Wednesday, 10 February 2016

menginterpretasi makna teks negosiasi baik secara lisan maupun tulisan.

menginterpretasi makna teks negosiasi baik secara lisan maupun tulisan.

Pada topik yang lalu kalian telah mempelajari apa itu teks negosiasi dan cara menginterpretasikan maknanya baik secara lisan maupun tulisan. Pada materi kali ini kita akan mempelajari ciri khusus teks negosiasi yang berkenaan dengan makna kata, istilah dan ungkapan yang dipakai dalam teks negosiasi.

Perhatikan

Percakapan antara pimpinan dan bawahan di sebuah ruangan
Pimpinan : Konsumsi olahraga kita Sabtu besok masih tetap kan bubur kacang hijau?
Bawahan : Masak tiap minggu bubur kacang hijau terus Pak, sekali-kali nasi kotak gitu, Pak.
Serasa di posyandu kalau tiap minggu makan bubur kacang hijau hehehe.
Pimpinan : Nasi kan makanan berat takutnya nanti tidak ada yang makan.
Bawahan : Ya kalau tidak dimakan kan bisa dibawa pulang Pak, kita kan pulang siang.
Pimpinan : Baiklah kalau begitu sekali-kali makan nasi baik juga.
Bawahan : Bapak memang T O P deh.
Bila kita interpretasikan teks di atas berdasarkan ciri bahasa teks negosiasi adalah :
1. Pemakaian istilah kata yang berhubungan dengan teks. Pada teks di atas istilah yang dinegosiasikan adalah nasi kotak.
2. Pemakaian kalimat pembanding misalnya:
• Masak tiap minggu bubur kacang hijau terus Pak, sekali-kali nasi kotak gitu, Pak.
• Serasa di posyandu kalau tiap minggu makan bubur kacang hijau
• kalau tidak dimakan kan bisa dibawa pulang Pak, kita kan pulang siang
3. Pemakaian ungkapan yang khas dalam teks negosiasi contohnya:
• Baiklah kalau begitu sekali-kali makan nasi baik juga.

Contoh Soal

Percakapan ini berlangsung di sebuah toko sepatu
Pembeli : Mbak saya mau mencari sepatu bola ada?
Penjual : Kebetulan sedang kosong barangnya, adanya sepatu futsal.
Pembeli : Waduh kok pada kosong ya barangnya.
Penjual : Iya karena sepatu futsal sekarang lebih banyak digemari karena harganya lebih murah
daripada sepatu bola, tapi fungsinya sama hanya beda di gerigi sepatu saja.
Pembeli : Ya sudah deh saya ambil daripada muter-muter. Saya ambil 1 ya no 39.
Akhirnya pembeli pun meninggalkan toko sepatu dengan lega karena mendapatkan sepatu sebagai hadiah.
Ungkapan negosiasi adalah kalimat kesepakatan atau persetujuan dalam konterks bahasa teks negosiasi. Ungkapan ini muncul ketika telah mencapai kesepakatan dalam bernegosiasi.
Teks di atas mengandung 3 unsur bahasa negosiasi. Pertama istilah yaitu sepatu futsal, kedua kalimat pembanding sepatu futsal sekarang lebih banyak digemari karena harganya lebih murah daripada sepatu bola, tapi fungsinya sama hanya beda di gerigi sepatu saja, ketiga ungkapan yang mengatakan persetujuan yaitu, "Ya sudah deh saya ambil daripada muter-muter saya ambil 1 ya no 39."

Poin Penting

Ada tiga ciri bahasa teks negosiasi yaitu memakai istilah yang berhubungan dengan teks, memakai kalimat pembanding, dan memakai ungkapan yang berhubungan dengan teks.

menginterpretasi makna teks negosiasi baik secara lisan maupun tulisan

menginterpretasi makna teks negosiasi baik secara lisan maupun tulisan

Pada topik kali ini kita akan mempelajari bagaimana menginterpretasi makna dari sebuah teks negosiasi. Sebelum mempelajari bagaimana cara menginterpretasi makna teks negosiasi, ada baiknya kita mempelajari dulu apa itu teks negosiasi.
Teks negosiasi adalah teks yang berisi kesepakatan antara dua belah pihak untuk menyelesaikan perbedaan dalam sebuah dialog atau percakapan sehari-hari. Interpretasi berarti menafsirkan atau mengartikan.
Jadi, menginterpretasi makna teks negosiasi adalah menafsirkan atau mengartikan isi kesepakatan yang sudah disepakati oleh dua belah pihak ketika terjadi sebuah perbedaan dalam kehidupan sehari-hari.
Cara mencari makna teks negosiasi adalah dengan cara berikut ini.
1. Menemukan topik pembicaraan dalam percakapan.
2. Menemukan kalimat negosiasi (kalimat untuk meyakinkan pendapat kita agar diterima)
Kalimat negosiasi dapat berupa permintaan, pemenuhan, penawaran, dan persetujuan
3. Menemukan kalimat simpulan.

Perhatikan dialog berikut!

Bapak : “Pagi Bu!”
Ibu : “Pagi Pak!”
Bapak: “Silakan, mau beli apa?”
Ibu : “Ada bumbu opor Pak?”
Bapak: “Ya, ada. Yang besar atau yang kecil?”

(penjual menunjukkan bumbu opor dua buah yang besar dan yang kecil)
Ibu : “Yang kecil saja Pak!”
bapak: “Nanggung Bu yang kecil enakan yang besar sekalian barangkali nanti ada kurangnya gak pusing-pusing beli lagi.”
Ibu : “Takutnya nanti anak-anak gak suka Pak, mubazir kan?”
Bapak: “Tenang saja Bu, kalau anak-anak tidak suka opor bumbunya bisa dipakai untuk memasak ayam goreng tinggal diungkep lalu digoreng tanpa diberi santan. Saya jamin lezat, Bu. Pelanggan di sini sudah banyak yang memakai teknik ini, Bu!”
Ibu : “Wah, betulkah Pak? Tapi kok mahal ya, Pak? Gak boleh kurang nih?”

Bapak: “Belum boleh, Bu. Lima Ribu sudah murah, Bu, di tempat lain lebih mahal.”

Ibu : “Kalau begitu saya beli yang kecil saja, Pak!”
Bapak: “Ya udah deh saya kasih Rp4.750 saja ya, Bu!”
Ibu : “Rp4.500 ribu.”
Bapak: “Ya sudah deh buat penglaris pagi-pagi?”
Ibu : “Gitu dong Pak. Ini uangnya Pak.”
(pembeli memberikan uang dan penjual membelikan barangnya)
Bapak : “Ya, terima kasih.”
Ibu : “Sama-sama.”

Mari Interpretasi!

Menurut kalian bagaimana mengetahui isi dialog negosiasi di atas?
Mari kita interpretasi bersama. Pertama-tama kita menentukan dulu topik apa yang sedang diperbincangkan yaitu membeli bumbu opor besar atau kecil. Selanjutnya, kita harus mencari kalimat argumentasi kenapa membeli bumbu opor yang kecil dan kenapa yang besar. Terakhir, kita menentukan kalimat simpulan tentang hasil dari negosiasi.

Point Penting

Teks negosiasi adalah teks yang berisi kesepakatan antara dua belah pihak. Untuk mencapai kesepakatan tersebut dibutuhkan kalimat argumentasi (kalimat yang meyakinkan).

mengenali dan menganalisis ciri kebahasaan teks negosiasi

mengenali dan menganalisis ciri kebahasaan teks negosiasi.


Setelah kalian mampu menganalisis struktur teks negosiasi, kini saatnya bagi kalian untuk mengetahui ciri-ciri kebahasaan teks negosiasi. Namun, sebelum itu, perhatikanlah contoh negosiasi tawar-menawar antara penjual dan pembeli di bawah ini!


perhatikanlah!

Penjual : Mari, sini, Kak, lihat-lihat dulu! Di sini murah-murah. Silakan, mau cari apa?
Pembeli : Ada HP Leknopo tipe S939, tidak?
Penjual : Ada, Kak.
Pembeli : Berapa harganya?
Penjual : 2, 9 juta, Kak.
Pembeli : Wah, kok mahal sekali? Di internet, saya lihat harganya 2, 5 juta.
Penjual : Harga segitu saya gak bisa balik modal, Kak.
Pembeli : Turunin lagi boleh ya? 2, 6 bagaimana?
Penjual : Belum boleh, Kak. Tipe ini baru keluar. Dua juta delapan ratus lima puluh deh.
Pembeli : Wah, cuma turun lima puluh? Dua juta tujuh ratus, bagaimana, Mbak.
Penjual : Waduh, masih rugi, Kak. Begini deh, Kak, Dua juta tujuh ratus lima puluh. Itu sudah
murah, lho, kak.
Pembeli : Hmm…tapi gratis lapisan antigores, ya?
Penjual : Ya... boleh lah… dua juta tujuh ratus lima puluh gratis antigores.
Pembeli : Baik, ini uangnya.
Penjual : Ini barangnya, kak. Silahkan diperiksa terlebih dahulu. Garansi toko tiga bulan ya, Kak.
Pembeli : Ya. Terima kasih ya.
Penjual : Sama-sama. Silahkan datang lagi!

Mari kita ulas!

Sudahkah kalian perhatikan contoh di atas? Setelah kita cermati, ternyata ada beberapa ciri kebahasaan teks negosiasi yang muncul. Berikut adalah ciri-ciri kebahasaan tersebut.
1. Bahasa Persuasif
Sebagian besar negosiasi dilakukan dengan menggunakan bahasa persuasif (persuade), yaitu bahasa yang dipakai untuk membujuk, mengajak, dan meyakinkan pihak lain. Perhatikanlah contoh-contoh bahasa persuasif berikut!
Contoh 1

Penjual : Mari, sini, Kak, lihat-lihat dulu! Di sini murah-murah. Silahkan, mau cari apa?
Contoh 2
Pembeli : Turunin lagi boleh ya? 2, 6 bagaimana?
Contoh 3
Penjual : Waduh, masih rugi, Kak. Begini deh, Kak, Dua juta tujuh ratus lima puluh. Itu
sudah murah, lho, kak.
2. Bahasa Interogatif
Bahasa interogatif adalah bahasa pertanyaan. Bentuk seperti ini tentu saja akan sering muncul dalam teks negosiasi. Ciri bahasa interogatif adalah penggunaan pronomina tanya, seperti apa, siapa, kapan, berapa, bagaimana.
Contoh 4
Pembeli : Ada HP Leknopo tipe S939, tidak?
Contoh 5
Pembeli : Berapa harganya?
3. Bahasa argumentatif
Untuk memperlancar negosiasi, bahasa persuasi terkadang tidak cukup. Untuk itu, diperlukan bahasa argumentasi, yaitu bahasa yang digunakan untuk menyampaikan alasan dan pemberian bukti. Dalam contoh di atas, bentuk argumentasi adalah sebagai berikut.
Contoh 6
Pembeli : Wah, kok mahal sekali? Di internet, saya lihat harganya 2, 5 juta.
Dalam tuturan di atas, si calon pembeli berusaha meyakinkan penjual dengan berargumentasi bahwa di internet, harga yang dimaksud hanya 2,5 juta.
4. Bahasa santun
Kesopanan adalah satu syarat keberhasilan negosiasi. Tanpa hal ini, pihak lain kecil kemungkinan untuk mau menerima permintaan kalian. Beberapa cara untuk menciptakan kesantunan dalam berbahasa adalah dengan menggunakan kalimat-kalimat bernada syarat atau pengandaian yang terlihat dari adanya penggunaan konjungsi pengandaian, seperti jika, kalau, bila, andai. Selain itu, pemilihan pronomina sapaan juga harus diperhatikan. Pronomina kamu seharusnya dihindari dan diganti dengan kata Anda atau sapaan hormat lain, seperti Bapak atau Ibu.
Contoh 7
Pembeli : Turunin lagi boleh ya?
Contoh di atas menunjukkan bahwa calon pembeli berusaha untuk menawar harga dengan menggunakan kesopanan, boleh ya. Bandingkan jika calon pembeli mengatakan, “Mahal amat? Turunin lagi dong harganya!” Tentu saja itu akan sangat tidak sopan.
Contoh 8
Kalau bisa, turunkan lagi harganya boleh?
Kalimat di atas adalah contoh kesantunan dengan menggunakan konjungsi pengandaian.
5. Kalimat deklaratif
Kalimat deklaratif adalah kalimat yang bertujuan memberitakan sesuatu kepada pihak lain. Kalimat deklaratif dapat juga disebut dengan kalimat berita atau kalimat pernyataan.
Contoh 9
Penjual : 2, 9 juta, Kak.
Penjual : Harga segitu saya gak bisa balik modal, Kak.

Poin Penting

Ciri-ciri kebahasaan teks negosiasi adalah
1. persuasif,
2. interogatif,
3. argumentatif,
4. santun, dan
5. deklaratif.

menganalisis bentuk/struktur teks negosiasi

Pada pelajaran kali ini, kalian diajak untuk mengenal dan menganalisis bentuk/struktur teks negosiasi. Sebagai langkah awal, marilah kita pahami terlebih dahulu definisinya.
Teks negosiasi adalah suatu bentuk interaksi sosial dua pihak atau lebih dan merupakan bagian dari proses komunikasi. Negosiasi atau perundingan diperlukan ketika ada perbedaan kepentingan dari kedua belah pihak yang menimbulkan pertentangan. Oleh karena itu, negosiasi dilakukan untuk mencari kesepahaman antara kedua belah pihak, menghindari kerugian, dan mencapai kondisi yang saling menguntungkan. Contoh negosiasi yang sering muncul dalam keseharian adalah dalam kegiatan jual beli saat terjadi tawar-menawar.
Sebelum melakukan negosiasi, akan lebih baik jika kita mampu memahami kaidah-kaidahnya. Anggaplah kaidah ini mampu memberikan gambaran kepada kita tentang definisi yang lebih lanjut mengenai negosiasi.
Sebagai sebuah teks, negosiasi pun memiliki unsur atau struktur pembentuknya. Secara sederhana, teks negosiasi hanya memiliki tiga bagian: pembuka, isi, dan penutup. Negosiasi dengan bentuk seperti itu biasanya muncul akibat konflik. Akan tetapi, kadang kala negosiasi dapat bersifat kompleks, misalnya jual beli. Negosiasi yang cukup kompleks ini dapat memiliki tujuh bagian, yaitu orientasi, permintaan, pemenuhan, penawaran, persetujuan, pembelian, dan penutup.
1. Orientasi : awal perbincangan antara kedua belah pihak
2. Permintaan : tahap pengutaraan keinginan masing-masing. Pada tahap ini dapat dilihat
apakah ada perbedaan kepentingan dan tujuan atau tidak? Jika ternyata kedua belah pihak memiliki persamaan tujuan/persepsi, proses dapat langsung masuk ke nomor lima. Dengan demikian, negosiasi tidak perlu dilakukan. Dalam jual beli, barang atau jasa yang diinginkan bisa disampaikan di tahap ini.
3. Pemenuhan : dalam tahap ini, setiap pihak menyatakan apakah ada kesanggupan dalam
memenuhi keinginan pihak yang lain atau tidak. (hal ini biasanya dilengkapi dengan adanya persyaratan. Dalam jual beli, misalnya, persyaratan yang dimaksud adalah harga awal yang ditentukan penjual.)
4. Penawaran : dalam tahap ini, satu pihak merasa keberatan atas tahap sebelumnya lalu
melakukan penawaran peringanan persyaratan.
5. Persetujuan : Jika penawaran pada tahap sebelumnya dapat diterima oleh kedua belah

pihak, muncullah kesepakatan. Dalam tahap ini diharapkan tercipta suatu kondisi yang saling menguntungkan dan kedua belah pihak mampu menyamakan persepsi.
6. Pembelian : pada tahap ini terjadi pembelian.
7. Penutup : Negosiasi telah berakhir dan kedua belah pihak berpisah.

Perhatikanlah

Contoh negosiasi konflik adalah seperti yang dilakukan oleh golongan muda kepada golongan tua pada Peristiwa Rengasdengklok. Dalam kasus ini, negosiasi akan memiliki tiga bagian. Pembuka-isi-penutup
(dialog dengan penggubahan tanpa mengubah jalan peristiwa)
(16 Agustus 1945, di rumah Djiaw Kie Siong, Rengasdengklok)
Pembuka
Soekarni : Jepang telah kalah. Sebaiknya kita mempercepat kemerdekaan kita.
Wikana : Betul, Bung. Kita harus proklamasikan kemerdekaan kita sebelum semua terlambat.
Isi
Soekarno : Hal itu tidak bisa kita lakukan. Jangan gegabah. Kita cek dulu perkembangan berita. Jepang masih terlalu kuat dan kita perlu waktu menyusun segala hal yang diperlukan. Ini sudah jadi rencana PPKI.
Wikana : PPKI buatan Jepang. Kita tidak mau kemerdekaan kita dianggap sebagai hasil pemberian Jepang, Bung. Proklamasikan secepatnya atau kita akan merebut kekuasaan. Kawan Chairul telah siap di Jakarta dengan anggota PETA.
Penutup
Ach. Soebarjo : Tidak perlu seperti itu, Kawan. Baiklah, kita akan proklamasikan kemerdekaan secepatnya. Bagaimana Bung Karno?
Soekarno : Baiklah, saya dan Hatta sepakat. Besok, tanggal 17 Agustus 1945, kita akan proklamasikan kemerdekaan kita. Istriku, Fatmawati akan menjahitkan benderanya.

Mari kita ulas!

Berdasarkan contoh di atas, kalian pun dapat menemukan pasangan tuturan yang muncul dalam teks negosiasi. Berikut adalah bentuk pasangan tuturan yang biasa terdapat dalam negosiasi.
a. Mengucapkan salam – membalas salam
b. Bertanya – menjawab /tidak menjawab
c. Meminta tolong – memenuhi/menolak permintaan
d. Menawarkan – menerima/menolak tawaran
e. Mengusulkan – menerima/menolak usulan.

Poin penting

Teks negosiasi adalah suatu bentuk interaksi sosial yang diperlukan ketika ada perbedaan kepentingan dari kedua belah pihak yang menimbulkan pertentangan. Negosiasi bertujuan untuk mencari kesepahaman antara kedua belah pihak, menghindari kerugian, dan mencapai kondisi yang saling menguntungkan.

Friday, 29 January 2016

MENGONVERSI PENGGALAN NOVEL KE DALAM TEKS DRAMA PENDEK


Tujuan Pembelajaran:
Siswa dapat mengonversi teks novel ke dalam teks drama pendek sesuai dengan struktur dan kaidah yang baik.
Kita main kuis-kuisan lagi yuk! Kali ini bayangkan kalian sebagai seorang calon penulis dengan sebuah ide yang sederhana. Mari kita mainkan games-nya!
Urutkanlah menjadi cerita yang paling horor sedunia.

Bagaimana kawan? Ternyata bermain menjadi seorang penulis itu cukup menyenangkan ya? Berbagai ide muncul tenggelam dalam benak kita, yang seolah-olah membuat kita membayangkan sebuah adegan film dengan banyak gambar yang berwarna. Itulah imajinasi!       Menulis merupakan salah satu pekerjaan kreatif yang menyenangkan. Dengan imajinasi, kita lebih bebas berekspresi tanpa harus terjegal hambatan-hambatan yang membatasi kehendak kita. Karena imajinasi tak punya batasan. Jadi mari kita melatih diri untuk bebas berkreativitas dengan menulis.
      Trik paling dasar untuk bisa menulis novel adalah sering-sering mencoba mengembangkan kalimat sederhana menjadi kalimat deskripsi yang hidup. Misalnya saja, kalimat gadis itu bermain bola menjadi gadis yang rambutnya dikepang dua itu bermain bola kasti di lapangan berdebu atau gadis berperawakan montok itu bermain-main dengan bola bekel di bawah pohon pinus sendirian. Coba bandingkan hasil perluasan deskripsinya, beda perluasan beda pula suasana yang terbangun kan?
      Maka dari itu latihan mendeskripsikan adegan itu penting dalam menulis novel, sama pentingnya dengan latihan memperluas interpretasi kita saat mengonversi teks novel itu sendiri menjadi teks drama. Apalagi, ketika menyusun sebuah teks drama, kita perlu memerinci adegan agar dapat mudah dipraktikan dalam akting. Untuk itu ketika mengonversi penggalan teks novel menjadi teks drama perlu memperhatikan hal-hal berikut.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat mengonversi ke drama.

1. Perdalam lagi karakter tokoh yang ada dalam cerita
Dalam drama, penggambaran tokoh dapat ditajamkan melalui berbagai cara, seperti penjelasan tokoh lain, dialog, atau penampilan ketika akting. Dalam penggalan novel belum tentu watak tokoh tersebut dinarasikan dengan jelas, maka seorang penulis naskah drama hasil konversi dari novel perlu berkreasi. Bisa jadi, karakter tokoh tertentu dalam teks drama hasil konversi teks novel sedikit berbeda, seperti penggarapan film Perempuan Berkalung Sorban berdasarkan novel dengan judul yang sama.
2. Membedakan sudut pandang cerita
Bisa jadi, teks drama tidak terlalu banyak mengeksploitasi sudut pandang penceritaan orang pertama seperti dalam novel. Karenanya, drama lebih banyak menggunakan sudut pandang orang ketiga dari berbagai sisinya.
3. Dialog-dialog kunci
Dalam novel, kita sering luput dalam membuat kata-kata khusus yang akan membuat pembaca terkenang. Nah, dalam drama kesempatan itu dapat terjadi dengan cara memperhatikan adegan yang terdapat dialog-dialog kunci, seperti dialog Romeo saat ditanya namanya menjawab “Apalah artinya sebuah nama, mawar pun akan tetap harum meski tanpa nama.”
4. Perkembangan cerita
Satu lagi, dalam konversi novel ke dalam drama, terkadang sang penyusun harus sedikit observasi dengan mengembangkan cerita, latar, alur, atau subkonflik agar terasa memikat. Karena bagi pembaca novel versi aslinya, menonton drama dengan konsep yang sama akan terasa membosankan.

Perhatikan latihan mengonversi berikut!

Ibu Muslimah yang beberapa menit lalu sembap, gelisah, dan coreng moreng, kini menjelma menjadi sekuntum crinum gigantium. Sebab tiba-tiba ia mekar sumringah dan posturnya yang jangkung persis tangkai bunga itu. Kerudungnya juga berwarna bunga crinum, demikian pula bau bajunya, persis crinum yang mirip bau vanili.
(Laskar Pelangi – Andrea Hirata. Hlm. 9)
Hasil konversi
Prolog
Ibu guru masuk ke dalam kelas dengan wajah yang lebih sumringah.
Dialog
Ibu Muslimah : Syukurlah semuanya sudah berkumpul. (Jemarinya memegang ujung kerudung jingganya)
Murid : Ya… Bu. (Menjawab serempak)
Ibu Muslimah : Terima kasih juga untuk bapak-bapak dan ibu yang berkenan hadir di hari pertama sekolah. (Bibir tersenyum sangat tulus)
Catatan
Inovasi cerita dalam drama akan membuat penggambaran latar lebih hidup. Apalagi ketika drama tersebut dipentaskan. Oleh sebab itu, imajinasi penyusun teks drama hasil konversi dari novel sangat diharapkan.

Poin Penting

Kekuatan perwatakan tokoh sangat penting dalam drama, maka buatlah konflik yang bombastis agar penokohan yang kuat akan teruji.