Wednesday, 13 January 2016

Memproduksi Teks Opini/Editorial

Menulis teks opini berarti menyebarluaskan gagasan kepada khalayak. Dengan berbagai argumentasi, penulis teks opini harus berusaha memengaruhi khalayak melalui opininya. Apakah gagasannya diterima atau bahkan diperdebatkan oleh pembaca bergantung seberapa kuat argumentasi yang diberikan penulis. Tentu saja untuk menghasilkan sebuah teks opini, terdapat beberapa hal yang harus kalian perhatikan. Sebuah teks editoral dapat memberitahukan pembaca, merangsang pemikiran, membentuk pendapat dan kadang-kadang mengajak orang-orang untuk bertindak. Teks opini/editorial berupa pernyataan dari posisi penulis tentang sebuah isu yang mencerminkan visi dan misinya. Teks opini/editorial harus memiliki argumen, baik untuk atau terhadap masalah yang diangkat. Serta memiliki kritik dan menawarkan berbagai solusi untuk masalah.

Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan atau diikuti dalam memproduksi atau membuat teks opini/editorial. Untuk dapat memproduksi teks opini/editorial langkah pertama dalam menulis adalah menentukan tema. Untuk memilih tema dalam menulis teks opini, ikutilah isu aktual yang berkembang. Isu tersebut bisa diperoleh dari membaca media cetak atau berbagai media lainnya, menonton televisi, diskusi, atau melakukan wawancara. Banyak sekali isu-isu yang sedang berkembang di masyarakat saat ini, salah satunya adalah mengnai bencana kabut asap yang melanda beberapa daerah di Indonesia. Jika kita memperhatikan isu-isu tersebut maka tema yang kita pilih adalah kabut asap.
Setelah memilih isu yang akan dijadikan tema tulisan, tindakan selanjutnya adalah mengumpulkan data sebanyak mungkin. Data bisa kalian dapatkan dari buku, media cetak, internet, dan sebagainya. Misalnya data yang kita peroleh adalah sebagai berikut.
  1. Kebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatra, seperti Riau, Jambi, Sumatra Selatan serta sebagian Kalimantan, telah menyebabkan kabut asap setidaknya dalam tiga bulan terakhir. 
  2. Setelah musim penghujan datang hampir sepekan ini kita sudah dapat kembali melihat langit yang biru dan udara yang mulai cerah.
  3. Kita juga mendengar bahwa akan ada tindakan hukum yang serius diterapkan terhadap mereka yang terbukti sebagai penyebab timbulnya kabut asap, baik perorangan maupun korporasi.
  4. Pernyataan Menko Polhukam Luhut Pandjaitan yang mengakui bahwa “pertimbangan ekonomi” membuat pemerintah belum ingin mengumumkan perusahaan-perusahaan besar yang menjadi tersangka pembakar hutan.
  5. Pernyataan Menko Polhukam bahwa pemerintah sungguh-sungguh melancarkan penegakan hukum, khususnya atas perusahaan perkebunan dan pengelolaan hutan.
  6. Kelemahan aparat hukum dalam menangani isu lingkungan serta sanksi hukuman yang ringan juga dirasakan sebagai penyebab berulangnya kasus pembakaran hutan dari tahun ke tahun.
Baca dan perhatikan sekali lagi data yang telah diperoleh. Pilihlah data yang sesuai dengan tujuan dan dapat mendukung kekuatan tulisan.

Berilah judul untuk tulisan kalian. Sebuah judul sangat menentukan ketertarikan pembaca. Oleh sebab itu, pilihlah judul yang bagus dengan mencari sudut pandang yang menarik. Pemberian judul dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Sebagai contoh : Penegakan Hukum Jangan Ikut Lesap Bersama Perginya Kabut Asap

Sebuah teks opini memiliki struktur pernyataan pendapat^argumentasi^ pernyataan ulang pendapat. Nyatakanlah pendapat sebagai pembuka teks opini yang dibangun. Untuk memancing pembaca agar menuntaskan pembacaan terhadap tulisan, berikanlah kalimat pembuka yang menarik. Bagian yang terpenting dalam sebuah teks opini adalah argumentasi. Bagian ini dianggap jantung sebuah teks opini. Argumentasi yang diberikan harus mampu meyakinkan pembaca, tentu saja didukung oleh data yang telah dikumpulkan.
  1. Kita tidak boleh larut dalam kegembiraan yang berlebihan karena kita baru saja mengalami bencana.
  2. Jangan sampai kasus hukum ikut lesap bersamaan dengan perginya kabut-asap.
  3. Ada hal-hal yang merisaukan dari pemberitaan yang kita baca terkait penanganan secara hukum kasus kabut asap ini.
  4. Sudah seharusnya "pertimbangan ekonomi" dikesampingkan mengingat akibat yang ditimbulkan oleh kabut asap.
  5. Upaya penegakan hukum terhadap sejumlah perusahaan yang terlibat pembakaran hutan diragukan efektivitasnya oleh para pegiat lingkungan.

Kecenderungan pembaca teks opini adalah membaca tulisan yang tidak panjang, enak dibaca, dan mudah dicerna. Oleh sebab itu, sebagai penulis, gunakanlah bahasa yang komunikatif, tidak bertele-tele, serta ringkas penyajiannya. Dalam mengeksplorasi gagasan dan argumentasi, gunakanlah kalimat yang efektif, efisien, dan mudah dimengerti. Kata yang tidak efektif bisa dipangkas. Jika menggunakan istilah asing atau bahasa daerah, buatlah padanannya dalam bahasa Indonesia.
kabut asap
Satu hal yang perlu kalian ingat, tulisan yang dibangun bukan untuk menggurui, tetapi hanya berbagi gagasan dan berharap pembaca dapat menerima pendapat terhadap suatu hal. Argumentasi yang dibangun haruslah konstruktif, agar pesan dalam tulisan bisa diserap secara baik oleh pembaca. Kemudian, berikanlah solusi yang komprehensif. Pada bagian akhir teks opini, bisa memberikan pernyataan ulang pendapat yang berfungsi mempertegas gagasan yang ditawarkan kepada pembaca. Perhatikan contoh di bawah ini.
No.StrukturKalimat
1.Pernyataan PendapatKebakaran hutan dan lahan di wilayah Sumatra, seperti Riau, Jambi, Sumatra Selatan serta sebagian Kalimantan, telah menyebabkan kabut asap setidaknya dalam tiga bulan terakhir. Di Riau dan Sumatra selatan, kualitas udara di Kota Pekanbaru dan Palembang sempat masuk kategori berbahaya seiring dengan meningkatnya jumlah titik api di Pulau Sumatera. Penyebab kebakaran hutan dan lahan yang sering terjadi dan berulang setiap tahunnya di Sumatera dan Kalimantan disebabkan karena lemahnya penegakan hukum. 
2.ArgumentasiSetelah musim penghujan datang hampir sepekan ini kita sudah dapat kembali melihat langit yang biru dan udara yang mulai cerah. Semoga kondisi udara terus membaik, normal seperti sediakala. Kondisi udara membaik yang kini disambut lega hendaknya tidak membuat kita larut dalam kegembiraan yang berlebihan. Kita baru saja melewati masa-masa menyedihkan yang sangat panjang akibat kabut asap hasil pembakaran hutan dan lahan.

Ketika peristiwa itu terjadi, kita juga mendengar bahwa akan ada tindakan hukum yang serius diterapkan terhadap mereka yang terbukti sebagai penyebab timbulnya kabut asap, baik perorangan maupun korporasi. Sejauh ini kepolisian telah menetapkan 132 tersangka dalam kasus kebakaran hutan yang sebagian besar pelakunya perorangan yaitu 127. Ini yang hendaknya terus dikawal, jangan sampai ikut lesap bersamaan dengan perginya kabut-asap.

Mengingat ada hal-hal yang merisaukan dari pemberitaan yang kita baca terkait penanganan secara hukum kasus kabut asap ini. Mulai dari dianulirnya status tersangka yang semula disematkan kepada sebuah korporasi besar. Kapolri Jenderal Badrodin Haiti menyebut ada 10 perusahaan yang sudah masuk tahap penyidikan terkait kebakaran hutan di Sumatra.

Pernyataan Menko Polhukam Luhut Pandjaitan yang mengakui bahwa “pertimbangan ekonomi” membuat pemerintah belum ingin mengumumkan perusahaan-perusahaan besar yang menjadi tersangka pembakar hutan. Apa pertimbangan ekonomi yang dimaksud masih kurang jelas. Namun jika kita melihat akibat yang ditimbulkan oleh kabut asap tersebut yang telah merugikan trilyunan rupiah serta mengakibatkan hilangnya jam belajar efektif, termasuk gangguan kesehatan hingga jatuhnya korban jiwa. Sudah seharusnya "pertimbangan ekonomi" dikesampingkan.

Walaupun berhembus aroma pesimis dari perkembangan yang terbaca ini, ada bagian dari pernyataan Menko Polhukam yang agaknya patut kita pegang, bahwa pemerintah sungguh-sungguh melancarkan penegakan hukum, khususnya atas perusahaan perkebunan dan pengelolaan hutan. Upaya penegakan hukum terhadap sejumlah perusahaan yang terlibat pembakaran hutan diragukan efektivitasnya oleh para pegiat lingkungan selama upaya itu bersifat tebang pilih.
3.Pernyataan Ulang PendapatKelemahan aparat hukum dalam menangani isu lingkungan serta sanksi hukuman yang ringan juga dirasakan sebagai penyebab berulangnya kasus pembakaran hutan dari tahun ke tahun. Kita catat dan pegang janji ini dengan serius karena semua ini diperlukan agar kabut asap tidak muncul lagi di masa mendatang. Semoga kabut asap bukan merupakan bencana tahunan seperti banjir di negara kita.

Mengonversi Teks Opini/Editorial

Konversi teks adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengubah suatu teks menjadi bentuk teks yang lain. Untuk dapat mengonversi teks tersebut tentunya harus memahami struktur dan unsur kebahasaan teks yang akan diubah. Misanya saja teks yang akan diubah adalah teks opini/editorial diubah ke teks eksplanasi. Teks opini/editorial memiliki struktur antara lain pernyataan pendapat^argumentasi^pernyataan ulang pendapat. Sedangkan teks eksplanasi memiliki struktur pernyataan umum^urutan sebab-akibat. Unsur kebahasaan teks opini/editorial antara lain adverbia frekuentatif, konjungsi, verba material, relasional, dan mental, kosakata. Sedangkan unsur kebahasaan teks eksplanasi antara lain konjungsi (hubungan sebab akibat) , kata benda (nomina), kata kerja (verba) material dan relasional.
Fungsi teks opini/editorial biasanya menjelaskan berita artinya,dan akibatnya pada masyarakat.Teks opini/editorial juga mengisi latar belakang dari kaitan berita tersebut dengan kenyataan sosial dan faktor yang mempengaruhi dengan lebih menyeluruh. Teks opini terkadang juga ada ramalan atau analisis kondisi yang berfungsi untuk mempersiapkan masyarakat akan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi serta meneruskan penilaian moral mengenai berita tersebut. Teks eksplanasi mempunyai fungsi sosial, yaitu memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang proses terjadinya sesuatu, disusun menurut prinsip sebab-akibat.

Bacalah teks “Sepertiga Penduduk Indonesia Derita Hipertensi” berikut ini dengan cermat.
hipertensi
“Sepertiga Penduduk Indonesia Derita Hipertensi”
No.StrukturKalimat
1.Pernyataan PendapatDi sebuah harian nasional, Selasa (22/5), Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Indonesian Society for Hypertension) memasang sebuah iklan dengan judul dalam bahasa Inggris: World Hypertension Day, May 17, 2012, sebuah momentum yang digalang World Hypertension Leage dengan tema “Healthy Life Style-Healthy Blood Pressure”. Sebagai orang awam tentu banyak dari kita yang bertanya, apa penting dan signifikansinya memperingati Hari Hipertensi Dunia, yang tepat jatuh pada pekan lalu itu?
2.ArgumentasiBagi masyarakat Indonesia yang belakangan ini dilanda berbagai persoalan sosial, mulai dari larangan konser Lady Gaga hingga berbagai kasus korupsi yang tiada hentinya, persoalan hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi) seperti tenggelam tak ada gaungnya. Apakah karena dianggap kurang menarik sehingga tidak ada yang mau peduli?

Padahal, kalau melihat angka penderita hipertensi di Indonesia, haruslah kita waspada dan sangat peduli. Prevalensi penyakit ini di Indonesia mencapai 31,7 persen, artinya diperkirakan satu dari tiga penduduk berusia di atas 18 tahun adalah penderita hipertensi. Hal ini berarti puluhan juta penduduk Indonesia dipastikan menderita hipertensi.

Kalau hipertensi tanpa dampak, kita mungkin patut abai dan tenang-tenang saja. Persoalannya, hipertensi dapat memicu berbagai penyakit lain sebagai akibat rusaknya berbagai organ tubuh, seperti otak, ginjal, dan jantung kalau tidak ditangani dengan baik.

Secara global, penyakit hipertensi memiliki angka kematian yang cukup mencemaskan, yakni mencapai 7 juta orang meninggal per tahunnya di dunia. Hingga kini, diperkirakan lebih dari 1 milyar penduduk bumi menderita hipertensi.

Pada keluarga yang anggotanya menderita gagal ginjal, tentu sudah merasakan betapa beratnya biaya dan beban hidup yang harus ditanggung untuk cuci darah misalnya, meski mungkin sudah dibantu asuransi. Salah satu penyebab gagal ginjal adalah hipertensi. Penyakit lain yang juga bisa dipicu oleh hipertensi adalah stroke dan jantung koroner. Berbeda dengan demam berdarah yang penderitanya bisa meninggal dunia seketika, berbagai penyakit yang dipicu oleh hipertensi tersebut bisa berlangsung berkepanjangan dan bahkan menguras biaya yang sangat besar.

Bila hipertensi tidak diperhatikan, dirawat, atau pun dicegah, dipastikan akan menimbulkan berbagai penyakit lain yang bakal mengurangi kesejahteraan dan produktivitas. Dengan demikian, bermula dari masalah kesehatan dalam keluarga akan dapat menimbulkan masalah lain, yaitu problem ekonomi dan sosial. Maka, melalui tajuk rencana ini masyarakat diingatkan untuk tidak mengabaikan kesehatan. Masyarakat diimbau untuk selalu menjaga gaya dan pola hidup yang sehat.

Imbauan ini harus pula dibarengi dengan berbagai kampanye dan penyuluhan untuk berbagi pengetahuan tentang kesehatan. Hal ini dapat membangun dan menyadarkan masyarakat mengenai perlunya gaya dan pola hidup yang sehat. Tujuannya agar warga terhindar dari hipertensi dan berbagai penyakit turunannya.
3.Pernyataan Ulang PendapatDengan demikian, kampanye dan penyuluhan seperti yang dilakukan Perhimpunan Hipertensi Indonesia ini harus dihargai, mengingat risiko dan kerugian yang ditimbulkan penyakit ini sangat besar. Bukan saja menyebabkan beban bagi anggota keluarga penderita hipertensi, tetapi juga bagi masyarakat. Risiko ini dapat dikurangi kalau masyarakat memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai hal itu.
(Sumber: Sinar Harapan, Rabu, 23 Mei 2012)

Konversikanlah teks “Sepertiga Penduduk Indonesia Derita Hipertensi” di atas menjadi sebuah teks lain dengan struktur yang berbeda.

Teks Eksplanasi
Sepertiga Penduduk Indonesia Derita Hipertensi
No.StrukturKalimat
1.Pernyataan UmumDi sebuah harian nasional, Selasa (22/5), Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Indonesian Society for Hypertension) memasang sebuah iklan dengan judul dalam bahasa Inggris: World Hypertension Day, May 17, 2012, sebuah momentum yang digalang World Hypertension Leage dengan tema “Healthy Life Style-Healthy Blood Pressure”. Sebagai orang awam tentu banyak dari kita yang bertanya, apa penting dan signifikansinya memperingati Hari Hipertensi Dunia, yang tepat jatuh pada pekan lalu itu?
2.Urutan Sebab-akibatBagi masyarakat Indonesia persoalan hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi) seperti tenggelam tak ada gaungnya. Hal ini disebabkan karena belakangan ini masyarakat Indonesia dilanda berbagai persoalan sosial, mulai dari larangan konser Lady Gaga hingga berbagai kasus korupsi yang tiada hentinya,

Padahal, kalau melihat angka penderita hipertensi di Indonesia, haruslah kita waspada dan sangat peduli. Prevalensi penyakit ini di Indonesia mencapai 31,7 persen, artinya diperkirakan satu dari tiga penduduk berusia di atas 18 tahun adalah penderita hipertensi. Hal ini berarti puluhan juta penduduk Indonesia dipastikan menderita hipertensi.

Kalau hipertensi tanpa dampak, kita mungkin patut abai dan tenang-tenang saja. Persoalannya, hipertensi dapat memicu berbagai penyakit lain sebagai akibat rusaknya berbagai organ tubuh, seperti otak, ginjal, dan jantung kalau tidak ditangani dengan baik.

Secara global, penyakit hipertensi memiliki angka kematian yang cukup mencemaskan, yakni mencapai 7 juta orang meninggal per tahunnya di dunia. Hingga kini, diperkirakan lebih dari 1 milyar penduduk bumi menderita hipertensi.

Pada keluarga yang anggotanya menderita gagal ginjal, tentu sudah merasakan betapa beratnya biaya dan beban hidup yang harus ditanggung untuk cuci darah misalnya, meski mungkin sudah dibantu asuransi. Salah satu penyebab gagal ginjal adalah hipertensi. Penyakit lain yang juga bisa dipicu oleh hipertensi adalah stroke dan jantung koroner. Berbeda dengan demam berdarah yang penderitanya bisa meninggal dunia seketika, berbagai penyakit yang dipicu oleh hipertensi tersebut bisa berlangsung berkepanjangan dan bahkan menguras biaya yang sangat besar.

Bila hipertensi tidak diperhatikan, dirawat, atau pun dicegah, dipastikan akan menimbulkan berbagai penyakit lain yang bakal mengurangi kesejahteraan dan produktivitas. Dengan demikian, bermula dari masalah kesehatan dalam keluarga akan dapat menimbulkan masalah lain, yaitu problem ekonomi dan sosial. Maka, melalui tajuk rencana ini masyarakat diingatkan untuk tidak mengabaikan kesehatan. Masyarakat diimbau untuk selalu menjaga gaya dan pola hidup yang sehat.

Imbauan ini harus pula dibarengi dengan berbagai kampanye dan penyuluhan untuk berbagi pengetahuan tentang kesehatan. Hal ini dapat membangun dan menyadarkan masyarakat mengenai perlunya gaya dan pola hidup yang sehat. Tujuannya agar warga terhindar dari hipertensi dan berbagai penyakit turunannya.

Dengan demikian, kampanye dan penyuluhan seperti yang dilakukan Perhimpunan Hipertensi Indonesia ini harus dihargai, mengingat risiko dan kerugian yang ditimbulkan penyakit ini sangat besar. Bukan saja menyebabkan beban bagi anggota keluarga penderita hipertensi, tetapi juga bagi masyarakat. Risiko ini dapat dikurangi kalau masyarakat memiliki pemahaman yang cukup baik mengenai hal itu.
(Sumber: Sinar Harapan, Rabu, 23 Mei 2012)

Kaidah Kebahasaan Teks Opini/Editorial

Teks opini adalah teks yang berisi perkiraan, pikiran, pendapat, atau anggapan tentang suatu hal. Pendapat atau piiran setiap orang mengenai suatu hal berbeda-beda. Perbedaan pendapat bergantung pada sudut pandang dan latar belakang yang dimiliki. Pendapat dapat berupa saran, kritik, tanggapan, harapan, nasihat, atau ajakan. Diterima atau tidaknya gagasan atau usulan tersebut oleh pihak lain bergantung kepada kuat atau tidaknya argumentasi yang diajukan. Seseorang bebas menuangkan pandangannya terhadap sebuah persoalan melalui teks opini ini. Dalam mengungkapkan pendapat atau pikiran harus dilengkapi dengan fakta penunjang dan alasan yang masuk akal agar teks opini yang dibangun bisa diterima oleh pembaca atau pendengar. Jangan sampai teks yang tercipta itu hanya berisi pendapat kosong yang cenderung seperti khayalan belaka.

Pada tulisan ini akan dibahas mengenai kaidah kebahasaan teks Opini. Kaidah kebahasaan adalah aturan-aturan mendasar yang menjadi standar untuk dipakai dalam pemahaman bahasa teks opini. Ciri yang paling menonjol adalah penggunaan teks opini antara lain yang berhubungan dengan adverbia, konjungsi, verba (material, relasional, dan mental) dan kosa kata. Konjungsi yang banyak dijumpai pada teks opini adalah konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi, konjungsi yang menyatakan hubungan sebab akibat,  dan konjungsi yang menyatakan harapan, seperti agar, supaya, dan sebagainya. Untuk lebih memahami kaidah kebahasaan teks opini berikut ini contoh teks yang dapat anda amati.

Menjual Sembari Menjaga Nirwana
No.StrukturKalimat
1.Pernyataan PendapatIndonesia adalah surga sekaligus kisah nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa lalu. Ada begitu banyak tempat indah yang tersembunyi dan masih belum tersentuh. Sayangnya, tempat-tempat itu belum digarap serius sebagai tujuan wisata. Jangankan membuat program wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintah.
2.ArgumentasiDalam beberapa tahun terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah. Padahal, dengan pariwisata, daerah bisa mendapatkan penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya.
menjual nirwana
Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata. Kepulauan itu memiliki pantai-pantai indah, laut yang bening dan tenang, serta ikan berwarna-warni yang menyelinap di antara terumbu karang indah. Menjelang senja, matahari menjadi bola merah yang ditelan laut jingga. Namun, di sana juga berlangsung perusakan alam yang kerap didukung para politikus. Mereka datang hanya pada saat kampanye untuk memancing suara, bahkan mempersilakan para nelayan mengeb*m terumbu karang. Keinginan pemerintah pusat menjadikannya sebagai taman nasional ditentang justru oleh pemerintah daerah.

Di Mentawai, Sumatera Barat, lain lagi yang terjadi. Kepulauan ini memiliki ombak terbaik untuk berselancar. Di dunia ini hanya ada tiga tempat yang memiliki barrel-ombak berbentuk terowongan-yang dapat ditemui sepanjang waktu: Hawaii, Haiti, dan Mentawai. Namun, pemerintah daerah seolah-olah tidak berdaya di sana. Resor tumbuh menjamur, tetapi kontribusi mereka kepada ekonomi daerah amat minimal. Mungkin ini merupakan bentuk “protes” mereka kepada pemerintah daerah yang tidak serius membangun prasarana wisata di sana.

Dengan ribuan “surga yang tersembunyi” itu, pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah wisatawan asing yang datang ke negeri ini. Tahun lalu, menurut catatan Badan Pusat Statistik, hanya ada 8 juta wisatawan asing yang datang berkunjung ke Indonesia. Jangankan dibandingkan dengan Prancis yang mampu mendatangkan 83 juta turis tahun lalu, jumlah wisatawan asing ke Indonesia masih jauh dari Malaysia, yang menurut United Nations World Tourism Organization kedatangan 25 juta pelancong pada 2012. Ini menempatkan Malaysia pada peringkat ke-10 negara dengan jumlah wisatawan asing terbanyak.

Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia adalah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki. Pemerintah pusat ataupun daerah masih lebih senang mendapatkan uang dengan cara mengeksploitasi sumber daya alam. Mereka lebih suka membabat hutan untuk mengambil kayunya, menggali buminya untuk mengeduk mineral di dalamnya, atau menggantikan pepohonan hutan dengan kelapa sawit. Pariwisata dianggap tidak terlalu menguntungkan-terutama untuk pejabat yang korup. Tidak ada resor atau pengelola wisata yang bisa membayar setoran ke pejabat korup sebesar yang disetor pejabat hutan atau pemilik tambang.

Kesadaran menjaga alam dan mengembangkan potensi wisata justru datang dari operator wisata. Di Togean, seorang pemilik resor harus membayar nelayan secara berkala agar mereka tidak memburu ikan dengan b*m. Ia berupaya menyadarkan masyarakat tentang arti penting keindahan alam di halaman rumah mereka. Di Hulu Bahau, Kalimantan Utara, seorang ketua adat besar berhasil menyadarkan masyarakat untuk menjaga hutan. Bersama lembaga seperti WWF, masyarakat di sana mengembangkan wisata sungai dan rimba.

Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik. Singapura, misalnya, pulau kecil yang penuh beton itu mampu membuat banyak atraksi wisata-meski sebagian besar artifisial dan terlihat lebih indah di iklan-yang mampu menarik 15 juta wisatawan asing. Hampir dua kali lipat dari yang ke Indonesia.

Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba. Padahal tempat-tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan jalan sendiri. Berapa banyak peminat wisata yang tahu, misalnya, bahwa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, di pertemuan antara Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan arus surut Sungai Kampar, terdapat “bono”, tidal bore yang dirindukan para selancar sungai, dan diakui sebagai yang terbaik di dunia.
3.Pernyataan Ulang PendapatIndonesia memang surga sekaligus kisah nyata. Di tangan para pemangku kepentingan terletak tanggung jawab merayakannya.

Berdasarkan isi teks opini/editorial di atas, terdapat beberapa argumentasi penulis. Tentukanlah apakah setuju atau tidak pada pendapat tersebut dengan membubuhkan tanda centang (√) pada kolom (S) jika setuju dan pada kolom (TS) jika tidak setuju.
No.ArgumentasiSTS
1.Keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah.-
2.Dengan ribuan “surga yang tersembunyi” itu, pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah wisatawan asing yang datang ke negeri ini.-
3.Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia adalah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki.-
4.Selain membangun infrastruktur-seperti akses ke tempat itu-dan sarana semisal transportasi dan penginapan, pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik.-
5.Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba. Padahal tempat-tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan jalan sendiri.-

Kemukakanlah pendapat kalian tentang beberapa pernyataan berikut ini.
Dengan pariwisata, daerah bisa mendapatkan penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya. Apa yang dimaksud dengan pernyataan tersebut? Maksudnya adalah dengan pariwisata daerah dapat memperoleh penghasilan dari pengunjung obyek wisata yang ada sekaligus juga memelihara kelestarian sumber daya alam yang menjadi obyek wisata tersebut.

Setujukah dengan pernyataan: Resor tumbuh menjamur, tetapi kontribusi mereka kepada ekonomi daerah amat minimal. Saya setuju karena pertumbuhan resort seharusnya dapat menambah pendapatan daerah. Dengan meningkatnya pendapatan daerah mengakibatkan ekonomi daerah juga meningkat.

Mungkin ini merupakan bentuk “protes” mereka kepada pemerintah daerah yang tidak serius membangun prasarana wisata di sana. Apa yang dimaksudkan pengarang dengan kata “protes” pada pernyataan ini? Protes di sini adalah pernyataan tidak setuju terhadap kebijakan pemerintah yang tidak membangun prasarana wisata.

Judul teks tersebut adalah “Menjual Sembari Menjaga Nirwana”. Apa yang hendak dijual di sini? Yang dimaksud dijual di sini adalah menawarkan keindahan obyek wisata kepada para wisatawan. Dengan datangnya wisatawan mendatangkan pendapatan darah.
Indonesia adalah surga sekaligus kisah nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa lalu. Ada begitu banyak tempat indah yang tersembunyi dan masih belum tersentuh. Sayangnya, tempat-tempat itu belum digarap serius sebagai tujuan wisata. Jangankan membuat program wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintah. Dalam paragraf pertama tersebut terdapat kalimat yang dicetak miring yang merupakan kalimat utama paragraf tersebut. Beberapa kalimat utama masing-masing paragraf adalah sebagai berikut.
  1. Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah.
  2. Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata.
  3. Di Mentawai, Sumatera Barat, lain lagi yang terjadi.
  4. Dengan ribuan “surga yang tersembunyi” itu, pemerintah seharusnya bisa menaikkan jumlah wisatawan asing yang datang ke negeri ini.
  5. Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia adalah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki.
  6. Kesadaran menjaga alam dan mengembangkan potensi wisata justru datang dari operator wisata.
  7. Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik.
  8. Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba.

Sebuah teks opini biasanya mengupas tuntas suatu masalah aktual tertentu dengan tujuan memberi tahu, memengaruhi, meyakinkan, atau bisa juga sekadar menghibur pembacanya. Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan untuk mengekspresikan opini tersebut harus mengungkapan tujuan. Dalam menyatakan sebuah informasi, kata-kata dipilih secara hati-hati untuk mengekspresikan sikap dan sudut pandang penulis. Cara penulis teks mengungkapkan tujuannya melalui teks opini/editorial adalah dengan cara sebagai berikut.
  1. Penulis menjelaskan kejadian-kejadian penting kepada para pembaca. Penulis menerangkan bagaimana suatu kejadian tertentu berlangsung, faktor-faktor apa yang diperhitungkan untuk menghasilkan perubahan dalam kebijakan pemerintah, dengan cara bagaimana kebijakan baru akan mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi suatu masyarakat.
  2. Untuk memperlihatkan kelanjutan suatu peristiwa penting, penulis teks opini menggambarkan kejadian tersebut dengan latar belakang sejarah, yaitu menghubungkannya dengan sesuatu yang telah terjadi sebelumnya.
  3. Suatu teks opini kadang kadang menyajikan analisis yang melewati batas berbagai peristiwa sekarang dengan tujuan meramalkan sesuatu yang akan terjadi pada masa datang.
  4. Para penulis editorial mempertahankan kata hati masyarakat. Mereka mempertahankan isu-isu moral dan mempertahankan posisi mereka. Merek berkata kepada pembacanya tentang sesuatu yang benar dan salah.
Adverbia
Dalam sebuah teks opini/editorial biasanya digunakan bahasa yang dapat mengekspresikan sikap eksposisi. Agar dapat meyakinkan pembaca, diperlukan ekspresi kepastian, yang bisa dipertegas dengan kata keterangan atau adverbia frekuentatif, seperti selalu, biasanya, sebagian besar waktu, sering, kadang-kadang, jarang, dan lainnya. Adverbia frekuentatif yang ada dalam teks di atas adalah sebagai berikut.
No.KalimatAdverbia Frekunesi
1.Jangankan membuat program wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintahkerap
2.Namun, di sana juga berlangsung perusakan alam yang kerap didukung para politikus.kerap

Konjungsi
Konjungsi yang banyak dijumpai pada teks opini adalah konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi, seperti pertama, kedua, berikutnya, dan sebagainya; atau konjungsi yang digunakan untuk memperkuat argumentasi, seperti bahkan, juga, selain itu, lagi pula, sebagai contoh, misalnya, padahal, justru dan lain-lain; atau konjungsi yang menyatakan hubungan sebab akibat, seperti sejak, sebelumnya, dan sebagainya; konjungsi yang menyatakan harapan, seperti agar, supaya, dan sebagainya.
No.KalimatKonjungsiFungsi Konjungsi
1.Kesadaran menjaga alam dan mengembangkan potensi wisata justru datang dari operator wisata.JustruUntuk memperkuat argumentasi
2.Selain membangun infrastruktur dan sarana semisal transportasi dan penginapan, pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik..AgarUntuk menyatakan harapan
3.Keinginan pemerintah pusat menjadikannya sebagai taman nasional ditentang justru oleh pemerintah daerah.JustruUntuk memperkuat argumentasi
4.Dalam beberapa tahun terakhir, bahkan keindahan sejumlah tempat terancam oleh eksploitasi alam yang salah dan serakah. BahkanUntuk memperkuat argumentasi
5.Mereka datang hanya pada saat kampanye untuk memancing suara, bahkan mempersilakan para nelayan mengeb*m terumbu karang. BahkanUntuk memperkuat argumentasi
5.Namun, di sana juga berlangsung perusakan alam yang kerap didukung para politikus.JugaUntuk memperkuat argumentasi
6.Singapura, misalnya, pulau kecil yang penuh beton itu mampu membuat banyak atraksi wisata-meski sebagian besar artifisial dan terlihat lebih indah di iklan-yang mampu menarik 15 juta wisatawan asing.MisalnyaUntuk memperkuat argumentasi
7.Berapa banyak peminat wisata yang tahu, misalnya, bahwa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, di pertemuan antara Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan arus surut Sungai Kampar, terdapat “bono”, tidal bore yang dirindukan para selancar sungai, dan diakui sebagai yang terbaik di dunia.MisalnyaUntuk memperkuat argumentasi
8.Padahal, dengan pariwisata, daerah bisa mendapatkan penghasilan sekaligus memelihara alam selingkungannya.PadahalUntuk memperkuat argumentasi
9.Padahal tempat-tempat itu tidak perlu “dijual” lagi dan sebaiknya dibiarkan jalan sendiri.PadahalUntuk memperkuat argumentasi
10.Di Togean, seorang pemilik resor harus membayar nelayan secara berkala agar mereka tidak memburu ikan dengan b*m.AgarUntuk menyatakan harapan

Verba
Teks opini mencakup penggunaan kata kerja material, relasional, dan mental sekaligus.  Verba (kata kerja) material merupakan verba yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa, misalnya mengunyah, membaca, menulis, dan sebagainya. 

Verba relasional adalah verba yang menunjukkan hubungan intensitas (yang mengandung pengertian A adalah B), sirkumstansi (yang mengandung pengertian A pada/di dalam B), dan milik (yang mengandung pengertian A mempunyai B). Verba yang pertama tergolong ke dalam verba relasional identifikatif, sedangkan verba yang kedua dan ketiga tergolong ke dalam verba relasional atributif. Pada verba relasional identifikatif terdapat partisipan token (token) atau teridentifikasi (identified) dan nilai (value) atau pengidentifikasi (identifier). Misal: Ayah (token) adalah (verba relasional identifikasi) pelindung keluarga (nilai). Pada verba relasional atributif terdapat partisipan penyandang (carrier) dan sandangan (attribute). Misal: Ayah (penyandang) mempunyai (verba relasional atributif) mobil baru (sandangan).

Verba mental, pada umumnya digunakan untuk mengajukan klaim. Verba ini menerangkan persepsi (misalnya: melihat, merasa), afeksi (misalnya: suka, khawatir), dan kognisi (misalnya: berpikir, mengerti). Pada verba mental ini terdapat partisipan pengindera (senser) dan fenomena. Contohnya dalam klausa: Saya mempercayai bahwa..., Menurut saya..., Saya berpendapat.... Contoh lain dalam kalimat: Ayah (pengindera) mendengar (verba mental) kabar itu (fenomena).
No.KalimatVerbaJenis Verba
1.Indonesia adalah surga sekaligus kisah nyata, bukan isapan jempol belaka atau romantisme dari masa lalu.AdalahVerba Relasional
Identifikatif
2.Selain membangun infrastruktur dan sarana semisal transportasi dan penginapan, pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik..Membangun, MembungkusVerba Material
3.Di kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, ironi itu terpampang nyata. Kepulauan itu memiliki pantai-pantai indah, laut yang bening dan tenang, serta ikan berwarna-warni yang menyelinap di antara terumbu karang indahMenyelinapVerba Material
4.Problem utama dari tidak berkembangnya pariwisata di Indonesia adalah ceteknya kesadaran akan potensi yang kita miliki. AdalahVerba Relasional
Identifikatif
5.Mungkin ini merupakan bentuk “protes” mereka kepada pemerintah daerah yang tidak serius membangun prasarana wisata di sana.MerupakanVerba relasional atributif
5.Mereka datang hanya pada saat kampanye untuk memancing suara, bahkan mempersilakan para nelayan mengeb*m terumbu karang.MempersilahkanVerba Material
6.Mereka lebih suka membabat hutan untuk mengambil kayunya, menggali buminya untuk mengeduk mineral di dalamnya, atau menggantikan pepohonan hutan dengan kelapa sawitMembabat, MengedukVerba Material
7.Jangankan membuat program wisata yang kreatif, membangun prasarananya saja kerap tidak dilakukan pemerintah.Membuat, MembangunVerba Material
8.Berapa banyak peminat wisata yang tahu, misalnya, bahwa Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, di pertemuan antara Selat Malaka, Laut Cina Selatan, dan arus surut Sungai Kampar, terdapat “bono”, tidal bore yang dirindukan para selancar sungai, dan diakui sebagai yang terbaik di dunia.TerdapatVerba Relasional atributif
9.Pemerintah harus lebih serius memikirkan program-program untuk membungkus potensi ini agar lebih menarik.MemikirkanVerba Mental
10.Selama ini pemerintah hanya menjual Bali dan Bali, atau-kalau mau dikatakan agak berpandangan luas sedikit-bergesernya pun paling-paling hanya ke Yogyakarta dan Danau Toba.BerpandanganVerba Mental

Kosakata
Dalam membuat teks opini, seorang penulis harus kaya akan kosakata agar teks yang dibangun memperlihatkan seorang penulis yang berwawasan luas. Di dalam teks tersebut, terlihat beberapa kosakata yang jarang digunakan dalam keseharian. Beberapa kosa kata baru yang ada dalam teks “Menjual Sembari Menjaga Nirwana” adalah sebagai berikut.

No.KosakataArti Kosakata
1.terumbuDangkalan di laut (yang tidak terlalu luas), terjadi dari gundukan batuan, seperti gamping atau koral, sering kelihatan apabila air surut
2.cetekTidak mendalam (tentang pengetahuan dan sebagainya)
3.nirwanaTempat kebebasan (kesempurnaan); surga
4.mengedukMengeruk; mengorek; menggali;
5.membabatMenebas; merambah (pohon-pohon, semak belukar, rerumputan, dan sebagainya);
6.resorDaerah kecil; daerah kuasa:
7.artifisialTidak alami, buatan
8.kreatifMemiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta:
9.eksploitasiPengusahaan; pendayagunaan:
10.kontribusiUang iuran (kepada perkumpulan dan sebagainya); sumbangan
11.statistikCatatan angka-angka (bilangan); perangkaan; data yang berupa angka yang dikumpulkan, ditabulasi, digolong-golongkan sehingga dapat memberi informasi yang berarti mengenai suatu masalah atau gejala
12.wisataBepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan sebagainya); bertamasya;
13.wisatawanOrang yang berwisata; pelancong; turis:
14.pelancongBepergian untuk bersenang-senang; bertamasya; pesiar:
15.potensiKemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya;
16.infrastrukturPrasarana
17.aksesJalan masuk
18.atraksiSesuatu yang menarik perhatian; daya tarik;
19.selancarOlahraga yang dilakukan di atas air dengan cara berdiri di atas sebilah papan, meluncur sambil melenggok-lenggok seirama dan lajunya ombak;
20.pemangkuPengelola; penyelenggara (pemerintahan dan sebagainya)

Analisis Isi Teks Editorial

Tujuan Pembelajaran:
Siswa mampu menganalisis isi teks editorial.
Pada pelajaran sebelumnya kita telah mempelajari struktur dan kaidah dalam teks editorial. Pada bagian ini kita akan belajar menentukan isi dari bagian-bagian teks editorial. Adapun bagian-bagian teks editorial adalah sebagai berikut.
a. Judul
Pada umumnya syarat teks editorial sama dengan judul artikel opini, yaitu provokatif, singkat, padat, relevan, fungsional, representative dan merujuk pada bahasa baku.
b. Tesis
Pada bagian pembuka editorial, dipaparkan latar belakang dari permasalahan yang diangkat dalam teks,
c. Argumentasi
Teks editorial membahas masalah yang sedang diperbincangkan umum di masyarakat. Masalah yang diulas biasanya berskala nasional. Teks editorial jarang membahas isu internasional. Isu internasional hanya akan dibahas jika memberikan efek pada stabilitas nasional. Dalam mengulas sebuah masalah, penulis selalu menyertakan beraneka argumentasi.Argumentasi ini bisa menyertakan fakta dan opini.
d. Penegasan ulang
Bagian ini berisi saran dan solusi dari penulis atas permasalahan yang sedang dibahas atau bisa berupa kesimpulan yang sifatnya menegaskan ulang pendapatnya.

Contoh Teks Editorial

Ciremai yang Patut Dipertahankan
Kabar pengembalian Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Ciremai, Jawa Barat kepada pemerintah dari PT Chevron cukup melegakan masyarakat setempat. Kita ingat bahwa Chevron merupakan peserta tunggal dalam lelang WKP Ciremai yang digelar 2011 lalu. Chevron kemudian ditetapkan sebagai pemenang lelang WKP tersebut. Masyarakat yang sebelumnya mengadakan ‘perlawanan’ bisa bernapas sejenak.
      Entahlah, pemerintah yang gagal menangkap keinginan masyarakat atau masyarakat yang gagal mengerti program pemerintah. Yang pasti gesekan akan kembali terjadi karena WKP Ceremai kemungkinan akan kembali dilelang.       Kita masih ingat isu yang beredar di masyarakat, bahwa pemerintah menjual Gunung Ciremai pada Chevron. Tentunya, isu itu menjadi sangat sensitif mengingat Chevron adalah pihak asing. Nasionalisme ditambah cinta lingkungan seperti bahan bakar yang memberi semangat pada masyarakat sekitar, bahkan masyarakat yang berdomisili di laur Ciremai tapi pernah bertempat tinggal atau sekadar berkunjung. Mereka mengagumi Gunung Ciremai dan khawatir jika proyek panas bumi itu akan menggerus keindahan Gunung Ciremai.
      Saatnya pemerintah meninjau ulang program-programnya. Masyarakat sudah berani bersikap untuk melindungi lingkungannya. Bukankah tugas pemerintah adalah mengayomi rakyatnya, tanah airnya? Bukan semata mencari celah keuntungan tapi merusak lingkungan.

Mari kita analisis isi teks editorial tersebut.

  1. Judul teks editorial adalah Ciremai yang Patut Dipertahankan.
  2. Tesis: Kabar pengembalian Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Ciremai, Jawa Barat kepada pemerintah dari PT Chevron cukup melegakan masyarakat setempat.
  3. Argumentasi: Nasionalisme ditambah cinta lingkungan seperti bahan bakar yang memberi semangat pada masyarakat sekitar, bahkan masyarakat yang berdomisili di laur Ciremai tapi pernah bertempat tinggal atau sekadar berkunjung. Mereka mengagumi Gunung Ciremai dan khawatir jika proyek panas bumi itu akan menggerus keindahan Gunung Ciremai.
  4. Penegasan ulang:Saatnya pemerintah meninjau ulang program-programnya. Masyarakat sudah berani bersikap untuk melindungi lingkungannya

    Point Penting

  • Teks editorial terdiri dari judul, tesis, argumentasi, penegasan ulang.
  • Isi tajuk rencana biasanya mengulas isu nasional.

EVALUASI STRUKTUR, KAIDAH, DAN ISI TEKS EDITORIAL/OPINI

Tujuan Pembelajaran:
Siswa mampu mengevaluasi struktur, kaidah, isi teks editorial/ opini.
Sebelumnya kamu sudah mempelajari struktur, kaidah, dan isi teks editorial. Struktur teks editorial adalah sebagai berikut.
1. Tesis atau teks opini diawali dengan pernyataan pendapat terhadap sebuah permasalahan. Pada bagian ini penulis mengungkapkan opininya secara umum terhadap sebuah permasalahan.
2. Argumentasi
3. Pernyataan ulang
      Selain struktur, teks editorial/ opini juga memiliki kaidah. Kaidah-kaidah yang harus ditaati dalam penulisan teks editorial adalah sebagai berikut.

  1. Memiliki kalimat utama pada setiap paragrafnya.
  2. Menggunakan adverbial frekuensi, seperti sering, kadang-kadang, jarang, dan kerap.
  3. Menggunakan konjungsi yang digunakan untuk menata argumentasi, seperti pertama, kedua, kemudian, dan berikutnya.
  4. Menggunakan konjungsi untuk memperkuat argumentasi, seperti bahkan, juga, selain itu, lagi pula, serta justru.
  5. Menggunakan konjungsi yang menyatakan harapan, seperti agar.
  6. Menggunakan kata kerja material, relasional, dan mental.
  7. Menggunakan kosakata ilmiah, seperti implementasi, inflasi, dan kredibilitas.       Setelah memahami struktur dan kaidah, tiba saatnya kamu mengevaluasi struktur, kaidah, dan isi teks editorial/ opini. Dalam mengevaluasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
  1. Dari segi isi, kamu harus mengecek apakah tulisan editorial sudah mencakup pernyataan pendapat, argumentasi, dan pernyataan ulang.
  2. Berkaitan dengan bagian argumentasi, apakah dalam uraian tersebut sudah ada data dan fakta pendukung untuk memperkuat pendapat penulis.
  3. Dari segi kaidah, kamu harus mengecek hal-hal yang berkaitan dengan kaidah teks editorial/ opini. Apakah penulis sudah menguraikan teks editorial/ opini sesuai dengan kaidah yang dijabarkan dalam teks editorial/ opini.

    Perhatikan contoh.

Mama, Aku Tidak Nakal dan Bodoh

(1) Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya bermasalah. Demikian juga anak, tidak ada anak yang mau dicap anak nakal dan bodoh. Karena pada dasarnya, tidak ada anak nakal dan bodoh. Seorang anak melakukan sesuatu yang dianggap salah oleh orang dewasa karena ketidaktahuannya atau karena dorongan rasa ingin tahunya yang kuat.
(2) Namun pernahkah orang tua berpikir, seorang anak kelihatannya seperti nakal karena ada dorongan dalam dirinya. Ia tidak bisa mengendalikan dorongan dirinya. Ia inginnya bergerak terus. Ia tidak mampu duduk diam sebentar, atau konsentrasi sebentar.
(3) Memang, tidak banyak orang tua dan guru yang dapat memahami permasalahan anak. Bisa jadi seorang anak mengalami gangguan konsentrasi lalu stigma anak nakal dan bodoh sudah terlanjur menempel padanya.
(4) Banyak orang tua yang tidak paham, bahkan tidak peduli dengan kesulitan anak. Mereka justru memperlakukan anak tidak sebagai mana mestinya. Bahkan yang lebih parah lagi, orang tua sering kali salah menetapkan solusi atas permasalahan ini. Akbibatnya, anak bukan tambah berkembang, malah makin menurun prestasinya.
(5) Sebenarnya anak yang tidak bisa diam dan sulit berkonsentrasi bukanlah anak nakal dan bodoh. Anak seperti ini memang memiliki ciri tidak mampu bertahan lama mendengarkan guru mengajar. Mengerjakan tugas pun tidak akan selesai. Jika kecerdasannnya diukur dari prestasi belajar, anak model ini kerap dianggap sebagai anak bodoh. Padahal, ia bukan tidak mampu mengerjakannya, tetapi konsentrasinya yang mudah teralih. Ia tidak mampu berkonsentrasi dalam jangka waktu tertentu.
(6) Para orang tua kurang menyadari bahwa kemungkinan anak-anak model ini memang kurang dalam hal akademis. Namun, mereka memiliki potensi lain yang belum tergali. Karena itu, tugas orang tua dan guru untuk mencari potensi-potensi yang belum tergali pada anak-anak seperti ini. Mereka juga perlu penanganan yang tepat agar kepandaian yang sesungguhnya dapat tergali.

Marilah kita mengevaluasi teks editorial/ opini yang telah kamu baca.

1. Ditinjau dari segi struktur, teks yang berjudul Mama, Aku Tidak Nakal dan Bodoh terdiri atas 3 bagian yakni: (1)pernyataan pendapat yang terdapat dalam paragraf 1. Pernyataan pendapat pada teks tersebut mengungkapkan bahwa tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya bermasalah. Demikian juga, tidak ada anak yang mau dikatakan nakal dan bodoh. (2) Argumentasi yaitu paragraf 2 sampai dengan 6. Isi argumentasi pada teks ini adalah bahwa anak yang dianggap bodoh dan nakal ini tidaklah seperti stigma yang menempel pada mereka. Mereka bukanlah bodoh namun mereka memiliki masalah dengan konsentrasi. Karena masalah konsentrasi itulah, kemampuan akademis berada di bawah rata-rata.(3) Pernyataan ulang pendapat penulis. Penulis mengulang pendapatnya bahwa tidak ada orang tua yang mengingkan anaknya bermasalah. Demikian juga anak, tidak ada anak yang mau diberi stigma bodoh dan nakal. Karena itu, berdasarkan evaluasi struktur, teks di atas masuk dalam kategori teks editorial/ opini.
2. Ditinjau dari segi isi, teks yang berjudul Mama, Aku Tidak Nakal dan Bodoh dapat dikategorikan teks editorial/ opini karena teks ini mengungkapkan pendapat penulis terhadap fenomena yang terjadi pada masyarakat. Namun terdapat sedikit kelemahan pada teks tersebut. Teks ini kurang ditunjang pada data dan fakta. Penulis lebih banyak mengungkapkan pendapatnya dibanding data.
3. Ditinjau dari dari segi kaidah, ada beberpa kaidah yang digunakan dalam teks ini. Misalnya saja penggunaan adverbial frekuensi pada beberapa kalimat, seperti Nilai-nilainya pun jarang bagus, kecuali pelajaran yang benar-benar memang ia suka. Bahkan yang lebih parah lagi, orang tua sering kali salah menetapkan solusi atas permasalahan ini. Selain itu, teks di atas juga menggunakan konjungsi untuk memperkuat argumentasi, seperti pada kalimat Mereka justru memperlakukan anak seperti Rian tidak sebagai mana mestinya. Bahkan yang lebih parah lagi, orang tua sering kali salah menetapkan solusi atas permasalahan ini. Di samping kedua kaidah itu, teks ini juga memperkaya pembacanya dengan beberapa kosakata ilmiah, seperti korelasi, stigma, konsentrasi, dan tes IQ.

Poin Penting

Mengevaluasi teks editorial/ opini adalah menilai teks editorial/ opini. Penilaian atas teks tersebut berdasarkan kaidah, struktur, dan isi. Dalam mengevaluasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
1. Dari segi isi, penilaian mencakup kelengkapan tiga bagian struktur editorial, yakni pernyataan pendapat, argumentasi, dan pernyataan ulang. Penilaian juga harus mengecek apakah argumentasi yang diungkapkan oleh penulis didukung oleh fakta dan data.

2. Dari segi kaidah, penilaian mencakup kaidah-kaidah yang digunakan dalam teks teks editorial/ opini. Apakah penulis sudah menguraikan teks editorial/ opini sesuai dengan kaidah yang dijabarkan dalam teks editorial/ opini.