Pola-pola Penyajian Teks Negosiasi
Teks
negosiasi disajikan dengan pola penyajian yang berbeda, ada yang berbentuk (1)
dialog; (2) cerita pendek, (3) ada juga yang berbentuk surat. Penyajian
negosiasi dalam teks dialog menggunakan kalimat langsung, sedangkan dalam
bentuk cerita pendek dengan pola penyajian gabungan antara bentuk narasi dan
dialog. Teks negosiasi bentuk surat, bias berbentuk surat penawaran kerja sama,
surat pemesanan barang, surat lamaran pekerjaan, dan sebagainya.
Para
siswa yang budiman, berikut ini contoh berbagai bentuk teks negosiasi.
1. Negosiasi dalam bentuk dialog.
Pembeli : “Berapa harga sekilo
mangga ini, Bang?”(sambil menunjuk ke arah mangga gedong gincu) |
Orientasi |
Pembeli : “Boleh kurang kan,
bang?” |
Pengajuan |
Penjual : “Belum boleh, Bu.
Barangnya bagus lho, Bu. Ini bukan karbitan. Masak pohon.” |
Penawaran |
Pembeli : “Iya, Bang, tapi
harganya boleh kurang kan? Kan lagi musim, Bang. Dua puluh ribu saja ya?” |
Pengajuan |
Penjual : “Belum boleh, Bu. Dua
puluh delapan ribu, ya, Bu. Biar saya dapat untung, Bu.” |
Penawaran |
Pembeli : “Baiklah, tapi saya
boleh milih sendiri, kan Bang?” |
Pengajuan |
Penjual : “Asal jangan pilih yang
besar-besar, Bu. Nanti saya bisa rugi.” |
Penawaran |
Pembeli : “Iya, Bang. Yang penting
saya dapat mangga yang bagus dan tidak busuk.” |
Persetujuan |
Ciri bahasa dalam negosiasi yang berhasil adalah bahasa yang
santun dan persuasif.
Perhatikan contoh kalimat persuasif pada kutipan berikut ini.
Anak : “Ayah tenang saja, semuanya sudah aku pikirkan. Ayah
doakan saja biar aku mudah meraih cita-cita.”
Ayah : “Ya, sudahlah kalau itu mau kamu, tapi nanti malam
kamu pikirkan lagi, ya.”
Dalam kutipan di atas, si anak menggunakan kalimat persuasif Ayah
doakan saja biar aku mudah meraih cita-cita.
Makna tersirat dari kalimat itu adalah si anak memaksa secara
halus kepada ayahnya agar mengizinkannya memilih sekolah sesuai dengan
cita-citanya. Bahasa yang santun juga sangat memengaruhi keberhasilan
negosiasi. Kata-kata yang digunakan untuk menunjukkan kesopananan antara
lain: tolong, silakan, cobalah, percayalah,
dan bolehkah. Kata-kata tersebut sebenarnya kata-kata yang bersifat
perintah, tetapi disampaikan secara persuasif. Dengan demikian, terkesan sopan
dan sulit ditolak oleh lawan bicara.
2. Negosiasi dalam bentuk cerpen.
Terima
kasih Bu Mia
Kamis
pagi usai pelajaran olah raga, Bu Mia, guru Kimia masuk
kelas X MIPA tepat waktu. Tak seperti biasanya, hari itu anak-anak belum
selesai berganti pakaian. Penyebabnya, mereka baru saja mengikuti ujian lari
mengelilingi stadion.
Sebenarnya
hari itu Bu Mia akan memberikan ulangan. Beberapa siswa yang nafasnya
masih memburu dan keringatnya bercucuran, mengajukan usul
pada Dani.
“Dan ... minta Bu Mia
menunda ulangan dong. Capek nih,” kata Ali.
“Waduuuh aku gak berani,”
jawab Dani.
“Lia saja suruh bilang. Dia
kan ketua kelas, ” sambung Dani.
“Baiklah, aku akan mencoba
merayu Bu Mia. Doakan berhasil,” kata Lia.
“Beres. Kamu kan ketua
kelas.”
Dengan
santun, Lia menghadap Bu Lia yang wajahnya tampak kaku melihat murid-muridnya
belum juga siap mengikuti pelajaran.
“Maaf,
Bu. Boleh Lia berbicara sebentar?” tanya Lia sambil duduk.
“Iya. Ada
apa?”
“Begini,
Bu, saya mewakili teman-teman, Lia minta maaf karena teman-teman belum selesai
ganti baju. “
“Biasanya
kan tidak terlambat seperti ini?” tanya Bu Mia.
“Iya, Bu.
Sekali lagi maafkan, kami. Kami kelelahan, Bu. Tadi baru saja ujian lari
mengelilingi stadion 2 kali.”
“Oh ...
kenapa tidak bilang tadi? Kalian sudah minum?” suara Bu Mia berubah ramah
setelah tahu penyebab Lia dan kawan-kawannya terlambat ganti baju.
“Belum
sempat, Bu. Kami takut ketinggalan ulangan,” jawab Lia tetap dengan sopan.
“Kalau
boleh, kami minta waktu sepuluh menit untuk minum dan ganti baju, Bu. Biar
badan kami segar.”
“Ya
sudah, kalian istirahat 15 menit. Ulangannya minggu depan saja. Nanti kita
latihan soal saja,” jawab Bu Lia mengagetkan Mia dan teman-teman.
“Makasih,
Bu,” kata Lia.
“Eit ...
tapi ingat. Kalian harus tertib. Tidak boleh gaduh dan mengganggu kelas lain.
Dan masuk kelas lagi tepat pukul 09.00 WIB.”
“Iya, Bu.
Makasih.”
Teman-teman
Lia yang sejak tadi ikut menyimak pembicaraan Lia dan Bu Mia bertepuk tangan
gembira mendengar keputusan Bu Mia.
ANALISIS
STRUKTUR NEGOSIASI
ANALISIS KEBAHASAAN
NEGOSIASI
Teks negosiasi
“Terima Kasih Bu Mia” adalah teks negosiasi
yang berbentuk cerpen. Dalam cerita tersebut banyak menggunakan kalimat
langsung dan tidak langsung. Berikut contohnya.
Dengan santun, Lia menghadap Bu Lia yang
wajahnya tampak kaku melihat murid-muridnya belum juga siap mengikuti
pelajaran.
“Maaf, Bu. Boleh Lia berbicara sebentar?” tanya Lia
sambil duduk.
Kalimat tersebut juga menggunakan kalimat yang santun. Kalimat
yang santun tersebut ditandai dengan kata “Maaf, Bu.”
Sebuah
permasalahan akan dengan mudah terselesaikan jika masing-masing pihak
memberikan penawaran yang menjadi solusi terbaik dalam sebuah perundingan. Ada
beberapa faktor yang menentukan keberhasilan sebuah negosiasi antara lain
sebagai berikut.
1.
Kesediaan untuk berkompromi dengan pihak lain.
2.
Tidak ada pihak yang dirugikan.
3.
Kesepakatan yang dicapai bersifat praktis,
dapat dilakukan.
4.
Alasan yang disertakan mampu memengaruhi pihak
lain.
ANALISIS PENYEBAB KEBERHASILAN NEGOSIASI
FAKTOR
PENYEBAB KEBERHASILAN NEGOSIASI “TERIMA KASIH BU MIA” |
BUKTI
KUTIPAN |
Alasan
yang disampaikan mampu
meyakinkan Bu Mia bahwa
keterlambatan bukan disengaja
dan ulangan perlu ditunda |
“Iya,
Bu. Sekali lagi maafkan, kami. Kami kelelahan, Bu. Tadi baru saja ujian lari
mengelilingi stadion 2 kali.” |
Tidak
memaksa pihak lain. |
“Belum
sempat, Bu. Kami takut ketinggalan ulangan,” jawab Lia tetap dengan sopan.
“Kalau boleh, kami minta waktu sepuluh menit untuk minum dan ganti baju, Bu.
Biar badan kami segar.” |
3. Negosiasi dalam bentuk surat.
Struktur surat niaga hampir mirip dengan surat resmi yang mencakup unsur-unsur berikut ini.
1.
Kop Surat
Kop
surat setidaknya harus mengandung (a) nama lembaga/instansi/ organisasi.
Penulisannya menggunakan huruf besar/kapital, (b) alamat dan kontak telepon
serta website/email jika ada, penulisannya menggunakan huruf besar dan kecil,
dan (c) logo lembaga/instansi/organisasi.
2.
Nomor surat
3.
Lampiran
4.
Hal (inti surat tersebut), ditulis seperti
judul karangan.
5.
Tanggal surat (posisi di kanan sejajar dengan
nomor surat)
6.
Alamat penerima surat; hindari penggunaan kata
“kepada”.
7.
Salam pembuka surat, akhiri dengan penggunaan
tanda baca “koma.”
8.
Tubuh
surat yag terdiri atas bagian pembuka, isi atau maksud surat, dan penutup.
9.
Salam penutup surat, diikuti nama, jabatan, dan
tanda tangan penanggung jawab surat.
Berikut ini contoh teks negosiasi dalam bentuk surat.