Wednesday 27 January 2021

Penulisan Kata, Angka, dan Bilangan dalam PUEBI

 Penulisan Kata, Angka, dan Bilangan dalam PUEBI ada aturannya. Berikut ini penjelasannya.



Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan atau nomor.

·         Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

·         Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000), V̄ (5.000), M̄ (1.000.000)

II.I.1. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam perincian.

Misalnya:

·         Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.

·         Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.

·         Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang abstain.

·         Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.

II.I.2. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.

Misalnya:

·         Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.

·         Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.

Catatan: Penulisan berikut dihindari:

·         50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah daerah.

·         3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.

Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunan kalimatnya diubah.

Misalnya:

·         Panitia mengundang 250 orang peserta.

·         Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.

Catatan: Penulisan berikut dihindari:

·         250 orang peserta diundang panitia.

·         25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.

II.I.3. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.

Misalnya:

·         Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.

·         Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.

·         Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.

II.I.4. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, isi, dan waktu serta (b) nilai uang.

Misalnya:

·         0,5 sentimeter

·         5 kilogram

·         4 hektare

·         10 liter

·         2 tahun 6 bulan 5 hari

·         1 jam 20 menit

·         Rp5.000,00

·         US$3,50

·         £5,10

·         ¥100

II.I.5. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan, rumah, apartemen, atau kamar.

Misalnya:

·         Jalan Tanah Abang I No. 15 atau

·         Jalan Tanah Abang I/15

·         Jalan Wijaya No. 14

·         Hotel Mahameru, Kamar 169

·         Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201

II.I.6. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.

Misalnya:

·         Bab X, Pasal 5, halaman 252

·         Surah Yasin: 9

·         Markus 16: 15—16

II.I.7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.

a. Bilangan Utuh

Misalnya:

·         dua belas (12)

·         tiga puluh (30)

·         lima ribu (5.000)

b. Bilangan Pecahan

Misalnya:

·         setengah atau seperdua (1/2)

·         seperenam belas (1/16)

·         tiga perempat (3/4)

·         dua persepuluh (2/10)

·         tiga dua-pertiga (3 2/3)

·         satu persen (1%)

·         satu permil (1o/oo)

II.I.8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:

·         abad XX

·         abad ke-20

·         abad kedua puluh

·         Perang Dunia II

·         Perang Dunia Ke-2

·         Perang Dunia Kedua

II.I.9. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut.

Misalnya:

·         lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)

·         tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)

·         uang 5.000-an (uang lima ribuan)

II.I.10. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi.

Misalnya:

·         Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

·         Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit televisi.

II.I.11. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan seperti berikut.

Misalnya:

·         Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).

·         Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.

II.I.12. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.

Misalnya:

·         Kelapadua

·         Kotonanampek

·         Rajaampat

·         Simpanglima

·         Tigaraksa

 


Tuesday 26 January 2021

Pola-Pola Penyajian Teks Negosiasi

 

Pola-pola Penyajian Teks Negosiasi

 

Teks negosiasi disajikan dengan pola penyajian yang berbeda, ada yang berbentuk (1) dialog; (2) cerita pendek, (3) ada juga yang berbentuk surat. Penyajian negosiasi dalam teks dialog menggunakan kalimat langsung, sedangkan dalam bentuk cerita pendek dengan pola penyajian gabungan antara bentuk narasi dan dialog. Teks negosiasi bentuk surat, bias berbentuk surat penawaran kerja sama, surat pemesanan barang, surat lamaran pekerjaan, dan sebagainya.

 

Para siswa yang budiman, berikut ini contoh berbagai bentuk teks negosiasi.

 

1.      Negosiasi dalam bentuk dialog.



Pembeli : “Berapa harga sekilo mangga ini, Bang?”(sambil menunjuk ke arah mangga gedong gincu)
Penjual : “Tiga puluh ribu, Bu. Murah.”

Orientasi

Pembeli : “Boleh kurang kan, bang?”

Pengajuan

Penjual : “Belum boleh, Bu. Barangnya bagus lho, Bu. Ini bukan karbitan. Masak pohon.”

Penawaran

Pembeli : “Iya, Bang, tapi harganya boleh kurang kan? Kan lagi musim, Bang. Dua puluh ribu saja ya?”

Pengajuan

Penjual : “Belum boleh, Bu. Dua puluh delapan ribu, ya, Bu. Biar saya dapat untung, Bu.”

Penawaran

Pembeli : “Baiklah, tapi saya boleh milih sendiri, kan Bang?”

Pengajuan

Penjual : “Asal jangan pilih yang besar-besar, Bu. Nanti saya bisa rugi.”

Penawaran

Pembeli : “Iya, Bang. Yang penting saya dapat mangga yang bagus dan tidak busuk.”
Penjual : “Saya jamin, Bu. Kalau ada yang busuk boleh ditukarkan.”
Pembeli : “Baiklah, saya ambil 3 kilo ya Pak.”

Persetujuan

 

 

Ciri bahasa dalam negosiasi yang berhasil adalah bahasa yang santun dan persuasif.
Perhatikan contoh kalimat persuasif pada kutipan berikut ini.

 

Anak : “Ayah tenang saja, semuanya sudah aku pikirkan. Ayah doakan saja biar aku mudah meraih cita-cita.”

Ayah : “Ya, sudahlah kalau itu mau kamu, tapi nanti malam kamu pikirkan lagi, ya.”
Dalam kutipan di atas, si anak menggunakan kalimat persuasif Ayah doakan saja biar aku mudah meraih cita-cita.

 

Makna tersirat dari kalimat itu adalah si anak memaksa secara halus kepada ayahnya agar mengizinkannya memilih sekolah sesuai dengan cita-citanya. Bahasa yang santun juga sangat memengaruhi keberhasilan negosiasi. Kata-kata yang digunakan untuk menunjukkan kesopananan antara lain: tolongsilakancobalahpercayalah, dan bolehkah. Kata-kata tersebut sebenarnya kata-kata yang bersifat perintah, tetapi disampaikan secara persuasif. Dengan demikian, terkesan sopan dan sulit ditolak oleh lawan bicara.

 

 

2.      Negosiasi dalam bentuk cerpen.

 

Terima kasih Bu Mia

Kamis  pagi  usai  pelajaran olah raga,  Bu Mia, guru Kimia masuk kelas X MIPA tepat waktu. Tak seperti biasanya, hari itu anak-anak belum selesai berganti pakaian. Penyebabnya, mereka baru saja mengikuti ujian lari mengelilingi stadion.

Sebenarnya hari itu Bu Mia akan memberikan ulangan. Beberapa siswa yang  nafasnya masih memburu  dan keringatnya  bercucuran, mengajukan  usul pada Dani.

 

“Dan ... minta Bu Mia menunda ulangan dong. Capek nih,” kata Ali.

“Waduuuh aku gak berani,” jawab Dani.

“Lia saja suruh bilang. Dia kan ketua kelas, ” sambung Dani.

“Baiklah, aku akan mencoba merayu Bu Mia. Doakan berhasil,” kata Lia.

“Beres. Kamu kan ketua kelas.”

 

Dengan santun, Lia menghadap Bu Lia yang wajahnya tampak kaku melihat murid-muridnya belum juga siap mengikuti pelajaran.

“Maaf, Bu. Boleh Lia berbicara sebentar?” tanya Lia sambil duduk.

“Iya. Ada apa?”

“Begini, Bu, saya mewakili teman-teman, Lia minta maaf karena teman-teman belum selesai ganti baju. “

“Biasanya kan tidak terlambat seperti ini?” tanya Bu Mia.

“Iya, Bu. Sekali lagi maafkan, kami. Kami kelelahan, Bu. Tadi baru saja ujian lari mengelilingi stadion 2 kali.”

“Oh ... kenapa tidak bilang tadi? Kalian sudah minum?” suara Bu Mia berubah ramah setelah tahu penyebab Lia dan kawan-kawannya terlambat ganti baju.

“Belum sempat, Bu. Kami takut ketinggalan ulangan,” jawab Lia tetap dengan sopan.

“Kalau boleh, kami minta waktu sepuluh menit untuk minum dan ganti baju, Bu. Biar badan kami segar.”

“Ya sudah, kalian istirahat 15 menit. Ulangannya minggu depan saja. Nanti kita latihan soal saja,” jawab Bu Lia mengagetkan Mia dan teman-teman.

“Makasih, Bu,” kata Lia.

“Eit ... tapi ingat. Kalian harus tertib. Tidak boleh gaduh dan mengganggu kelas lain. Dan masuk kelas lagi tepat pukul 09.00 WIB.”

“Iya, Bu. Makasih.”

 

Teman-teman Lia yang sejak tadi ikut menyimak pembicaraan Lia dan Bu Mia bertepuk tangan gembira mendengar keputusan Bu Mia.

 

ANALISIS STRUKTUR NEGOSIASI

 

ANALISIS KEBAHASAAN NEGOSIASI

 

Teks negosiasi “Terima Kasih Bu Mia” adalah teks negosiasi  yang berbentuk cerpen. Dalam cerita tersebut banyak menggunakan kalimat langsung dan tidak langsung. Berikut contohnya.

Dengan santun, Lia menghadap Bu Lia yang wajahnya tampak kaku melihat murid-muridnya belum juga siap mengikuti pelajaran.

“Maaf, Bu. Boleh Lia berbicara sebentar?” tanya Lia sambil duduk.

Kalimat tersebut juga menggunakan kalimat yang santun. Kalimat yang santun tersebut ditandai dengan kata “Maaf, Bu.”

 

Sebuah permasalahan akan dengan mudah terselesaikan jika masing-masing pihak memberikan penawaran yang menjadi solusi terbaik dalam sebuah perundingan. Ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan sebuah negosiasi antara lain sebagai berikut.

1.        Kesediaan untuk berkompromi dengan pihak lain.

2.        Tidak ada pihak yang dirugikan.

3.        Kesepakatan yang dicapai bersifat praktis, dapat dilakukan.

4.        Alasan yang disertakan mampu memengaruhi pihak lain.

 

ANALISIS PENYEBAB KEBERHASILAN NEGOSIASI

FAKTOR PENYEBAB KEBERHASILAN NEGOSIASI “TERIMA KASIH BU MIA”

BUKTI KUTIPAN

Alasan yang disampaikan

mampu meyakinkan Bu Mia

bahwa keterlambatan bukan

disengaja dan ulangan perlu

ditunda

“Iya, Bu. Sekali lagi maafkan, kami. Kami kelelahan, Bu. Tadi baru saja ujian lari mengelilingi stadion 2 kali.”

Tidak memaksa pihak lain.

“Belum sempat, Bu. Kami takut ketinggalan ulangan,” jawab Lia tetap dengan sopan. “Kalau boleh, kami minta waktu sepuluh menit untuk minum dan ganti baju, Bu. Biar badan kami segar.”

 

 

3.      Negosiasi dalam bentuk surat.

 Surat penawaran dan pemesanan barang dilihat dari tujuannya termasuk surat niaga. Surat niaga adalah surat yang digunakan dalam kegiatan perdagangan.

Struktur surat niaga hampir mirip dengan surat resmi yang mencakup unsur-unsur berikut ini.

 

1.      Kop Surat

 

Kop surat setidaknya harus mengandung (a) nama lembaga/instansi/ organisasi. Penulisannya menggunakan huruf besar/kapital, (b) alamat dan kontak telepon serta website/email jika ada, penulisannya menggunakan huruf besar dan kecil, dan (c) logo lembaga/instansi/organisasi.

 

2.        Nomor surat

 

3.        Lampiran

 

4.        Hal (inti surat tersebut), ditulis seperti judul karangan.

 

5.        Tanggal surat (posisi di kanan sejajar dengan nomor surat)

 

6.        Alamat penerima surat; hindari penggunaan kata “kepada”.

 

7.        Salam pembuka surat, akhiri dengan penggunaan tanda baca “koma.”

 

8.        Tubuh surat yag terdiri atas bagian pembuka, isi atau maksud surat, dan penutup.

 

9.        Salam penutup surat, diikuti nama, jabatan, dan tanda tangan penanggung jawab surat.


Berikut ini contoh teks negosiasi dalam bentuk surat.