Sunday, 11 August 2019

Menganalisis struktur dan kebahasaan teks anekdot.

BAB III
MENYAMPAIKAN IDE DENGAN ANEKDOT
Bahasa Indonesia
Kelas / Semester: X /  1 ( Ganjil)
Materi Pokok: Teks Anekdot
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan  perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak  terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian

No
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kopetensi
1
3.6 Menganalisis struktur dan kebahasaan teks anekdot.

3.6.1        Mengidentifikasi struktur isi teks anekdot (abstrak, orientasi, krisis, respon, dan coda).
3.6.2 Mengidentifikasi ciri bahasa teks anekdot    (pertanyaan retoris, proses material, dan konjungsi temporal).
2
4.6  Menciptakan kembali teks anekdot dengan memerhatikan struktur, dan kebahasaan baik lisan maupun tulis



4.6.1 Menyusun teks anekdot sesuai dengan struktur isi teks anekdot dan kebahasaan.
4.6.2 Mempresentasikan teks anekdot dengan intonasi dan ekspresi yang tepat serta saling memberikan komentar.


C. Tujuan Pembelajaran

Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan pedagogik genre saintifik dan  
CLIL dengan model pembelajaran discoveri peserta didik dapat mengidentifikasi struktur isi  teks anekdot, dan kebahasaan teks anekdot,  kemudian menyusun teks anekdot dengan menggunakan teks narasi dan mempresentasikannya dengan rasa ingin tahu, responsif dan tanggung jawab selama proses pembelajaran dan bersikap, jujur, percaya diri serta pantang menyerah.






D. Materi Pelajaran

Dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali mendengar atau membaca cerita lucu. Cerita lucu tersebut bisa jadi hanya merupakan cerita rekaan, tetapi banyak juga yang didasarkan atas kejadian nyata. Ada cerita lucu yang dibuat benar-benar untuk tujuan menghibur, tetapi ada juga yang digunakan untuk tujuan lainnya.
Salah satu cerita lucu yang banyak beredar di masyarakat adalah anekdot. Anekdot digunakan untuk menyampaikan kritik, tetapi tidak dengan cara yang kasar dan menyakiti. Anekdot ialah cerita singkat yang   menarik  karena lucu dan  mengesankan.  

Anekdot mengangkat  cerita tentang  orang  penting  (tokoh masyarakat) atau terkenal berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Kejadian nyata ini kemudian   dijadikan dasar cerita lucu dengan menambahkan  unsur rekaan. Seringkali, partisipan (pelaku cerita), tempat kejadian, dan waktu peristiwa dalam anekdot tersebut merupakan hasil rekaan. Meskipun demikian, ada juga anekdot yang tidak berasal dari kejadian nyata.

1. Mengidentifikasi Struktur Teks Anekdot
Anekdot memiliki struktur teks yang yang membedakannya dengan teks lainnya. Teks anekdot memiliki struktur abstraksi ^ orientasi ^ krisis ^ reaksi ^ koda.
(a)    Abstraksi merupakan pendahuluan yang menyatakan latar belakang atau gambaran umum tentang isi suatu teks.


(b)   Orientasi merupakan bagian cerita yang mengarah pada terjadinya suatu krisis, konflik, atau peristiwa utama. Bagian inilah yang menjadi penyebab timbulnya krisis.
(c)    Krisis atau komplikasi merupakan bagian dari inti peristiwa suatu anekdot. Pada bagian krisis itulah terdapat kekonyolan yang menggelitik dan mengundang tawa.
(d)   Reaksi merupakan tanggapan atau respons atas krisis yang dinyatakan sebelumnya.
Reaksi yang dimaksud dapat berupa sikap mencela atau menertawakan.
(e)   Koda merupakan penutup atau kesimpulan sebagai pertanda berakhirnya cerita. Di dalamnya dapat berupa persetujuan, komentar, ataupun penjelasan atas maksud dari cerita yang dipaparkan sebelumnya. Bagian ini biasanya ditandai oleh kata-kata, seperti itulah,akhirnya, demikianlah. Keberadaan koda bersifat opsional; bisa ada ataupun tidak ada.

Mari kita baca teks anekdot “Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi”

Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi, "Apakah benar," teriak dia, "bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?"
Saksi menatap keluar jendela seolah-olah dia tidak mendengar pertanyaan."Bukankah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?" ulang pengacara.
Saksi masih tidak menanggapi.
Akhirnya, hakim berkata, "Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa."
"Oh, maaf," saksi terkejut sambil berkata kepada hakim, "Saya pikir dia tadi berbicara dengan Anda."


Contoh Identifikasi Teks Anekdot “Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi”

No
Teks Anekdot

Struktur Teks Anekdot

Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi.

Abstraksi

"Apakah benar," teriak dia, "bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?"
Saksi menatap keluar jendela seolah-olah dia tidak mendengar pertanyaan 
Orientasi


."Bukankah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?" ulang pengacara.
Saksi masih tidak menanggapi.

Krisis

Akhirnya, hakim berkata, "Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa."

Reaksi

"Oh, maaf," saksi terkejut sambil berkata kepada hakim, "Saya pikir dia tadi berbicara dengan Anda."
Koda


2. Menganalisis Kebahahasaan Teks Anekdot
Seperti juga teks lainnya, anekdot memiliki  fitur kebahasaan yang khas yaitu (a) menggunakan kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu, (b) menggunakan kalimat retoris, kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan  jawaban, (c) menggunakan konjungsi (kata penghubung) yang menyatakan hubungan waktu seperti kemudian, lalu, dan sebagainya, (d) menggunakan kata kerja aksi seperti menulis,  membaca,  berjalan,  dan  sebagainya;  (e)  menggunakan   imperative sentece (kalimat perintah); dan (f ) menggunakan (kalimat seru).
Khusus untuk anekdot yang disajikan dalam bentuk drama atau dialog, penggunaan kalimat langsung sangat dominan.

Contoh analisis kaidah kebahasaan dalam teks anekdot Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.



Kaidah Kebahasaan
Teks
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi.
Kalimat retoris
Apakah benar, teriak Jaksa, Bahwa anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?
Penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan waktu
Akhirnya, hakim berkata, Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.
Penggunaan kata kerja aksi
Saksi menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan.
Penggunaan kalimat perintah
Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.
Penggunaan kalimat seru
Oh, maaf.


3. Menyusun Teks Anekdot Sesuai dengan Struktur Isi Teks Anekdot dan Kebahasaan

Salah satu cara menulis teks anekdot adalah dengan menulis ulang teks anekdot yang kita dengar atau baca dengan pola penyajian yang berbeda. Tentu saja juga menggunakan gaya penceritaan yang berbeda.  Namun, penulisan ulang ini tetap harus memperhatikan kebahasaan dan strukturnya.
Setelah memahami  batasan  anekdot,  isi,  struktur  dan  ciri  kebahasaannya, berikutnya kamu akan belajar menulis anekdot.
Untuk dapat menulis anekdot, terlebih dulu belajarlah menuliskan kembali teks anekdot yang kamu baca dengan pola penyajian yang berbeda.

Berikut ini adalah contoh teks Anekdot “Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi” dengan pola penyajian naratif yang akan diubah menjadi teks dialog.

 Teks Anekdot “Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi”

Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi, "Apakah benar," teriak dia, "bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?"
Saksi menatap keluar jendela seolah-olah dia tidak mendengar pertanyaan."Bukankah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?" ulang pengacara.
Saksi masih tidak menanggapi.
Akhirnya, hakim berkata, "Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa."
"Oh, maaf," saksi terkejut sambil berkata kepada hakim, "Saya pikir dia tadi berbicara dengan Anda."

Teks anekdot tersebut apabila diubah menjadi teks naratif akan menjadi seperti ini:


Teks Anekdot “Kisah Pengadilan Tindak Pidana Korupsi”

Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang saksi.
Jaksa Penuntut Umum : “Apakah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?”
Saksi : (menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan.)
Jaksa Penuntut Umum : “Bukankah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?”
Saksi : (masih tidak menanggapi.)
Hakim : “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.”
Saksi : “Oh, maaf. Saya pikir dia tadi berbicara dengan Anda.” 


Latihan:

Bacalah teks Anekdot berikut ini secara cermat!

Cara Keledai Membaca Buku

Alkisah, Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati.
Tetapi Timur Lenk memberi syarat, Ajari terlebih dahulu keledai itu membaca. Dua minggu setelah sekarang, datanglah kembali kemari, dan kita lihat apa yang akan terjadi.

Nasrudin berlalu, sambil menuntun keledai itu ia memikirkan apa yang akan diperbuat. Jika dapat mengajari keledai itu membaca, tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak, hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya.

Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktekkan apa yang telah ia lakukan. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut, dan membuka sampulnya.

Si keledai menatap buku itu. Dan ajaib!! Tak lama kemudian Si Keledai mulai membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga halaman terakhir. Setelah itu, si keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya.Nasrudin terkejut melihat apa yang dilakukan keledainya itu

 Keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya, kata Nasrudin. Timur Lenk merasa ada yang tidak beres dan mulai menginterogasi, Bagaimana caramu mengajari dia membaca ...?
Nasrudin berkisah, Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu, kalu tidak ditemukan biji gandumnya ia harus membalik halaman berikutnya. Dan itu ia lakukan terus sampai ia terlatih membalik - balik halaman buku itu.

Tapi, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya? tukas Timur Lenk. Nasrudin menjawab, Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya. Jadi kalau kita juga membuka - buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan? kata Nashrudin dengan mimik serius. hehehe.


1. Analisislah struktur dan kebahasaan teks anekdot di atas!
2. Ubahlah menjadi teks dialog kemudian presentasikan di depan kelas!

Kunci Jawaban:

1. Struktur teks anekdot Cara Keledai Membaca Buku

ABSTRAKSI:
Alkisah, Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai. Nasrudin menerimanya dengan senang hati.

ORIENTASI:
Tetapi Timur Lenk memberi syarat, Ajari terlebih dahulu keledai itu membaca. Dua minggu setelah sekarang, datanglah kembali kemari, dan kita lihat apa yang akan terjadi.

Nasrudin berlalu, sambil menuntun keledai itu ia memikirkan apa yang akan diperbuat. Jika dapat mengajari keledai itu membaca, tentu ia akan menerima hadiah, namun jika tidak, hukuman pasti akan ditimpakan kepadanya.

Dua minggu kemudian ia kembali ke istana. Tanpa banyak bicara, Timur Lenk menunjuk ke sebuah buku besar agar Nasrudin segera mempraktikkan apa yang telah ia lakukan. Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut, dan membuka sampulnya.

KRISIS:
Si keledai menatap buku itu. Dan ajaib!! Tak lama kemudian Si Keledai mulai membuka-buka buku itu dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga halaman terakhir.

REAKSI
Setelah itu, si keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya.

Demikianlah, kata Nasrudin, Keledaiku sudah membaca semua lembar bukunya. Timur Lenk merasa ada yang tidak beres dan mulai menginterogasi, Bagaimana caramu mengajari dia membaca ...?

Nasrudin berkisah, Sesampainya di rumah, aku siapkan lembaran-lembaran besar mirip buku, dan aku sisipkan biji-biji gandum di dalamnya. Keledai itu harus belajar membalik-balik halaman untuk bisa makan biji-biji itu, kalu tidak ditemukan biji gandumnya ia harus membalik halaman berikutnya. Dan itu ia lakukan terus sampai ia terlatih membalik-balik halaman buku itu.

Tapi, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya? tukas Timur Lenk. Nasrudin menjawab, Memang demikianlah cara keledai membaca, hanya membalik-balik halaman tanpa mengerti isinya.

KODA:
Jadi kalau kita juga membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan? kata Nashrudin dengan mimik serius. hehehe.


2. Kebahasaan teks anekdot “Cara Keledai Membaca Buku”




Kaidah Kebahasaan
Teks
Kalimat yang menyatakan peristiwa masa lalu
1) Alkisah, Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai.
2) Dua minggu setelah sekarang,

Kalimat retoris
1) Tapi, bukankah ia tidak mengerti apa yang dibacanya?
2) Jadi kalau kita juga membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sebodoh keledai, bukan?
Penggunaan konjungsi yang menyatakan hubungan waktu
1) Setelah itu, si keledai menatap Nasrudin seolah berkata ia telah membaca seluruh isi bukunya.
2) Nasrudin lalu menggiring keledainya menghadap ke arah buku tersebut, dan membuka sampulnya.
Penggunaan kata kerja aksi
1) Timur Lenk menghadiahi Nasrudin seekor keledai.
2) Nasrudin lalu menggiring keledainya
Penggunaan kalimat perintah
Dua minggu setelah sekarang, datanglah kembali kemari
Penggunaan kalimat seru
Dan ajaib!!

3. Ubahlah teks anekdot “Cara Keledai Membaca Buku” menjadi teks dialog, kemudian pentaskan di depan kelas!


No.
Aspek yang Dinilai
Skor


1
2
3
4
1
Vokal




2
Ekspresi




3
Pergerakan








Nilai= Total skor: 12 x 100

Berikut ini penjelasan tentang struktur dan kebahasaan anekdot




1 comment: