Tuesday 24 October 2023

Meringkas Isi Hikayat

 Hikayat adalah sebuah genre sastra tradisional dalam budaya Melayu yang terutama ditemukan di wilayah Asia Tenggara, seperti Malaysia, Indonesia, dan Brunei. Hikayat merupakan cerita panjang atau narasi epik yang sering kali berisi cerita-cerita tentang sejarah, mitos, atau legenda yang memiliki makna budaya dan moral yang dalam. Beberapa ciri khas hikayat adalah:


1. Cerita Panjang: Hikayat biasanya memiliki cerita yang panjang, bahkan bisa mencapai ribuan halaman. Ini membuatnya menjadi karya sastra yang menguraikan cerita dengan detail.


2. Mengandung Nilai Budaya dan Moral: Hikayat sering kali mengandung pesan moral, etika, dan nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat yang menciptakannya. Mereka bisa berfungsi sebagai sarana pendidikan moral.


3. Menggabungkan Aspek Sejarah dan Mitos: Beberapa hikayat mencampurkan elemen-elemen sejarah dengan unsur-unsur mitos atau legenda, sehingga menciptakan narasi yang menghibur sambil memberikan wawasan tentang asal-usul suatu daerah atau budaya.


4. Bahasa Klasik: Hikayat sering ditulis dalam bahasa Melayu klasik atau bahasa yang memiliki ciri-ciri sastra yang khas.


5. Penggunaan Puisi: Puisi seringkali digunakan dalam hikayat untuk menghiasi cerita dan mengekspresikan perasaan tokoh-tokoh dalam cerita.


6. Pengaruh Agama: Beberapa hikayat memiliki pengaruh agama, dengan cerita-cerita yang mencerminkan nilai-nilai agama Islam, Hindu, atau Budha, tergantung pada konteks sejarah dan budaya di mana hikayat tersebut muncul.


Hikayat merupakan bagian penting dari warisan sastra dan budaya di Asia Tenggara. Mereka tidak hanya menghibur, tetapi juga berfungsi sebagai alat pendidikan dan pemeliharaan nilai-nilai budaya dalam masyarakat yang menghasilkannya.


Bacalah teks hikayat berikut ini, kemudian buatlah ringkasannya minimal 200 kata!


HIKAYAT SA-IJAAN DAN IKAN TODAK


Menurut sahibul hikayat, sebermula ada seorang Datu yang sakti mandraguna sedang bertapa di tengah laut. Namanya Datu Mabrur. la bertapa di antara Selat Laut dan Selat Makassar.


Siang-malam ia bersamadi di batu karang, di antara percikan buih, debur ombak, angin, gelombang dan badai topan. Ia memohon kepada Sang Pencipta agar diberi sebuah pulau. Pulau itu akan menjadi tempat bermukim bagi anak-cucu dan keturunannya, kelak.


Hatta, ketika laut tenang, seekor ikan besar tiba-tiba muncul dari permukaan laut dan terbang menyerangnya. Tanpa beringsut dari tempat duduk maupun membuka mata, Datu Mabrur menepis serangan mendadak itu.


Ikan itu terpelanting dan jatuh di karang. Setelah jatuh ke air, ikan itu menyerang lagi. Demikian berulang-ulang. Di sekeliling karang, ribuan ikan lain mengepung, memperlihatkan gigi mereka yang panjang dan tajam, seakan prajurit siap tempur. Pada serangannya yang terakhir, ikan itu terpelanting jatuh persis saat


Datu Mabrur membuka matanya. "Hai, ikan! Apa maksudmu mengganggu samadiku? Ikan apa kamu?"


"Aku ikan todak, Raja Ikan Todak yang menguasai perairan ini. Şamadimu membuat lautan bergelora. Kami terusik, dan aku memutuskan untuk menyerangmu. Tapi, engkau memang sakti, Datu Mabrur. Aku takluk," katanya, megap-megap. Matanya berkedip-kedip menahan sakit. Tubuhnya terjepit di sela-sela karang tajam.


"Jadi, itu rakyatmu?" Datu Mabrur menunjuk ribuan ikan yang mengepung karang.


"Ya, Datu. Tapi, sebelum menyerangmu tadi, kami telah bersepakat. Kalau aku kalah, kami akan menyerah dan mematuhi apa pun perintahmu."


"Datu, tolonglah aku. Obati luka-lukaku dan kembalikanlah aku ke laut. Kalau terlalu lama di darat, aku bisa mati. Atas nama rakyatku, aku berjanji akan mengabdi padamu, bila engkau menolongku..." Raja Ikan Todak mengiba-iba. Seolah sulit bernapas, insangnya membuka dan menutup.


"Baiklah," Datu Mabrur berdiri. "Sebagai sesama makhluk ciptaan-Nya, aku akan menolongmu."


"Apa pun permintaanmu, kami akan memenuhinya. Datu ingin istana bawah laut yang terbuat dari emas dan permata, dilayani ikan duyung dan gurita? Ingin berkeliling dunia, bersama ikan paus dan lumba-lumba?" "Tidak. Aku tak punya keinginan pribadi, tapi untuk masa depan anak-cucuku nanti...." Lalu, Datu Mabrur menceritakan


maksud pertapaannya selama ini. "Akan kukerahkan rakyatku, seluruh penghuni lautan dan samudera. Sebelum matahari terbit esok pagi, impianmu akan terwujud. Aku bersumpah!" jawab Raja Ikan Todak.


Datu Mabrur tak dapat membayangkan, bagaimana Raja Ikan Todak akan memenuhi sumpahnya itu. "Baiklah. Tapi kita harus membuat perjanjian. Sejak sekarang kita harus sa-ijaan, seiring sejalan. Seia sekata, sampai ke anak-cucu kita. Kita harus rakat mufakat, bantu membantu, bahu membahu. Setuju?"


"Setuju, Datu...," sahut Raja Ikan Todak yang tergolek lemah. la sangat membutuhkan air.


Mendengar jawaban itu, Datu Mabrur tersenyum. Dengan hati-hati, dilepaskannya tubuh Raja Ikan Todak dari jepitan karang, lalu diusapnya lembut.


Ajaib! Dalam sekejap, darah dan luka di sekujur tubuh Raja Ikan Todak itu mengering! Kulitnya licin kembali seperti semula,


seakan tak pernah luka. Ikan itu menggerak-gerakkan sirip dan ekornya dengan gembira.


Dengan lembut dan penuh kasih sayang, Datu Mabrur mengangkat Raja Ikan Todak itu dan mengembalikannya ke laut. Ribuan ikan yang tadi mengepung karang, kini berenang mengerumuninya, melompat-lompat bersuka ria. "Sa-ijaan!" seru Raja Ikan Todak sambil melompat di permukaan laut.


"Sa-ijaan!" sahut Datu Mabrur.


Sebelum tengah malam, sebelum batas waktu pertapaannya berakhir, Datu Mabrur dikejutkan oleh suara gemuruh yang datang dari dasar laut. Gemuruh perlahan, tapi pasti. Gemuruh suara itu terdengar bersamaan dengan timbulnya sebuah daratan, dari dasar laut! Kian lama, permukaan daratan itu kian tampak. Naik dan terus naik! Lalu, seluruhnya timbul ke permukaan!


Di bawah permukaan air, ternyata jutaan ikan dari berbagai jenis mendorong dan memunculkan daratan baru itu dari dasar laut. Sambil mendorong, mereka serempak berteriak, "Sa-ijaan! Sa-ijaan! Sa-ijaaan...!" Datu Mabrur tercengang di karang pertapaannya. Raja Ikan Todak telah memenuhi sumpahnya!


Bersamaan dengan terbitnya matahari pagi, daratan itu telah timbul sepenuhnya. Berupa sebuah pulau. Lengkap dengan ngarai, lembah, perbukitan dan pegunungan. Tanahnya tampak subur. Pulau kecil yang makmur.


Datu Mabrur senang dan gembira. Impiannya tentang pulau yang akan menjadi tempat tinggal bagi anak-cucu dan keturunannya, telah menjadi kenyataan. Permohonannya telah dikabulkan. Dengan memanjatkan puji dan syukur kepada Sang Pencipta, ia menamakannya Pulau Halimun.


Alkisah, Pulau Halimun kemudian disebut Pulau Laut. Sebab, ia timbul dari dasar laut dan dikelilingi laut. Sebagai hikmahnya, kata sa-ijaan dan ikan todak dijadikan slogan dan lambang Pemerintah Kabupaten Kotabaru.


Diadaptasi dari:


https://sumberbelajar.seamolec.org/product.php?id-NWFIMDNINzE4NJVIYWNIZjc4ZjE3Nm]h


Berikut adalah Ringkasan cerita di atas.


Dalam suatu hikayat, terdapat seorang Datu kuat bernama Datu Mabrur yang bertapa di Selat Laut dan Selat Makassar. Dia berharap untuk mendapatkan sebuah pulau bagi keturunannya. Namun, saat dia bertapa, Raja Ikan Todak muncul dan menyerangnya. Meskipun serangan Ikan Todak itu mematikan, Datu Mabrur berhasil menepisnya dengan kekuatannya. Raja Ikan Todak, yang menguasai perairan tersebut, akhirnya takluk.


Raja Ikan Todak dan ribuan pengikutnya menawarkan bantuan untuk mewujudkan impian Datu Mabrur. Dalam kesepakatan yang disebut "sa-ijaan," mereka bekerja sama untuk menciptakan sebuah pulau yang disebut Pulau Halimun.


Seiring waktu, daratan baru itu terbentuk, dan Pulau Halimun menjadi kenyataan. Datu Mabrur sangat bersyukur dan menamainya Pulau Laut. Kata "sa-ijaan" dan ikan todak dijadikan simbol kerjasama dan persatuan di daerah tersebut.


Dengan kerja sama antara manusia dan makhluk laut, impian Datu Mabrur tentang pulau untuk keturunannya menjadi kenyataan. Pulau Laut menggambarkan keajaiban kolaborasi dan persahabatan antara manusia dan alam.

Wednesday 18 October 2023

Menganalisis dan menulis teks Editorial

 TAJUK RENCANA



Dilema Persampahan di DIY 



PEMDA DIY belum juga berhasil mengatasi masalah persampahan. Sementara, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan yang rencananya akan dibuka kembali 5 September hari ini diprediksi juga takkan mampu menampung kiriman sampah dari Kota, Bantul dan Sleman. Sebab, kuota maksimal TPA Piyungan hanya mampu menampung 180 ton sampah perhari. Lantas mau dibuang ke mana sisa sampah yang tidak bisa ditampung?


Untuk itulah konsekuensinya, kabupaten/kota diminta untuk mengolah sampahnya secara mandiri untuk mewujudkan desentralisasi pengolahan sampah. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY pun belum bisa memprediksi kapan TPA Regional Piyungan bisa bertahan.


Berdasar informasi, saat ini Pemda DIY sedang menyiapkan Zona Transisi Dua yang lokasinya tak jauh dari TPA Piyungan, pembangunannya ditarget selesai Oktober 2023 mendatang. Diharapkan Zona Transisi Dua ini dapat menampung sampah yang diproduksi masyarakat hingga 2024. Karena pada waktu itu, DIY kemungkinan baru akan memulai tahap pembangunan teknologi pengolah sampah yang baru (KR 4/9).


Masyarakat mungkin belum banyak tahu seperti apa dan bagaiamana teknologi pengolahan sampah yang hendak diterapkan di DIY. Sembari menunggu itu terwujud, kabupaten/kota diminta tetap melakukan pengolahan sampah secara mandiri. Kita tentu merespons upaya tersebut sebagai hal positif guna mengurangi sampah yang dibuang di TPA Piyungan.


Namun kiranya perlu diingat bahwa pengolahan sampah secara mandiri, termasuk yang dilakukan di bank sampah yang tersebar di beberapa kampung di DIY, belum sebanding dengan produksi sampah yang dihasilkan masyarakat. Artinya, tidak semua produk sampah itu dapat diolah untuk kemudian disulap menjadi barang bernilai ekonomi. Kita mendukung imbauan pemerintah daerah kepada masyarakat untuk membuat biopori di pekarangan rumah, tentu syaratnya kalau punya lahan.


Kiranya perlu dievaluasi sejauh mana efektivitas pembuatan biopori untuk mengurangi tumpukan sampah rumah tangga, apakah signifikan? Itu terkait dengan sampah organik yang bisa dijadikan pupuk atau lainnya. Sedang sampah anorganik diarahkan untuk diolah menjadi barang bernilai ekonomis, pun membutuhkan proses.


Kondisi saat ini sangat dilematis, karena belum semua warga mampu mengolah sampahnya sendiri. Kalaupun bisa, hasilnya masih belum signifikan. Pada saat yang sama, pembuangan sampah di TPA dibatasi. Yang terjadi kemudian, sampah menumpuk di pinggir jalan, lantaran warga kebingungan hendak membuang sampah ke mana.


Berkaitan itu, Satpol PP dikerahkan untuk menertibkan warga yang membuang sampah sembarangan. Patroli pun digencarkan di banyak titik lokasi biasanya warga membuang. sampah. Mereka yang kedapatan membuang sampah sembarangan, diproses hukum dan diancam tindak pidana ringan (tipiring). Tak pelak terjadi 'kucing-kucingan' antara warga dan petugas, sungguh ini pemandangan yang ironis.


Secara yuridis tentu sudah benar apa yang dilakukan petugas, memproses hukum mereka yang membuang sampah sembarangan. Namun, untuk saat ini, pendekatan yang mengedepankan penghukuman atau punishment rasanya kurang pas. Mengatasi persampahan harus menggunakan pendekatan multidisiplin, tak hanya hukum saja, tapi juga harus menggunakan pendekatan edukatif, sosial-kemanusiaan dengan bertumpu pada pemeliharaan dan penyelematan lingkungan. 



Berdasarkan teks tersebut, kerjakan soal berikut ini!


1. Temukan dua kalimat fakta!


2. Temukan 2 kalimat opini!

3. Identifikasilah bagian tesis!

4. Identifikasilah bagian argumentasi!

5. Identifikasilah bagian penegasan ulang!

6. Berdasarkan teks tersebut susunlah sebuah teks tajuk rencana yang bagus! (Ada tesis, berbagai argumentasi, penegasan ulang). Tulis di buku tulis!



Berikut adalah jawaban untuk setiap pertanyaan di atas:


1. Kalimat Fakta:

   - "PEMDA DIY belum juga berhasil mengatasi masalah persampahan."

   - "Kuota maksimal TPA Piyungan hanya mampu menampung 180 ton sampah perhari."


2. Kalimat Opini:

   - "Kiranya perlu diingat bahwa pengolahan sampah secara mandiri, termasuk yang dilakukan di bank sampah yang tersebar di beberapa kampung di DIY, belum sebanding dengan produksi sampah yang dihasilkan masyarakat."

   - "Secara yuridis tentu sudah benar apa yang dilakukan petugas, memproses hukum mereka yang membuang sampah sembarangan. Namun, untuk saat ini, pendekatan yang mengedepankan penghukuman atau punishment rasanya kurang pas."


3. Bagian Tesis:

   - Tesis dari teks ini adalah bahwa PEMDA DIY belum berhasil mengatasi masalah persampahan, terutama terkait dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan yang tidak cukup mampu menampung sampah dari berbagai kabupaten/kota.


4. Bagian Argumentasi:

   - Bagian argumentasi terdapat dalam sebagian besar teks, yang menjelaskan berbagai aspek permasalahan persampahan, termasuk solusi yang diusulkan, seperti pengolahan mandiri, pembangunan Zona Transisi Dua, dan efektivitas penggunaan biopori.


5. Bagian Penegasan Ulang:

   - Bagian penegasan ulang terdapat di akhir teks, yang menegaskan bahwa mengatasi masalah persampahan memerlukan pendekatan multidisiplin yang mencakup aspek edukatif, sosial-kemanusiaan, pemeliharaan, dan penyelematan lingkungan.


6. Contoh Teks Tajuk Rencana:


Tajuk Rencana: Mengatasi Dilema Persampahan di DIY


Tesis: Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih berjuang untuk mengatasi masalah persampahan yang semakin mendesak. Masalah utama adalah ketersediaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan yang tidak mencukupi untuk menampung sampah dari berbagai daerah di DIY.


Argumentasi:

   - Kita menghadapi dilema serius dengan TPA Piyungan yang hanya mampu menampung 180 ton sampah per hari, sementara jumlah sampah yang dihasilkan jauh melebihi kapasitas ini.

   - Salah satu solusi yang diusulkan adalah konsep desentralisasi pengolahan sampah, di mana kabupaten/kota diminta untuk mengolah sampahnya sendiri.

   - Meskipun ada upaya untuk membangun Zona Transisi Dua, masih banyak yang tidak tahu tentang teknologi pengolahan sampah yang akan diterapkan, dan DIY baru akan memulai pembangunan teknologi tersebut pada tahun 2024.

   - Penting untuk diingat bahwa pengolahan mandiri belum sebanding dengan produksi sampah masyarakat, dan tidak semua sampah dapat diubah menjadi barang bernilai ekonomi.

   - Evaluasi efektivitas penggunaan biopori sebagai cara mengurangi tumpukan sampah rumah tangga perlu dilakukan.

   - Selain itu, situasi saat ini dilematis, karena belum semua warga mampu mengolah sampah mereka sendiri, dan pembuangan sampah di TPA dibatasi.


Penegasan Ulang: Untuk mengatasi dilema persampahan di DIY, diperlukan pendekatan multidisiplin yang tidak hanya melibatkan hukum, melainkan juga pendekatan edukatif, sosial-kemanusiaan, serta fokus pada pemeliharaan dan penyelematan lingkungan.

Monday 2 October 2023

Mengidentifikasi dan menulis teks tajuk rencana

 TAJUK RENCANA


Dilema Persampahan di DIY 




PEMDA DIY belum juga berhasil mengatasi masalah persampahan. Sementara, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan yang rencananya akan dibuka kembali 5 September hari ini diprediksi juga takkan mampu menampung kiriman sampah dari Kota, Bantul dan Sleman. Sebab, kuota maksimal TPA Piyungan hanya mampu menampung 180 ton sampah perhari. Lantas mau dibuang ke mana sisa sampah yang tidak bisa ditampung?


Untuk itulah konsekuensinya, kabupaten/kota diminta untuk mengolah sampahnya secara mandiri untuk mewujudkan desentralisasi pengolahan sampah. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY pun belum bisa memprediksi kapan TPA Regional Piyungan bisa bertahan.


Berdasar informasi, saat ini Pemda DIY sedang menyiapkan Zona Transisi Dua yang lokasinya tak jauh dari TPA Piyungan, pembangunannya ditarget selesai Oktober 2023 mendatang. Diharapkan Zona Transisi Dua ini dapat menampung sampah yang diproduksi masyarakat hingga 2024. Karena pada waktu itu, DIY kemungkinan baru akan memulai tahap pembangunan teknologi pengolah sampah yang baru (KR 4/9).


Masyarakat mungkin belum banyak tahu seperti apa dan bagaiamana teknologi pengolahan sampah yang hendak diterapkan di DIY. Sembari menunggu itu terwujud, kabupaten/kota diminta tetap melakukan pengolahan sampah secara mandiri. Kita tentu merespons upaya tersebut sebagai hal positif guna mengurangi sampah yang dibuang di TPA Piyungan.


Namun kiranya perlu diingat bahwa pengolahan sampah secara mandiri, termasuk yang dilakukan di bank sampah yang tersebar di beberapa kampung di DIY, belum sebanding dengan produksi sampah yang dihasilkan masyarakat. Artinya, tidak semua produk sampah itu dapat diolah untuk kemudian disulap menjadi barang bernilai ekonomi. Kita mendukung imbauan pemerintah daerah kepada masyarakat untuk membuat biopori di pekarangan rumah, tentu syaratnya kalau punya lahan.


Kiranya perlu dievaluasi sejauh mana efektivitas pembuatan biopori untuk mengurangi tumpukan sampah rumah tangga, apakah signifikan? Itu terkait dengan sampah organik yang bisa dijadikan pupuk atau lainnya. Sedang sampah anorganik diarahkan untuk diolah menjadi barang bernilai ekonomis, pun membutuhkan proses.


Kondisi saat ini sangat dilematis, karena belum semua warga mampu mengolah sampahnya sendiri. Kalaupun bisa, hasilnya masih belum signifikan. Pada saat yang sama, pembuangan sampah di TPA dibatasi. Yang terjadi kemudian, sampah menumpuk di pinggir jalan, lantaran warga kebingungan hendak membuang sampah ke mana.


Berkaitan itu, Satpol PP dikerahkan untuk menertibkan warga yang membuang sampah sembarangan. Patroli pun digencarkan di banyak titik lokasi biasanya warga membuang. sampah. Mereka yang kedapatan membuang sampah sembarangan, diproses hukum dan diancam tindak pidana ringan (tipiring). Tak pelak terjadi 'kucing-kucingan' antara warga dan petugas, sungguh ini pemandangan yang ironis.


Secara yuridis tentu sudah benar apa yang dilakukan petugas, memproses hukum mereka yang membuang sampah sembarangan. Namun, untuk saat ini, pendekatan yang mengedepankan penghukuman atau punishment rasanya kurang pas. Mengatasi persampahan harus menggunakan pendekatan multidisiplin, tak hanya hukum saja, tapi juga harus menggunakan pendekatan edukatif, sosial-kemanusiaan dengan bertumpu pada pemeliharaan dan penyelematan lingkungan. 



Berdasarkan teks tersebut, kerjakan soal berikut ini!


1. Temukan dua kalimat fakta!


2. Temukan 2 kalimat opini!

3. Identifikasilah bagian tesis!

4. Identifikasilah bagian argumentasi!

5. Identifikasilah bagian penegasan ulang!

6. Berdasarkan teks tersebut susunlah sebuah teks tajuk rencana yang bagus!






Jawaban:



1. Kalimat Fakta:

   a. "Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan hanya mampu menampung 180 ton sampah perhari."

   b. "Pemda DIY sedang menyiapkan Zona Transisi Dua yang lokasinya tak jauh dari TPA Piyungan, pembangunannya ditarget selesai Oktober 2023 mendatang."


2. Kalimat Opini:

   a. "Masyarakat mungkin belum banyak tahu seperti apa dan bagaimana teknologi pengolahan sampah yang hendak diterapkan di DIY."

   b. "Kiranya perlu dievaluasi sejauh mana efektivitas pembuatan biopori untuk mengurangi tumpukan sampah rumah tangga, apakah signifikan?"


3. Bagian Tesis: 

   Bagian tesis tidak secara eksplisit disebutkan dalam teks, tetapi bisa diidentifikasi sebagai "Dilema Persampahan di DIY" yang merupakan pokok permasalahan yang akan dibahas dalam teks.


4. Bagian Argumentasi: 

   Bagian argumentasi terdapat dalam beberapa bagian teks yang menjelaskan tantangan dan permasalahan dalam pengelolaan sampah di DIY, seperti keterbatasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan, upaya Pemda DIY dalam mencari solusi, dan pembuatan biopori.


5. Bagian penegasan ulang dari teks tersebut menekankan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam mengatasi masalah persampahan. Teks menyatakan bahwa mengatasi persampahan tidak hanya tentang hukuman atau penghukuman, melainkan juga melibatkan pendekatan edukatif dan sosial-kemanusiaan yang berfokus pada pemeliharaan dan penyelematan lingkungan. Dengan demikian, penyelesaian masalah persampahan memerlukan kolaborasi dan partisipasi dari berbagai pihak, serta pemahaman yang lebih mendalam tentang upaya pengolahan sampah yang berkelanjutan. Teks ini mencoba menggambarkan bahwa situasi persampahan di DIY saat ini adalah suatu dilema yang memerlukan solusi yang lebih holistik dan terkoordinasi.



6. Teks Tajuk Rencana:



"Tantangan Besar dan Solusi Terobosan untuk Mengatasi Persampahan di DIY"


Saat ini, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dihadapkan pada dilema yang memprihatinkan terkait persoalan persampahan. Meskipun Pemerintah Daerah DIY telah berusaha keras, masalah persampahan masih belum terselesaikan dengan memadai. Dalam beberapa tahun terakhir, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Piyungan yang seharusnya menjadi solusi, ternyata juga tidak cukup mampu menampung jumlah sampah yang terus meningkat dari Kota Yogyakarta, Bantul, dan Sleman. Kapasitas maksimal TPA Piyungan yang hanya 180 ton per hari ternyata masih jauh dari mencukupi.


Dalam menghadapi tantangan ini, pemerintah daerah telah mengusulkan solusi yang menarik perhatian, yaitu desentralisasi pengelolaan sampah. Kabupaten dan kota di DIY diminta untuk mengelola sampah mereka sendiri. Namun, pelaksanaan solusi ini masih memerlukan waktu yang tidak sebentar. Dalam rencana pembangunan, DIY sedang mempersiapkan Zona Transisi Dua yang diharapkan dapat menampung sampah dari masyarakat hingga tahun 2024. Namun, pada saat yang sama, pengembangan teknologi pengolahan sampah yang lebih efisien juga masih dalam tahap perencanaan.


Bagian penting dari solusi ini adalah partisipasi masyarakat. Saat ini, banyak yang mungkin masih belum akrab dengan teknologi pengelolaan sampah yang akan diterapkan di DIY. Oleh karena itu, masyarakat diminta untuk tetap melakukan pengelolaan sampah secara mandiri, seperti yang telah dilakukan melalui bank sampah di beberapa kampung di DIY. Namun, kendala yang dihadapi adalah bahwa pengelolaan sampah mandiri belum mampu mengatasi produksi sampah yang terus meningkat. Bukan semua jenis sampah dapat diubah menjadi barang bernilai ekonomi, dan ini adalah tantangan yang perlu dihadapi.


Selain itu, perlu dievaluasi sejauh mana efektivitas pembuatan biopori dalam mengurangi tumpukan sampah rumah tangga. Sampah organik yang dapat diubah menjadi pupuk adalah salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Namun, pengolahan sampah anorganik menjadi barang bernilai ekonomi juga merupakan hal yang penting, meskipun memerlukan proses yang lebih kompleks.


Kita berada di tengah-tengah situasi yang dilematis. Belum semua warga memiliki kemampuan untuk mengelola sampah mereka sendiri, dan bahkan jika bisa, hasilnya masih jauh dari cukup. Sementara itu, pembuangan sampah di TPA Piyungan harus dibatasi, yang berujung pada penumpukan sampah di pinggir jalan karena warga bingung harus membawanya ke mana.


Untuk mengatasi masalah ini, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) telah dikerahkan untuk menertibkan warga yang membuang sampah sembarangan. Patroli juga ditingkatkan di berbagai lokasi yang biasanya digunakan warga untuk membuang sampah. Namun, perlu diingat bahwa pendekatan yang mengedepankan hukuman atau tindakan pidana mungkin tidak selalu efektif dalam mengatasi persoalan persampahan. Sebuah pendekatan multidisiplin yang mencakup edukasi, aspek sosial, dan kemanusiaan harus digunakan, dengan fokus pada pemeliharaan dan perlindungan lingkungan.


Dalam tajuk rencana ini, kami akan mengeksplorasi lebih dalam mengenai tantangan besar yang dihadapi DIY dalam mengelola persampahan dan solusi terobosan yang bisa menjadi landasan bagi penyelesaian masalah ini. Dengan memahami kompleksitas masalah persampahan dan berbagai upaya yang telah dilakukan, kita dapat mencari cara untuk mencapai lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan untuk generasi masa depan.





Tuesday 12 September 2023

Kumpulan soal bahasa Indonesia kelas X

 Bacalah teks berikut ini!




Pasien Lupa Orang Tua karena Kecanduan Ponsel

 Kamis, 17 Okt 2019


Selain di Bandung Barat, Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr. Arif Zainudin Surakarta juga menerima pasien kecanduan ponsel. Tahun ini. jumlah pasien tersebut semakin meningkat. Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak Remaja RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta, Aliyah Himawati, mengatakan fenomena tersebut sudah terjadi sejak tiga tahun lalu. Namun belakangan, fenomena tersebut memang makin marak.

 

"Tiga tahun lalu ada tapi sedikit. Sejak tahun ajaran baru ini ada sekitar 35 anak remaja. Sehari ada 1-2 anak yang berobat," kata Aliyah, Kamis (17/10/2019).

 

Kondisi gangguan kejiwaan mereka berbeda-beda. Pasien dengan kondisi yang sangat parah bahkan tidak mengakui dan menganiaya orang tuanya.

 

"Orang tuanya tidak dianggap. Dia bilang kalau dia itu turun dari langit. Isi pikirannya itu yang ada di gim itu, bahasanya bahasa di gim itu," ujarnya.

 

Kebanyakan pasien tersebut kecanduan gim ekstrem. Mereka tidak

 

mau makan hingga tak mau sekolah. Kalaupun sekolah, mereka ingin

 

segera pulang untuk bermain gim.

 

"Ada yang niat ke sekolah itu untuk main gim. Karena di sekolah ada wifi gratis. Sedangkan di rumah sudah diputus orang tuanya," kata Aliyah.

 

Penanganan pasien kecanduan ponsel ini dilakukan sesuai dengan gejalanya. Pertama, pasien harus mengakui jika dirinya kecanduan ponsel. Setelah itu, pasien diberi obat.

 

"Kondisi kecanduan ini membuat cairan otak atau kerja saraf tidak seimbang. Langkah farmakoterapi atau pemberian obat ini yang paling cepat bisa menyeimbangkan," ujar dia. Kemudian pasien akan menjalani terapi perilaku. Secara berangsur, dosis obat juga diturunkan.

 

"Untuk pasien rawat jalan, kita evaluasi dua minggu sekali. Mereka kita beri kontrak kegiatan. Sehari ngapain saja. Sehari pegang ponsel itu hanya dua jam," katanya.

 

Sebagai langkah pencegahan, dia mengimbau kepada orang tua agar menjauhkan ponsel dari anak sejak dini. Saat ini banyak orang tua yang mengenalkan ponsel terlalu dini.

 

berikut adalah 20 soal pilihan ganda beserta kunci jawaban dan pembahasannya berdasarkan teks yang telah diberikan:

 

Soal 1: Apa yang menjadi perhatian dalam teks ini?

 

A. Perubahan cuaca di Bandung Barat.

B. Peningkatan jumlah pasien kecanduan ponsel.

C. Program sekolah baru.

D. Pembangunan Rumah Sakit Jiwa Daerah.

E. Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak Remaja.

 

Jawaban:B. Penyebab kenaikan jumlah pasien kecanduan ponsel.

 

Pembahasan: Teks membahas tentang peningkatan jumlah pasien kecanduan ponsel di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta.

 

Soal 2: Menurut teks, apa yang menyebabkan peningkatan jumlah pasien kecanduan ponsel?

 

A. Kurangnya akses internet di rumah.

B. Gangguan kejiwaan yang muncul secara tiba-tiba.

C. Kecanduan gim ekstrem.

D. Tidak ada wifi gratis di sekolah.

E. Kepala Instalasi Kesehatan Jiwa Anak Remaja.

 

Jawaban:* C. Kecanduan gim ekstrem.

 

Pembahasan:* Teks menyatakan bahwa kebanyakan pasien kecanduan ponsel kecanduan gim ekstrem yang menyebabkan mereka bahkan tidak mau makan dan tak mau sekolah.

 

Soal 3:* Apa yang dilakukan pasien pertama kali dalam penanganan mereka di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta?

 

A. Mereka menjalani terapi perilaku.

B. Mereka harus mengakui kecanduan mereka terlebih dahulu.

C. Mereka diberi obat.

D. Mereka diizinkan bermain gim selama mereka mau.

E. Mereka harus membayar biaya pengobatan terlebih dahulu.

 

Jawaban:* B. Mereka harus mengakui kecanduan mereka terlebih dahulu.

 

Pembahasan:* Teks menyebutkan bahwa langkah pertama dalam penanganan pasien adalah mereka harus mengakui bahwa mereka kecanduan ponsel.

 

Soal 4:* Apa yang dilakukan sebagai langkah farmakoterapi dalam penanganan pasien kecanduan ponsel?

 

A. Pasien diberi kontrak kegiatan sehari-hari.

B. Pasien diizinkan menggunakan ponsel selama dua jam sehari.

C. Pasien harus mengakui kecanduan mereka.

D. Pasien diberi obat.

E. Pasien menjalani terapi perilaku.

 

Jawaban:D. Pasien diberi obat.

 

Pembahasan:* Teks menyebutkan bahwa langkah farmakoterapi adalah memberikan obat kepada pasien.

 

Soal 5: Apa yang disarankan oleh Aliyah Himawati sebagai langkah pencegahan kepada orang tua?

 

A. Memberikan ponsel kepada anak sejak dini.

B. Mendukung kecanduan ponsel anak-anak.

C. Mengenalkan anak-anak pada wifi gratis di sekolah.

D. Menjauhkan ponsel dari anak sejak dini.

E. Tidak peduli dengan kecanduan ponsel anak-anak.

 

Jawaban:* D. Menjauhkan ponsel dari anak sejak dini.

 

Pembahasan:* Aliyah Himawati mengimbau orang tua untuk menjauhkan ponsel dari anak sejak dini sebagai langkah pencegahan.

 

Soal 6: Apa yang dimaksud dengan "gim ekstrem" dalam teks?

 

A. Olahraga ekstrem yang dilakukan oleh anak-anak.

B. Aktivitas fisik yang ekstrem.

C. Permainan video yang sangat menarik.

D. Kegiatan berbahaya yang dilakukan oleh anak-anak.

E. Bentuk olahraga yang hanya dapat dilakukan di sekolah.

 

Jawaban:* C. Permainan video yang sangat menarik.

 

Pembahasan:* Dalam konteks teks, "gim ekstrem" mengacu pada permainan video yang sangat menarik dan membuat anak-anak kecanduan.

 

Soal 7:* Menurut Aliyah Himawati, apa yang terjadi pada cairan otak atau kerja saraf pasien kecanduan ponsel?

 

A. Cairan otak mereka menjadi lebih seimbang.

B. Cairan otak mereka menguap.

C. Cairan otak atau kerja saraf mereka menjadi tidak seimbang.

D. Kerja saraf mereka meningkat.

E. Cairan otak mereka menjadi tidak aktif.

 

Jawaban:* C. Cairan otak atau kerja saraf mereka menjadi tidak seimbang.

 

Pembahasan:* Aliyah Himawati menyatakan bahwa kecanduan ponsel dapat membuat cairan otak atau kerja saraf menjadi tidak seimbang.

 

Soal 8:* Apa yang menjadi tujuan pasien menjalani terapi perilaku?

 

A. Membuat pasien lebih santai.

B. Meningkatkan dosis obat pasien.

C. Menilai efektivitas obat yang diberikan.

D. Membantu pasien mengakui kecanduan mereka.

E. Memberikan waktu lebih banyak untuk bermain gim.

 

Jawaban:* D. Membantu pasien mengakui kecanduan mereka.

 

Pembahasan:* Terapi perilaku bertujuan untuk membantu pasien mengakui kecanduan mereka.

 

Soal 9:* Bagaimana pasien yang menjalani terapi perilaku diawasi?

 

A. Mereka diizinkan untuk bermain gim sebanyak yang mereka mau.

B. Mereka diizinkan menggunakan ponsel sepanjang hari.

C. Mereka diberi kontrak kegiatan sehari-hari.

D. Mereka diizinkan menghindari pasien lain.

E. Mereka diizinkan tinggal di rumah mereka sendiri.

 

Jawaban:** C. Mereka diberi kontrak kegiatan sehari-hari.

 

Pembahasan:* Pasien yang menjalani terapi perilaku diberi kontrak kegiatan sehari-hari untuk mengawasi aktivitas mereka.

 

Soal 10:* Berapa banyak pasien yang berobat setiap hari di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta?

 

A. Lebih dari 35 pasien.

B. 35 pasien.

C. Kurang dari 35 pasien.

D. Tidak ada yang tahu jumlahnya.

E. Sekitar 2 pasien.

 

Jawaban:* E. Sekitar 2 pasien.

 

Pembahasan:* Teks menyebutkan bahwa sekitar 1-2 anak berobat setiap hari di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta.

 

Soal 11:* Apa yang menjadi perhatian dalam teks ini?

 

A. Kenaikan suhu di Surakarta.

B. Peningkatan jumlah pasien di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta.

C. Tahun ajaran baru.

D. Pekerjaan Aliyah Himawati.

E. Fenomena cuaca ekstrem.

 

Jawaban:* B. Peningkatan jumlah pasien di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta.

 

Pembahasan:* Teks membahas tentang peningkatan jumlah pasien kecanduan ponsel di RSJD dr. Arif Zainudin Surakarta.

 

Soal 12:* Menurut teks, apa yang menjadi gejala kecanduan ponsel pada pasien?

 

A. Mereka tidak mau makan.

B. Mereka bermain gim ekstrem.

C. Mereka tidak pernah ke sekolah.

D. Semua jawaban di atas benar.

E. Mereka selalu membayar biaya pengobatan.

 

Jawaban:* D. Semua jawaban di atas benar.

 

Pembahasan:* Teks menyebutkan bahwa gejala kecanduan ponsel pada pasien meliputi tidak mau makan, bermain gim ekstrem, dan tidak pernah ke sekolah.

 

Soal 13:* Apa yang dilakukan pasien pertama kali dalam penanganan mereka di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta?

 

A. Mereka menjalani terapi perilaku.

B. Mereka harus mengakui kecanduan mereka terlebih dahulu.

C. Mereka diberi obat.

D. Mereka diizinkan bermain gim selama mereka mau.

E. Mereka harus membayar biaya pengobatan terlebih dahulu.

 

Jawaban:* B. Mereka harus mengakui kecanduan mereka terlebih dahulu.

 

Pembahasan:* Teks menyatakan bahwa langkah pertama dalam penanganan pasien adalah mereka harus mengakui bahwa mereka kecanduan ponsel.

 

Soal 14:* Apa yang dilakukan sebagai langkah farmakoterapi dalam penanganan pasien kecanduan ponsel?

 

A. Pasien diberi kontrak kegiatan sehari-hari.

B. Pasien diizinkan menggunakan ponsel selama dua jam sehari.

C. Pasien harus mengakui kecanduan mereka.

D. Pasien diberi obat.

E. Pasien menjalani terapi perilaku.

 

Jawaban:* D. Pasien diberi obat.

 

Pembahasan:* Teks menyebutkan bahwa langkah farmakoterapi adalah memberikan obat kepada pasien.

 

Soal 15:* Apa yang disarankan oleh Aliyah Himawati sebagai langkah pencegahan kepada orang tua?

 

A. Memberikan ponsel kepada anak sejak dini.

B. Mendukung kecanduan ponsel anak-anak.

C. Mengenalkan anak-anak pada wifi gratis di sekolah.

D. Menjauhkan ponsel dari anak sejak dini.

E. Tidak peduli dengan kecanduan ponsel anak-anak.

 

Jawaban:* D. Menjauhkan ponsel dari anak sejak dini.

 

Pembahasan:* Aliyah Himawati mengimbau orang tua untuk menjauhkan ponsel dari anak sejak dini sebagai langkah pencegahan.

 

Soal 16:* Apa yang dimaksud dengan "gim ekstrem" dalam teks?

 

A. Olahraga ekstrem yang dilakukan oleh anak-anak.

B. Aktivitas fisik yang ekstrem.

C. Permainan video yang sangat menarik.

D. Kegiatan berbahaya yang dilakukan oleh anak-anak.

E. Bentuk olahraga yang hanya dapat dilakukan di sekolah.

 

Jawaban:* C. Permainan video yang sangat menarik.

 

Pembahasan:* Dalam konteks teks, "gim ekstrem" mengacu pada permainan video yang sangat menarik dan membuat anak-anak kecanduan.

 

Soal 17:Menurut Aliyah Himawati, apa yang terjadi pada cairan otak atau kerja saraf pasien kecanduan ponsel?

 

A. Cairan otak mereka menjadi lebih seimbang.

B. Cairan otak mereka menguap.

C. Cairan otak atau kerja saraf mereka menjadi tidak seimbang.

D. Kerja saraf mereka meningkat.

E. Cairan otak mereka menjadi tidak aktif.

 

Jawaban: C. Cairan otak atau kerja saraf mereka menjadi tidak seimbang.

 

Pembahasan: Aliyah Himawati menyatakan bahwa kecanduan ponsel dapat membuat cairan otak atau kerja saraf menjadi tidak seimbang.

 

Soal 18: Apa yang menjadi tujuan pasien menjalani terapi perilaku?

 

A. Membuat pasien lebih santai.

B. Meningkatkan dosis obat pasien.

C. Menilai efektivitas obat yang diberikan.

D. Membantu pasien mengakui kecanduan mereka.

E. Memberikan waktu lebih banyak untuk bermain gim.

 

Jawaban: D. Membantu pasien mengakui kecanduan mereka.

 

Pembahasan: Terapi perilaku bertujuan untuk membantu pasien mengakui kecanduan mereka.

 

Soal 19: Bagaimana pasien yang menjalani terapi perilaku diawasi?

 

A. Mereka diizinkan untuk bermain gim sebanyak yang mereka mau.

B. Mereka diizinkan menggunakan ponsel sepanjang hari

C. Mereka diberi kontrak kegiatan sehari-hari.

D. Mereka diizinkan menghindari pasien lain.

E. Mereka diizinkan tinggal di rumah mereka sendiri.*

 

 

Jawaban: C. Mereka diberi kontrak kegiatan sehari-hari.

 

Pembahasan: Pasien yang menjalani terapi perilaku diberi kontrak kegiatan sehari-hari untuk mengawasi aktivitas mereka.

 

Soal 20: Berapa banyak pasien yang berobat setiap hari di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta?

 

A. Lebih dari 35 pasien.

B. 35 pasien.

C. Kurang dari 35 pasien.

D. Tidak ada yang tahu jumlahnya.

E. Sekitar 2 pasien.

 

Jawaban:* E. Sekitar 2 pasien.

 

Pembahasan: Teks menyebutkan bahwa sekitar 1-2 anak berobat setiap hari di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta.

Monday 11 September 2023

Kumpulan soal bahasa Indonesia kelas X

 Bacalah teks berikut ini dengan cermat!

Perundungan Tanda Sayang

Pada saat jam istirahat, dua siswi SMA sedang asyik mengobrol di kantin.

Ani : Mar, aku itu paling malas kalau ada acara keluarga.

Maria : Loh, bukannya senang dapat ketemu banyak saudara? Lagi pula kan, banyak makanan.

Ani : Ih, makanan terus. Aku itu malas ketemu mereka.

Maria : Kok, bisa?

Ani : Soalnya, pastiibuku akan membanding-bandingkanku dengan saudara. Terus, bibi-bibi atau om-omku akan komentar macam-macam. Emangnya aku barang dagangan apa, dibanding-bandingkan dan dikomentari?

Maria : Itu artinya mereka perhatian, sayang sama kamu.

Ani : Sayang apanya? Kalau sayang itu didukung bukan dijatuhin.

Maria : Bener juga sih. Ya udah ah, nanti kamu jangan main ke rumahku lagi ya?

Ani : Loh, kenapa?

Maria : Soalnya, ibuku suka banding-bandingin aku sama kamu. Sebel tahu!


Pertanyaan 1

Apa yang dibahas dalam teks tersebut?

A. Perasaan Ani tentang makanan di acara keluarga.

B. Pengalaman Maria di rumahnya.

C. Percakapan dua siswi SMA tentang keluarga.

D. Perundungan di sekolah.

E. Perjalanan Ani dan Maria ke kantin.

 

Jawaban yang benar: C. Percakapan dua siswi SMA tentang keluarga.

 

Pertanyaan 2: Mengapa Ani merasa malas ketika ada acara keluarga?

 

A. Karena dia tidak suka makanan yang disajikan di acara keluarga.

B. Karena dia tidak ingin bertemu banyak saudara.

C. Karena dia merasa saudaranya tidak menyukainya.

D. Karena dia tidak memiliki saudara.

E. Karena dia tidak suka jam istirahat.

 

Jawaban yang benar: B. Karena dia tidak ingin bertemu banyak saudara.

 

Pertanyaan 3: Menurut Ani, apa yang membuatnya malas ketemu dengan saudaranya?

 

A. Karena saudaranya sering mengomentari penampilannya.

B. Karena saudaranya suka membanding-bandingkannya dengan yang lain.

C. Karena saudaranya tidak pernah perhatian padanya.

D. Karena saudaranya tidak suka makanan yang disajikan.

E. Karena saudaranya selalu mengundangnya ke rumah mereka.

Jawaban yang benar: B. Karena saudaranya suka membanding-bandingkannya dengan yang lain.

 

 

Pertanyaan 4: Apa yang diungkapkan Maria tentang perhatian dari keluarga?

A. Keluarga adalah sumber perhatian dan kasih sayang yang besar.

B. Keluarga hanya peduli dengan makanan.

C. Perhatian keluarga membuat Maria senang.

D. Perhatian keluarga hanya menjadi beban baginya.

E. Maria tidak tahu apa-apa tentang perhatian keluarga.

 

Jawaban yang benar: A. Keluarga adalah sumber perhatian dan kasih sayang yang besar.

 

Pertanyaan 5: Mengapa Ani merasa tidak senang ketika saudaranya membanding-bandingkannya?

A. Karena saudaranya hanya mengomentari penampilannya.

B. Karena saudaranya selalu memuji Ani.

C. Karena saudaranya sering membandingkannya dengan orang lain.

D. Karena saudaranya tidak memberikan perhatian padanya.

E. Karena saudaranya tidak suka makanan di acara keluarga.

 

Jawaban yang benar: C. Karena saudaranya sering membandingkannya dengan orang lain.

 

 

Pertanyaan 6: Apa yang diungkapkan Maria tentang ibunya?

A. Ibunya suka mengomentari penampilan Maria.

B. Ibunya tidak pernah membanding-bandingkan Maria dengan Ani.

C. Ibunya suka membanding-bandingkan Maria dengan Ani.

D. Ibunya suka membanding-bandingkan Maria dengan saudaranya sendiri.

E. Ibunya tidak suka Maria main ke rumah Ani.

Jawaban yang benar: C. Ibunya suka membanding-bandingkan Maria dengan Ani.

 

 

Pertanyaan 7: Apa tanggapan Maria terhadap perasaan Ani tentang acara keluarga?

 

A. Maria tidak memahami perasaan Ani.

B. Maria merasa Ani harus bersyukur memiliki keluarga yang peduli.

C. Maria setuju dengan perasaan Ani dan juga merasa demikian.

D. Maria mengundang Ani ke rumahnya untuk menghindari perbandingan.

E. Maria berencana untuk mengubah perasaan Ani tentang keluarganya.

 

Jawaban yang benar: C. Maria setuju dengan perasaan Ani dan juga merasa demikian.

 

 

 

 

 

Pertanyaan 8: Bagaimana Maria merespons perbandingan yang sering dilakukan ibunya?

A. Maria senang karena ibunya selalu membandingkannya dengan Ani.

B. Maria tidak peduli dengan perbandingan yang dilakukan ibunya.

C. Maria merasa kesal dan tidak suka dengan perbandingan itu.

D. Maria merasa terhormat karena ibunya membandingkannya.

E. Maria mengundang Ani ke rumahnya untuk menghindari perbandingan.

 

Jawaban yang benar: C. Maria merasa kesal dan tidak suka dengan perbandingan itu.

 

 

Pertanyaan 9: Apa kesimpulan yang dapat diambil dari percakapan antara Ani dan Maria?

A. Ani sangat senang bertemu saudara-saudaranya.

B. Maria lebih suka ketemu saudara-saudaranya daripada Ani.

C. Ani dan Maria memiliki pandangan yang sama tentang keluarga.

D. Ani merasa malas ketika ada acara keluarga karena perbandingan yang sering dilakukan.

E. Maria merasa tidak suka dengan keluarganya.

 

Jawaban yang benar: D. Ani merasa malas ketika ada acara keluarga karena perbandingan yang sering dilakukan.

 

Pertanyaan 10: Apa yang ingin Maria lakukan terkait perbandingan yang dilakukan oleh ibunya?

A. Maria ingin mengundang Ani ke rumahnya.

B. Maria ingin meminta ibunya agar tidak lagi membandingkannya dengan Ani.

C. Maria ingin menjauh dari keluarganya.

D. Maria ingin mengubah perasaan Ani tentang keluarganya.

E. Maria tidak ingin melakukan apa-apa terkait perbandingan tersebut.

 

Jawaban yang benar: B. Maria ingin meminta ibunya agar tidak lagi membandingkannya dengan Ani.

 


Kumpulan soal bahasa Indonesia kelas X

 Bacalah teks berikut ini dengan cermat!


Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Bioscience menyatakan kunang-kunang menghadapi ancaman kepunahan.



Berikut ini analisis pola kalimat tersebut yang benar adalah ….

A. Subjek dalam kalimat tersebut adalah “Penelitian," yang merupakan inti kalimat dan berfungsi sebagai subjek utama yang melakukan tindakan atau menyatakan sesuatu.


B. Predikat adalah kata kerja yang menunjukkan tindakan atau pernyataan yang dilakukan oleh subjek. Di dalam kalimat ini, predikatnya adalah "yang diterbitkan," yang mengindikasikan bahwa penelitian tersebut melakukan pernyataan.


C.   Predikat adalah kata kerja yang menunjukkan tindakan atau pernyataan yang dilakukan oleh subjek. Di dalam kalimat ini, predikatnya adalah "yang diterbitkan dalam jurnal," yang mengindikasikan bahwa penelitian tersebut melakukan pernyataan.


D.   Predikat adalah kata kerja yang menunjukkan tindakan atau pernyataan yang dilakukan oleh subjek. Di dalam kalimat ini, predikatnya adalah "yang diterbitkan dalam jurnal Biosciece," yang mengindikasikan bahwa penelitian tersebut melakukan pernyataan.


E.    Objek adalah apa yang menjadi fokus tindakan atau pernyataan dalam kalimat. Dalam kalimat ini, objeknya adalah "ancaman kepunahan," yang merupakan informasi yang disampaikan oleh penelitian tersebut. Kalimat ini mengungkapkan bahwa penelitian tersebut menyatakan bahwa kunang-kunang menghadapi ancaman kepunahan.

 

Kunci: A

 

Pembahasan:

 

Dalam kalimat "Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Bioscience menyatakan kunang-kunang menghadapi ancaman kepunahan," Anda dapat mengidentifikasi subjek, predikat, dan objek sebagai berikut:

 

1. *Subjek*: "Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Bioscience"

   - Subjek ini adalah "Penelitian," yang merupakan inti kalimat dan berfungsi sebagai subjek utama yang melakukan tindakan atau menyatakan sesuatu.

 

2. *Predikat*: "menyatakan"

   - Predikat adalah kata kerja yang menunjukkan tindakan atau pernyataan yang dilakukan oleh subjek. Di dalam kalimat ini, predikatnya adalah "menyatakan," yang mengindikasikan bahwa penelitian tersebut melakukan pernyataan.

 

3. *Objek*: "kunang-kunang menghadapi ancaman kepunahan"

   - Objek adalah apa yang menjadi fokus tindakan atau pernyataan dalam kalimat. Dalam kalimat ini, objeknya adalah "kunang-kunang menghadapi ancaman kepunahan," yang merupakan informasi yang disampaikan oleh penelitian tersebut. Kalimat ini mengungkapkan bahwa penelitian tersebut menyatakan bahwa kunang-kunang menghadapi ancaman kepunahan.

 

Jadi, secara keseluruhan, subjeknya adalah "Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Bioscience," predikatnya adalah "menyatakan," dan objeknya adalah "kunang-kunang menghadapi ancaman kepunahan."