut ini!


1. Temukan dua kalimat fakta!


2. Temukan 2 kalimat opini!

3. Identifikasilah bagian tesis!

4. Identifikasilah bagian argumentasi!

5. Identifikasilah bagian penegasan ulang!

6. Berdasarkan teks tersebut susunlah sebuah teks tajuk rencana yang bagus! (Ada tesis, berbagai argumentasi, penegasan ulang). Tulis di buku tulis!



Berikut adalah jawaban untuk setiap pertanyaan di atas:


1. Kalimat Fakta:

   - "PEMDA DIY belum juga berhasil mengatasi masalah persampahan."

   - "Kuota maksimal TPA Piyungan hanya mampu menampung 180 ton sampah perhari."


2. Kalimat Opini:

   - "Kiranya perlu diingat bahwa pengolahan sampah secara mandiri, termasuk yang dilakukan di bank sampah yang tersebar di beberapa kampung di DIY, belum sebanding dengan produksi sampah yang dihasilkan masyarakat."

   - "Secara yuridis tentu sudah benar apa yang dilakukan petugas, memproses hukum mereka yang membuang sampah sembarangan. Namun, untuk saat ini, pendekatan yang mengedepankan penghukuman atau punishment rasanya kurang pas."


3. Bagian Tesis:

   - Tesis dari teks ini adalah bahwa PEMDA DIY belum berhasil mengatasi masalah persampahan, terutama terkait dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan yang tidak cukup mampu menampung sampah dari berbagai kabupaten/kota.


4. Bagian Argumentasi:

   - Bagian argumentasi terdapat dalam sebagian besar teks, yang menjelaskan berbagai aspek permasalahan persampahan, termasuk solusi yang diusulkan, seperti pengolahan mandiri, pembangunan Zona Transisi Dua, dan efektivitas penggunaan biopori.


5. Bagian Penegasan Ulang:

   - Bagian penegasan ulang terdapat di akhir teks, yang menegaskan bahwa mengatasi masalah persampahan memerlukan pendekatan multidisiplin yang mencakup aspek edukatif, sosial-kemanusiaan, pemeliharaan, dan penyelematan lingkungan.


6. Contoh Teks Tajuk Rencana:


Tajuk Rencana: Mengatasi Dilema Persampahan di DIY


Tesis: Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih berjuang untuk mengatasi masalah persampahan yang semakin mendesak. Masalah utama adalah ketersediaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan yang tidak mencukupi untuk menampung sampah dari berbagai daerah di DIY.


Argumentasi:

   - Kita menghadapi dilema serius dengan TPA Piyungan yang hanya mampu menampung 180 ton sampah per hari, sementara jumlah sampah yang dihasilkan jauh melebihi kapasitas ini.

   - Salah satu solusi yang diusulkan adalah konsep desentralisasi pengolahan sampah, di mana kabupaten/kota diminta untuk mengolah sampahnya sendiri.

   - Meskipun ada upaya untuk membangun Zona Transisi Dua, masih banyak yang tidak tahu tentang teknologi pengolahan sampah yang akan diterapkan, dan DIY baru akan memulai pembangunan teknologi tersebut pada tahun 2024.

   - Penting untuk diingat bahwa pengolahan mandiri belum sebanding dengan produksi sampah masyarakat, dan tidak semua sampah dapat diubah menjadi barang bernilai ekonomi.

   - Evaluasi efektivitas penggunaan biopori sebagai cara mengurangi tumpukan sampah rumah tangga perlu dilakukan.

   - Selain itu, situasi saat ini dilematis, karena belum semua warga mampu mengolah sampah mereka sendiri, dan pembuangan sampah di TPA dibatasi.


Penegasan Ulang: Untuk mengatasi dilema persampahan di DIY, diperlukan pendekatan multidisiplin yang tidak hanya melibatkan hukum, melainkan juga pendekatan edukatif, sosial-kemanusiaan, serta fokus pada pemeliharaan dan penyelematan lingkungan.

Monday, 2 October 2023

Mengidentifikasi dan menulis teks tajuk rencana

 TAJUK RENCANA


Dilema Persampahan di DIY 




PEMDA DIY belum juga berhasil mengatasi masalah persampahan. Sementara, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan yang rencananya akan dibuka kembali 5 September hari ini diprediksi juga takkan mampu menampung kiriman sampah dari Kota, Bantul dan Sleman. Sebab, kuota maksimal TPA Piyungan hanya mampu menampung 180 ton sampah perhari. Lantas mau dibuang ke mana sisa sampah yang tidak bisa ditampung?


Untuk itulah konsekuensinya, kabupaten/kota diminta untuk mengolah sampahnya secara mandiri untuk mewujudkan desentralisasi pengolahan sampah. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY pun belum bisa memprediksi kapan TPA Regional Piyungan bisa bertahan.


Berdasar informasi, saat ini Pemda DIY sedang menyiapkan Zona Transisi Dua yang lokasinya tak jauh dari TPA Piyungan, pembangunannya ditarget selesai Oktober 2023 mendatang. Diharapkan Zona Transisi Dua ini dapat menampung sampah yang diproduksi masyarakat hingga 2024. Karena pada waktu itu, DIY kemungkinan baru akan memulai tahap pembangunan teknologi pengolah sampah yang baru (KR 4/9).


Masyarakat mungkin belum banyak tahu seperti apa dan bagaiamana teknologi pengolahan sampah yang hendak diterapkan di DIY. Sembari menunggu itu terwujud, kabupaten/kota diminta tetap melakukan pengolahan sampah secara mandiri. Kita tentu merespons upaya tersebut sebagai hal positif guna mengurangi sampah yang dibuang di TPA Piyungan.


Namun kiranya perlu diingat bahwa pengolahan sampah secara mandiri, termasuk yang dilakukan di bank sampah yang tersebar di beberapa kampung di DIY, belum sebanding dengan produksi sampah yang dihasilkan masyarakat. Artinya, tidak semua produk sampah itu dapat diolah untuk kemudian disulap menjadi barang bernilai ekonomi. Kita mendukung imbauan pemerintah daerah kepada masyarakat untuk membuat biopori di pekarangan rumah, tentu syaratnya kalau punya lahan.


Kiranya perlu dievaluasi sejauh mana efektivitas pembuatan biopori untuk mengurangi tumpukan sampah rumah tangga, apakah signifikan? Itu terkait dengan sampah organik yang bisa dijadikan pupuk atau lainnya. Sedang sampah anorganik diarahkan untuk diolah menjadi barang bernilai ekonomis, pun membutuhkan proses.


Kondisi saat ini sangat dilematis, karena belum semua warga mampu mengolah sampahnya sendiri. Kalaupun bisa, hasilnya masih belum signifikan. Pada saat yang sama, pembuangan sampah di TPA dibatasi. Yang terjadi kemudian, sampah menumpuk di pinggir jalan, lantaran warga kebingungan hendak membuang sampah ke mana.


Berkaitan itu, Satpol PP dikerahkan untuk menertibkan warga yang membuang sampah sembarangan. Patroli pun digencarkan di banyak titik lokasi biasanya warga membuang. sampah. Mereka yang kedapatan membuang sampah sembarangan, diproses hukum dan diancam tindak pidana ringan (tipiring). Tak pelak terjadi 'kucing-kucingan' antara warga dan petugas, sungguh ini pemandangan yang ironis.


Secara yuridis tentu sudah benar apa yang dilakukan petugas, memproses hukum mereka yang membuang sampah sembarangan. Namun, untuk saat ini, pendekatan yang mengedepankan penghukuman atau punishment rasanya kurang pas. Mengatasi persampahan harus menggunakan pendekatan multidisiplin, tak hanya hukum saja, tapi juga harus menggunakan pendekatan edukatif, sosial-kemanusiaan dengan bertumpu pada pemeliharaan dan penyelematan lingkungan. 



Berdasarkan teks tersebut, kerjakan soal berikut ini!


1. Temukan dua kalimat fakta!


2. Temukan 2 kalimat opini!

3. Identifikasilah bagian tesis!

4. Identifikasilah bagian argumentasi!

5. Identifikasilah bagian penegasan ulang!

6. Berdasarkan teks tersebut susunlah sebuah teks tajuk rencana yang bagus!






Jawaban:



1. Kalimat Fakta:

   a. "Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan hanya mampu menampung 180 ton sampah perhari."

   b. "Pemda DIY sedang menyiapkan Zona Transisi Dua yang lokasinya tak jauh dari TPA Piyungan, pembangunannya ditarget selesai Oktober 2023 mendatang."


2. Kalimat Opini:

   a. "Masyarakat mungkin belum banyak tahu seperti apa dan bagaimana teknologi pengolahan sampah yang hendak diterapkan di DIY."

   b. "Kiranya perlu dievaluasi sejauh mana efektivitas pembuatan biopori untuk mengurangi tumpukan sampah rumah tangga, apakah signifikan?"


3. Bagian Tesis: 

   Bagian tesis tidak secara eksplisit disebutkan dalam teks, tetapi bisa diidentifikasi sebagai "Dilema Persampahan di DIY" yang merupakan pokok permasalahan yang akan dibahas dalam teks.


4. Bagian Argumentasi: 

   Bagian argumentasi terdapat dalam beberapa bagian teks yang menjelaskan tantangan dan permasalahan dalam pengelolaan sampah di DIY, seperti keterbatasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, upaya Pemda DIY dalam mencari solusi, dan pembuatan biopori.


5. Bagian penegasan ulang dari teks tersebut menekankan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam mengatasi masalah persampahan. Teks menyatakan bahwa mengatasi persampahan tidak hanya tentang hukuman atau penghukuman, melainkan juga melibatkan pendekatan edukatif dan sosial-kemanusiaan yang berfokus pada pemeliharaan dan penyelematan lingkungan. Dengan demikian, penyelesaian masalah persampahan memerlukan kolaborasi dan partisipasi dari berbagai pihak, serta pemahaman yang lebih mendalam tentang upaya pengolahan sampah yang berkelanjutan. Teks ini mencoba menggambarkan bahwa situasi persampahan di DIY saat ini adalah suatu dilema yang memerlukan solusi yang lebih holistik dan terkoordinasi.



6. Teks Tajuk Rencana:



"Tantangan Besar dan Solusi Terobosan untuk Mengatasi Persampahan di DIY"


Saat ini, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dihadapkan pada dilema yang memprihatinkan terkait persoalan persampahan. Meskipun Pemerintah Daerah DIY telah berusaha keras, masalah persampahan masih belum terselesaikan dengan memadai. Dalam beberapa tahun terakhir, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan yang seharusnya menjadi solusi, ternyata juga tidak cukup mampu menampung jumlah sampah yang terus meningkat dari Kota Yogyakarta, Bantul, dan Sleman. Kapasitas maksimal TPA Piyungan yang hanya 180 ton per hari ternyata masih jauh dari mencukupi.


Dalam menghadapi tantangan ini, pemerintah daerah telah mengusulkan solusi yang menarik perhatian, yaitu desentralisasi pengelolaan sampah. Kabupaten dan kota di DIY diminta untuk mengelola sampah mereka sendiri. Namun, pelaksanaan solusi ini masih memerlukan waktu yang tidak sebentar. Dalam rencana pembangunan, DIY sedang mempersiapkan Zona Transisi Dua yang diharapkan dapat menampung sampah dari masyarakat hingga tahun 2024. Namun, pada saat yang sama, pengembangan teknologi pengolahan sampah yang lebih efisien juga masih dalam tahap perencanaan.


Bagian penting dari solusi ini adalah partisipasi masyarakat. Saat ini, banyak yang mungkin masih belum akrab dengan teknologi pengelolaan sampah yang akan diterapkan di DIY. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk tetap melakukan pengelolaan sampah secara mandiri, seperti yang telah dilakukan melalui bank sampah di beberapa kampung di DIY. Namun, kendala yang dihadapi adalah bahwa pengelolaan sampah mandiri belum mampu mengatasi produksi sampah yang terus meningkat. Bukan semua jenis sampah dapat diubah menjadi barang bernilai ekonomi, dan ini adalah tantangan yang perlu dihadapi.


Selain itu, perlu dievaluasi sejauh mana efektivitas pembuatan biopori dalam mengurangi tumpukan sampah rumah tangga. Sampah organik yang dapat diubah menjadi pupuk adalah salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Namun, pengolahan sampah anorganik menjadi barang bernilai ekonomi juga merupakan hal yang penting, meskipun memerlukan proses yang lebih kompleks.


Kita berada di tengah-tengah situasi yang dilematis. Belum semua warga memiliki kemampuan untuk mengelola sampah mereka sendiri, dan bahkan jika bisa, hasilnya masih jauh dari cukup. Sementara itu, pembuangan sampah di TPA Piyungan harus dibatasi, yang berujung pada penumpukan sampah di pinggir jalan karena warga bingung harus membawanya ke mana.


Untuk mengatasi masalah ini, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) telah dikerahkan untuk menertibkan warga yang membuang sampah sembarangan. Patroli juga ditingkatkan di berbagai lokasi yang biasanya digunakan warga untuk membuang sampah. Namun, perlu diingat bahwa pendekatan yang mengedepankan hukuman atau tindakan pidana mungkin tidak selalu efektif dalam mengatasi persoalan persampahan. Sebuah pendekatan multidisiplin yang mencakup edukasi, aspek sosial, dan kemanusiaan harus digunakan, dengan fokus pada pemeliharaan dan perlindungan lingkungan.


Dalam tajuk rencana ini, kami akan mengeksplorasi lebih dalam mengenai tantangan besar yang dihadapi DIY dalam mengelola persampahan dan solusi terobosan yang bisa menjadi landasan bagi penyelesaian masalah ini. Dengan memahami kompleksitas masalah persampahan dan berbagai upaya yang telah dilakukan, kita dapat mencari cara untuk mencapai lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan untuk generasi masa depan.