Sunday, 22 September 2024

Modul Bahasa Indonesia Kelas XII Kurikulum Merdeka 2024

Modul Bahasa Indonesia Kelas XII Kurikulum Merdeka 2024 adalah panduan pembelajaran yang disusun untuk mendukung penerapan Kurikulum Merdeka pada tingkat SMA. Kurikulum Merdeka menekankan pembelajaran yang fleksibel dan berpusat pada murid, dengan tujuan utama meningkatkan kreativitas, kemandirian, dan pengembangan kompetensi siswa melalui berbagai pendekatan, termasuk proyek dan pembelajaran kontekstual.

 

Ciri Utama Modul Bahasa Indonesia Kelas XII dalam Kurikulum Merdeka:

 

1. Berbasis Proyek (Project-Based Learning): Pembelajaran Bahasa Indonesia lebih banyak menggunakan metode proyek yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Ini bertujuan agar siswa mampu menerapkan pengetahuan Bahasa Indonesia dalam konteks nyata, seperti menulis esai, laporan, atau karya sastra.

 

2. Penguatan Kompetensi Dasar: Modul dirancang untuk mengembangkan empat kompetensi utama dalam berbahasa, yaitu:

   - Menyimak: Siswa dilatih untuk memahami berbagai jenis teks melalui kegiatan mendengarkan aktif.

   - Membaca dan Menonton: Fokus pada pemahaman teks tertulis dan audiovisual, baik sastra maupun non-sastra.

   - Berbicara: Keterampilan berkomunikasi secara lisan diasah melalui diskusi, presentasi, dan debat.

   - Menulis: Siswa diajak menghasilkan berbagai jenis teks, seperti laporan, artikel, dan surat resmi.

 

3. Pembelajaran Fleksibel: Kurikulum Merdeka memberikan ruang bagi guru untuk menyesuaikan materi ajar sesuai dengan kondisi kelas dan minat siswa. Modul ini tidak kaku, sehingga guru dapat memodifikasi materi agar lebih relevan dengan kebutuhan siswa.

 

4. Berfokus pada Pengembangan Literasi Kritis: Modul mendorong siswa untuk berpikir kritis terhadap teks yang mereka baca atau tonton. Siswa diajak untuk menganalisis makna teks, memahami konteks sosial budaya, serta mampu menyampaikan argumen secara logis.

 

5. Penilaian Autentik: Kurikulum ini menggunakan penilaian berbasis proyek atau produk, di mana siswa dievaluasi berdasarkan karya nyata yang mereka hasilkan, seperti tulisan esai, laporan penelitian, atau karya sastra.

 

6. Diferensiasi Pembelajaran: Modul memberikan pendekatan yang menyesuaikan dengan kemampuan setiap siswa, memungkinkan siswa untuk belajar sesuai dengan kecepatan dan gaya belajar masing-masing.

 

Struktur Modul:

 

- Komponen Utama: Setiap modul biasanya terdiri dari bagian pengantar, tujuan pembelajaran, langkah-langkah kegiatan belajar, bahan ajar, serta lembar kerja siswa.

- Materi Teks Tertentu: Untuk kelas XII, materi teks yang diajarkan bisa berupa teks surat lamaran pekerjaan, teks cerita sejarah, dan  teks editorial.

 

Tujuan Modul Bahasa Indonesia Kelas XII Kurikulum Merdeka:

 

- Mengembangkan kemampuan literasi siswa secara komprehensif, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan.

- Meningkatkan keterampilan analisis kritis terhadap berbagai teks, yang bermanfaat untuk kehidupan akademik dan sosial siswa.

- Membekali siswa dengan keterampilan komunikasi yang baik agar siap menghadapi dunia kerja atau pendidikan lanjutan.

 

Modul ini mendukung tujuan dari Kurikulum Merdeka yang menitikberatkan pada kebebasan belajar dan pengembangan potensi siswa secara holistik.

Modul bisa diunduh di bawah ini ya




Modul Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum Merdeka 2024

Modul Bahasa Indonesia Kelas X Kurikulum Merdeka 2024 adalah panduan pembelajaran yang digunakan untuk mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas 10 (X) dalam kerangka Kurikulum Merdeka. Modul ini disusun berdasarkan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka, yang lebih menekankan pada kebebasan belajar dan kemerdekaan guru dalam menyesuaikan materi dengan kebutuhan siswa serta situasi pembelajaran.

Ciri-ciri utama dari modul ini meliputi:

1. Berbasis Proyek (Project-Based Learning): Modul ini mengarahkan siswa untuk belajar melalui proyek yang memungkinkan mereka mengembangkan kreativitas dan keterampilan berpikir kritis, seperti menulis teks eksposisi, laporan hasil observasi, atau folktale.

2. Pendidikan Berpusat pada Siswa: Modul ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif berpartisipasi, mencari informasi, dan mengembangkan pemahaman secara mandiri.

3. Integrasi Asesmen Format: Modul ini juga dirancang dengan berbagai asesmen yang berfungsi untuk mengevaluasi pemahaman dan kemajuan siswa secara berkelanjutan (formatif).

4. Fokus pada Pengembangan Kompetensi Dasar: Modul ini mencakup empat kompetensi inti dalam pembelajaran Bahasa Indonesia: keterampilan menyimak, membaca dan menonton, berbicara dan mempresentasikan, serta menulis.

5. Kontekstual dan Relevan: Modul ini disesuaikan dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa dan relevan dengan perkembangan zaman, termasuk penggunaan media digital dan berbagai teks modern.

Modul ini memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi beragam jenis teks dan keterampilan berbahasa, baik lisan maupun tulis, sehingga mendukung tujuan pendidikan Kurikulum Merdeka yang berorientasi pada kemerdekaan berpikir dan belajar.



Berikut ini tautan modul bahasa Indonesia kelas X 





Saturday, 24 August 2024

Cerpen Satmoko Budi Santoso

Cerpen Satmoko Budi Santoso


(Kedaulatan Rakyat, 23 Februari 2024)


KARMIN lagi-lagi cemberut. Dirinya kembali merasa sebagai orang yang paling sial sekampung. Penyebabnya sederhana, tiap kali ada bagi-bagi jatah Bantuan Sosial atau Bansos, dirinya selalu kelewatan.


Padahal, dirinya juga berkategori miskin. Buktinya, misalnya, rumahnya yang biasa saja. Belum dikeramik, listrik juga masih golongan paling rendah. Pekerjaannya juga masih serabutan.


Jika malam tiba dirinya juga hanya bisa merutuki nasib. Terlihat istrinya juga cemberut setiap kali kelewatan tidak menerima Bansos. Anak kecil mereka juga tampak tak terurus.


Karmin memang warga biasa saja. Bergaul juga biasa saja. Saat kelewatan tak menerima Bansos juga tak mampu protes.


Sebenarnya banyak warga lain mendorong dirinya untuk protes. Setidaknya menyampaikan pada Ketua RT dan Kepala Dusun. Tapi, hal itu pun tak mau dilakukannya.


Pak RT dan Kepala Dusun juga sepertinya pura-pura tak mau tahu. Biasalah, begitulah kehidupan warga desa. Begitulah rupa-rupa dinamikanya.


Jika ada warga kampung lewat di depan rumah Karmin membawa seplastik Bansos, maka Karmin hanya bisa memandang sambil ngiler.


Jika ada warga kampung lewat di depan rumah Karmin menenteng lebih dari satu plastik Bansos, Karmin hanya melihat sambil melongo.


Jika ada warga kampung lewat di depan rumah Karmin tertawa ngakak, riang gembira mendapat Bansos, Karmin hanya menitikkan air mata. Hanya ada satu orang saja bernama Karmin yang pikiran dan perasaannya tercabik-cabik setiap kali musim Bansos tiba.


Warga sekampung juga seperti tak peduli jika setiap hari keluarga Karmin bisa makan atau tidak. Memang makin elok kehidupan warga zaman sekarang di era ponsel. Banyak orang seperti makin tak peduli antara satu dengan yang lain.


Saat Karmin sakit saja orang kampung peduli, tapi soal Bansos Karmin harus berjuang setengah mati agar diakui sebagai orang miskin. Karena merasa dikucilkan warga kampung, Karmin pernah mau transmigrasi. Tapi, rencana itu gagal total. Istrinya tak setuju. Alasannya lebih senang di kampung halaman meskipun miskin bukan kepalang.


Hari-hari Karmin dan keluarganya adalah hari-hari pasrah. Karmin sudah malas mengurus segala hal terkait pengakuan sebagai orang miskin. la merasa harusnya pejabat kampunglah yang lebih peduli. Tidak usah menyodorkan diri juga sudah tahu bahwa dirinya jelas orang miskin.


Kadang-kadang Karmin berpikir, memang aneh karakter orang Jawa. Bisa saja pura- pura tidak tahu. Tapi, begitulah yang harus ia jalani. Bertemu dengan banyak orang yang halus, lugu, dan santai, namun bisa juga diam-diam buas.


Kadang-kadang Karmin juga berpikir, tak layak menyesali nasib, maka lebih baik ia menerima saja dengan lapang hati. Sembari terus bekerja dan tidak mengharap lagi Bansos tiba di tangannya.


Sampai suatu hari, karena rajin bekerja keras, Karmin justru mampu menyantuni banyak warga kampung, termasuk Pak RT dan Kepala Dusun. Keduanya masih saja mau menerima hibah harta Karmin yang sudah melimpah ruah.


"Terima kasih, Mas Karmin. Masih ingat sama saya," kata Pak RT.


"Terima kasih juga, Mas Karmin. Masih mau peduli dan memberi saya," ujar Pak Kepala Dusun.


"Ya, Pak. Orang Jawa memang harus saling tolong-menolong," tukas Karmin kepada keduanya. 


Yogyakarta, Februari 2024


*) Satmoko Budi Santoso, tinggal di Yogyakarta.



Jawab pertanyaan berikut ini berdasarkan cerita tersebut!


1. Jelaskan latar belakang sejarah yang menjadi konteks dalam cerpen "Bansos" karya Satmoko Budi Santoso!


2. Bagaimana penulis menggambarkan situasi sosial dan politik dalam cerpen "Bansos"? Berikan contoh konkret dari teks!


3. Identifikasi dan analisis karakter utama dalam cerpen "Bansos". Bagaimana penulis mengembangkan karakter tersebut sepanjang cerita?


4. Apa tema utama yang diangkat dalam cerpen "Bansos"? Jelaskan bagaimana tema tersebut tercermin dalam alur cerita!


5. Bagaimana konflik dalam cerpen "Bansos" berkembang, dan apa penyebab utamanya? Jelaskan dengan mengutip bagian-bagian dari teks!


6. Ceritakan peristiwa penting yang menjadi titik balik dalam cerpen "Bansos". Mengapa peristiwa tersebut dianggap penting dalam alur cerita?


7. Bagaimana penulis menggunakan simbolisme dalam cerpen "Bansos"? Sebutkan simbol-simbol yang digunakan dan artinya dalam konteks cerita!


8. Analisis gaya bahasa yang digunakan oleh Satmoko Budi Santoso dalam cerpen "Bansos". Bagaimana gaya bahasa tersebut mempengaruhi suasana dan pesan cerita?


9. Bagaimana akhir cerita cerpen "Bansos"? Apakah akhir tersebut memuaskan atau mengejutkan? Jelaskan alasan Anda!


10. Diskusikan pesan moral atau kritik sosial yang disampaikan oleh penulis melalui cerpen "Bansos". Bagaimana cerpen ini relevan dengan situasi sosial atau politik saat ini?


Wednesday, 14 August 2024

Sebutkan 3 sikap menjaga NKRI di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat!

 1. Sebutkan 3 sikap menjaga NKRI di lingkungan keluarga! 


2. Sebutkan 3 sikap menjaga NKRI di lingkungan sekolah! 


3. Sebutkan 3 sikap menjaga NKRI di lingkungan masyarakat!



Berikut adalah tiga sikap menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di berbagai lingkungan:

1. Di Lingkungan Keluarga:
   - Menghormati Perbedaan: Menanamkan sikap saling menghormati perbedaan suku, agama, dan budaya di dalam keluarga.
   - **Menjaga Persatuan:** Membangun komunikasi yang baik dan harmonis antar anggota keluarga untuk menjaga keharmonisan dan persatuan keluarga.
   - **Menghargai Nilai-nilai Pancasila:** Mengajarkan dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, seperti gotong royong dan toleransi.

2. **Di Lingkungan Sekolah:**
   - **Menjaga Kerukunan:** Membina sikap saling menghargai antar teman sekolah yang berbeda latar belakang, baik dari segi suku, agama, maupun budaya.
   - **Berpartisipasi dalam Kegiatan Kebangsaan:** Aktif mengikuti upacara bendera dan kegiatan lain yang menumbuhkan rasa cinta tanah air.
   - **Belajar dengan Tekun:** Menjaga prestasi akademik dan non-akademik sebagai bentuk kontribusi untuk kemajuan bangsa.

3. **Di Lingkungan Masyarakat:**
   - **Berperan Aktif dalam Gotong Royong:** Ikut serta dalam kegiatan gotong royong dan kegiatan sosial lainnya yang bertujuan untuk memperkuat kebersamaan di masyarakat.
   - **Menjaga Ketertiban dan Keamanan:** Mematuhi peraturan yang berlaku dan berkontribusi dalam menjaga keamanan lingkungan.
   - **Menghormati Keberagaman:** Menghargai perbedaan budaya, agama, dan tradisi yang ada di masyarakat, serta tidak melakukan diskriminasi.

Wednesday, 7 August 2024

Bansos Cerpen Satmoko Budi Santoso


Cerpen Satmoko Budi Santoso


(Kedaulatan Rakyat, 23 Februari 2024)


KARMIN lagi-lagi cemberut. Dirinya kembali merasa sebagai orang yang paling sial sekampung. Penyebabnya sederhana, tiap kali ada bagi-bagi jatah Bantuan Sosial atau Bansos, dirinya selalu kelewatan.


Padahal, dirinya juga berkategori miskin. Buktinya, misalnya, rumahnya yang biasa saja. Belum dikeramik, listrik juga masih golongan paling rendah. Pekerjaannya juga masih serabutan.


Jika malam tiba dirinya juga hanya bisa merutuki nasib. Terlihat istrinya juga cemberut setiap kali kelewatan tidak menerima Bansos. Anak kecil mereka juga tampak tak terurus.


Karmin memang warga biasa saja. Bergaul juga biasa saja. Saat kelewatan tak menerima Bansos juga tak mampu protes.


Sebenarnya banyak warga lain mendorong dirinya untuk protes. Setidaknya menyampaikan pada Ketua RT dan Kepala Dusun. Tapi, hal itu pun tak mau dilakukannya.


Pak RT dan Kepala Dusun juga sepertinya pura-pura tak mau tahu. Biasalah, begitulah kehidupan warga desa. Begitulah rupa-rupa dinamikanya.


Jika ada warga kampung lewat di depan rumah Karmin membawa seplastik Bansos, maka Karmin hanya bisa memandang sambil ngiler.


Jika ada warga kampung lewat di depan rumah Karmin menenteng lebih dari satu plastik Bansos, Karmin hanya melihat sambil melongo.


Jika ada warga kampung lewat di depan rumah Karmin tertawa ngakak, riang gembira mendapat Bansos, Karmin hanya menitikkan air mata. Hanya ada satu orang saja bernama Karmin yang pikiran dan perasaannya tercabik-cabik setiap kali musim Bansos tiba.


Warga sekampung juga seperti tak peduli jika setiap hari keluarga Karmin bisa makan atau tidak. Memang makin elok kehidupan warga zaman sekarang di era ponsel. Banyak orang seperti makin tak peduli antara satu dengan yang lain.


Saat Karmin sakit saja orang kampung peduli, tapi soal Bansos Karmin harus berjuang setengah mati agar diakui sebagai orang miskin. Karena merasa dikucilkan warga kampung, Karmin pernah mau transmigrasi. Tapi, rencana itu gagal total. Istrinya tak setuju. Alasannya lebih senang di kampung halaman meskipun miskin bukan kepalang.


Hari-hari Karmin dan keluarganya adalah hari-hari pasrah. Karmin sudah malas mengurus segala hal terkait pengakuan sebagai orang miskin. la merasa harusnya pejabat kampunglah yang lebih peduli. Tidak usah menyodorkan diri juga sudah tahu bahwa dirinya jelas orang miskin.


Kadang-kadang Karmin berpikir, memang aneh karakter orang Jawa. Bisa saja pura- pura tidak tahu. Tapi, begitulah yang harus ia jalani. Bertemu dengan banyak orang yang halus, lugu, dan santai, namun bisa juga diam-diam buas.


Kadang-kadang Karmin juga berpikir, tak layak menyesali nasib, maka lebih baik ia menerima saja dengan lapang hati. Sembari terus bekerja dan tidak mengharap lagi Bansos tiba di tangannya.


Sampai suatu hari, karena rajin bekerja keras, Karmin justru mampu menyantuni banyak warga kampung, termasuk Pak RT dan Kepala Dusun. Keduanya masih saja mau menerima hibah harta Karmin yang sudah melimpah ruah.


"Terima kasih, Mas Karmin. Masih ingat sama saya," kata Pak RT.


"Terima kasih juga, Mas Karmin. Masih mau peduli dan memberi saya," ujar Pak Kepala Dusun.


"Ya, Pak. Orang Jawa memang harus saling tolong-menolong," tukas Karmin kepada keduanya. 


Yogyakarta, Februari 2024


*) Satmoko Budi Santoso, tinggal di Yogyakarta.



Jawab pertanyaan berikut ini berdasarkan cerita tersebut!


1. Jelaskan latar belakang sejarah yang menjadi konteks dalam cerpen "Bansos" karya Satmoko Budi Santoso!


2. Bagaimana penulis menggambarkan situasi sosial dan politik dalam cerpen "Bansos"? Berikan contoh konkret dari teks!


3. Identifikasi dan analisis karakter utama dalam cerpen "Bansos". Bagaimana penulis mengembangkan karakter tersebut sepanjang cerita?


4. Apa tema utama yang diangkat dalam cerpen "Bansos"? Jelaskan bagaimana tema tersebut tercermin dalam alur cerita!


5. Bagaimana konflik dalam cerpen "Bansos" berkembang, dan apa penyebab utamanya? Jelaskan dengan mengutip bagian-bagian dari teks!


6. Ceritakan peristiwa penting yang menjadi titik balik dalam cerpen "Bansos". Mengapa peristiwa tersebut dianggap penting dalam alur cerita?


7. Bagaimana penulis menggunakan simbolisme dalam cerpen "Bansos"? Sebutkan simbol-simbol yang digunakan dan artinya dalam konteks cerita!


8. Analisis gaya bahasa yang digunakan oleh Satmoko Budi Santoso dalam cerpen "Bansos". Bagaimana gaya bahasa tersebut mempengaruhi suasana dan pesan cerita?


9. Bagaimana akhir cerita cerpen "Bansos"? Apakah akhir tersebut memuaskan atau mengejutkan? Jelaskan alasan Anda!


10. Diskusikan pesan moral atau kritik sosial yang disampaikan oleh penulis melalui cerpen "Bansos". Bagaimana cerpen ini relevan dengan situasi sosial atau politik saat ini?