Monday 30 November 2020

Soal pilihan ganda menganalisis unsur intrinsik Roman Siti Nurbaya karya Marah Rusli

Bacalah kutipan roman Siti Nurbaya karya Marah Rusli berikut ini!

Tatkala kulihat ayah akan dibawa ke dalam penjara, sebagaimana seorang penjahat yang bersalah besar, gelaplah mataku dan hilanglah pikiranku dan dengan tiada kuketahui, keluarlah aku, lalu berteriak, “Jangan dipenjarakan ayahku! Biarlah aku menjadi istri Datuk Maringgih!” 

Mendengar perkataan itu, tersenyumlah Datuk Maringgih dengan senyum yang pada penglihatanku, sebagai senyum seekor harimau yang hendak menerkam mangsanya, dan terbanglah suka citanya dan berahi serta hawa nafsu hewan kepada matanya sehingga aku terpaksa menutup mataku.


1. Sudut pandang pengarang dalam kutipan novel tersebut adalah …. 

A. orang ketiga pelaku utama 

B. orang ketiga pelaku sampingan 

C. orang pertama pelaku sampingan 

D. orang pertama pelaku utama 

E. orang ketiga serbatahu.

Jawaban pertanyaan pada soal nomor 1 adalah D "orang pertama pelaku utama". Mengapa itu jawabannya? Karena di sini si pengarang menceritakan suatu peristiwa seolah-olah diri si pengarang itu terlibat/ mengalami sendiri peristiwa pada bacaan di atas. 



2. Watak tokoh Datuk Maringgih dalam kutipan novel tersebut adalah …. 

A. pemarah 

B. penurut 

C. penindas 

D. penyabar 

E. pemurah 

Watak tokoh Datuk Maringgih adalah C "penindas" ini dapat kita lihat dalam kutipan berikut ini

Mendengar perkataan itu, tersenyumlah Datuk Maringgih dengan senyum yang pada penglihatanku, sebagai senyum seekor harimau yang hendak menerkam mangsanya ...

3. Pendeskripsian watak tokoh Datuk Maringgih dalam kutipan novel tersebut adalah melalui …. 

A. dialog tokoh 

B. gambaran fisik tokoh 

C. reaksi tokoh peristiwa 

D. jalan pikiran tokoh 

E. keadaan sekitar tokoh.

Pelukisan watak tokoh dapat diceritakan secara analitik dan dramatik. Pelukisan cerita secara analitik adalah si pengarang mengalami sendiri segala sesuatu yang terjadi di dalam cerita. Si pengarang seolah-olah terlibat di dalam cerita. Pengarang akan secara langsung menceritakan peristiwa/ cerita dengan secara langsung. Sedangkan pelukisan cerita secara dramatik berbeda dengan analitik. Pelukisan secara dramatik pengarang tidak terlibat di dalam alur cerita. Si pengarang bisa menceritakan kisah berdasarkan pengamatan bukan tokoh utama. Karena cerita di atas menggunakan sudut pandang orang pertama pelaku utama (si pengarang terlibat dalam alaur) maka jawaban soal nomor 3 adalah D "Jalan pikiran tokoh.

Sunday 29 November 2020

Soal Pilihan Ganda Kompetensi Dasar 3.4 Menganalisis isi dan kebahasaan novel.

 Bacalah kedua kutipan teks berikut ini secara cermat!

Teks 1

Tak susah melukiskan sekolah kami, karena sekolah kami adalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan sekolah miskin di seantero negeri ini yang tidak disenggol sedikit saja oleh kambing yang senewen, bisa rubuh berantakan. Kami memiliki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD Muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiyah. Maka kami, sepuluh siswa baru ini bercokol selama sembilan tahun di sekolah yang sama dan kelas-kelas yang sama, bahkan susunan kawan sebangku pun tak berubah selama sembilan tahun SD dan SMP itu.

(Laskar Pelangi, Andrea Hirata)


Teks 2

Setelah aku diwisuda sebagai sarjana ilmu hukum, aku kemudian memilih pulang ke Rimbo Pematang. Aku membantu mengajar di SMA Rimbo Parit dengan status honorer, sekolah tempatku menyelesaikan sekolah dulu. Aku memegang mata pelajaran Tata Negara dan Sejarah. Seperti ketika sekolah dulu, aku bolak-balik dari rumah ke kota kecamatan tersebut; dari rumah jalan kaki beberapa ratus meter ke dermaga penyeberangan dengan perahu di pinggir sungai, kemudian melanjutkan perjalanan dengan transportasi darat ke Rimbo Parit. Begitu setiap hari pulang-pergi. 

(Nyanyi Sunyi dari Indragiri , Hary B Kori’un) 

Perbandingan sudut pandang yang digunakan dalam kedua teks di atas adalah ... 

A. Teks 1 menggunakan sudut pandang orang III, teks 2 menggunakan sudut pandang orang I 

B. Teks 1 menggunakan sudut pandang orang I, teks 2 menggunakan sudut pandang orang III 

C. Teks 1 menggunakan sudut pandang orang I, teks 2 menggunakan sudut pandang orang I 

D. Teks 1 menggunakan sudut pandang orang III, teks 2 menggunakan sudut pandang orang III 

E. Teks 1 menggunakan sudut pandang orang III jamak, teks 2 menggunakan sudut pandang orang III tunggal.


Jawaban: C

Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap jalannya suatu cerita dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. 

Teks 1 menggunakan sudut pandang orang pertama "kami". 

Tak susah melukiskan sekolah kami, karena sekolah kami adalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan sekolah miskin di seantero negeri ini yang tidak disenggol sedikit saja oleh kambing yang senewen, bisa rubuh berantakan. Kami memiliki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD Muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiyah. Maka kami, sepuluh siswa baru ini bercokol selama sembilan tahun di sekolah yang sama dan kelas-kelas yang sama, bahkan susunan kawan sebangku pun tak berubah selama sembilan tahun SD dan SMP itu.

Dari teks tersebut menunjukkan bahwa posisi pengarang seakan-akan terlibat di dalam cerita. Pengarang menceritakan dirinya ada di dalam cerita. Si Pengarang memposisikan dirinya sebagai tokoh "Kami".


Teks 2 menggunakan sudut pandang orang pertama "Aku". 

Setelah aku diwisuda sebagai sarjana ilmu hukum, aku kemudian memilih pulang ke Rimbo Pematang. Aku membantu mengajar di SMA Rimbo Parit dengan status honorer, sekolah tempatku menyelesaikan sekolah dulu. Aku memegang mata pelajaran Tata Negara dan Sejarah. Seperti ketika sekolah dulu, aku bolak-balik dari rumah ke kota kecamatan tersebut; dari rumah jalan kaki beberapa ratus meter ke dermaga penyeberangan dengan perahu di pinggir sungai, kemudian melanjutkan perjalanan dengan transportasi darat ke Rimbo Parit. Begitu setiap hari pulang-pergi. 


Dari teks tersebut menunjukkan bahwa posisi pengarang seakan-akan terlibat di dalam cerita. Pengarang menceritakan dirinya ada di dalam cerita. Si Pengarang memposisikan dirinya sebagai tokoh "Aku".

Thursday 26 November 2020

Menganalisis nilai moral teks hikayat

Bacalah kutipan hikayat berikut! 

Sebelum raja hindustan itu sediakala pekerjaanya pergi berburu juga maka  pada suatu hari raja hindustan itu sedang berburu, lalu bertemu dua ekor ular adapun ular yang betina itu terlalu baik rupanya; maka yang jantan sangat jahat rupanya. Maka pada hati baginda, “ bukan juga jodohnya ular itu karena yang jantan itu amat jahat rupanya  dan yang betina itu elok rupanya.”  maka dihunusnya pedangnya, lalu diparangkan kepada ular jantan itu. Maka ular jantan itu matilah. Maka ular betina itu pun putus ekornya sedikit. 

Nilai moral dalam kutipan tersebut yang masih dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah... 

A.  Marah melihat sesuatu yang tidak sesuai dalam pandangannya. 

B.  Menghukum yang berperilaku jahat. 

C.  Lebih mempercayai ular. 

D.  Melakukan perburuan dihutan tanpa mengenal batas. 

E.   Berlaku kasar kepada orang yang tidak disukai.

Jawaban soal di atas adalah B.

Sebelum saya terangkan mengapa saya menjawab opsi B, mari kita cermati apa makna nilai moral. Nilai moral adalah ajaran kesusilaan yang baik yang dapat ditarik dr suatu cerita. Selain itu nilai moral dapat juga bermakna adat istiadat yang baik dalam suatu cerita. 

Jawaban "A marah melihat sesuatu yang tidak sesuai dalam pandangan" adalah salah. Perilaku ini bukan suatu ajaran kesusilaan yang baik. Tidak baik berperilaku suka marah. 


Jawaban "C lebih mempercayai ular" adalah salah. Jawaban ini tidak sesuai dengan isi cerita hikayat di atas.


Jawaban "D melakukan perburuan di hutan tanpa mengenal batas" bukanlah nilai moral cerita. Melakukan perburuan di hutan bukanlah ajaran yang baik. Ini tidak layak ditiru. Bahkan ini sangat dilarang oleh pemerintah. Jadi jawaban "D melakukan perburuan di hutan tanpa mengenal batas" bukanlah nilai moral.

Jawaban "E berlaku kasar kepada orang yang tidak di sukai" bukanlah nilai moral. Berlaku kasar kepada orang lain bukanlah adat istiadat yang baik dan layak ditiru.


Jadi, jawaban soal di atas adalah "B menghukum yang berperilaku jahat." Perbuatan ini adalah perbuatan yang baik dan mulia.

Wednesday 25 November 2020

Menganalisis amanat suatu cerpen dan novel

 Bacalah nukilan cerpen "Anak Kebanggaan" karangan A.A. Navis berikut ini dengan cermat!

….tapi itu tak dapat dicapai dengan kenduri saja. Masa dan keadaanlah yang menentukan. Ompi yakin, masa itu pasti akan datang. Dan, ia menunggu dengan hati yang disabar-sabarkan. Pada suatu hari yang gilang gemilang, angan-angannya pasti merupa jadi kenyataan. Dia yakin itu bahwa Indra Budiman-nya akan mendapat nama tambahan dokter di muka namanya sekarang. Atau salah satu titel yang mentereng lainnya. Ketika Ompi mulai mengangankan nama dambaannya itu, diambilnya kertas dan potlot ditulisnya nama anak-anak, Dr. Indra Budiman. Dan Ompi merasa bahagia sekali. Ia yakinkan kepada para tetangganya akan cita-citanya yang pasti tercapai itu.

Amanat yang terkandung dalam penggalan prosa di atas adalah…. 

A. Janganlah terlalu yakin dengan angan-angan sendiri. 

B. Cita-cita orang tua akan tercapai kalau didukung oleh anaknya. 

C. Cita-cita pasti tercapai kalau dilandasi keyakinan akan keberhasilannya 

D. Hendaklah kita yakin dengan apa yang kita cita-citakan.

E. Asal kita yakin, pengaruh dari orang lain tak ada artinya. 

Jawaban soal di atas adalah A Janganlah terlalu yakin dengan angan-angan sendiri. Amanat adalah pesan yang ingin disampaiakan olah pengarang secara tersirat. Cara menganalisis amanat adalah sebagai berikut. Langkah ke-1 temukan masalah yang terjadi di dalam cerpen "Anak Kebanggaan" karangan A.A. Navis. Masalah yang terjadi di cerpen "Anak Kebanggaan" karangan A.A. Navis adalah seorang orang tua yang terlalu berharap dengan anaknya. Sebaiknya kita sebagai orang tua jangan membanggakan anak di depan orang lain atau tetangga. 

"Ia yakinkan kepada para tetangganya akan cita-citanya yang pasti tercapai itu."


Sikap membanggakan diri ke orang lain adalah sikap yang sombong dan tidak terpuji. Dalam cerpen "Anak Kebanggaan" menceritakan kehidupan orang tua yang terlalu membangga-banggakan anaknya. Orang tua tersebut kadang berlaku keterlaluan dan menyinggung tetangga-tetangganya. Ia menceritakan bahwa anaknya adalah anak yang hebat. Anak yang akan menjadi dokter. Kalau bertemu dengan gadis tetangga, si orang tua itu menghina tetangganya. Ini menunjukan bahwa ada masalah pada diri orang tua yang sombong tadi. Orang tua itu terlalu yakin dengan angan-angan sendiri. Jadi jawaban soal di atas adalah A Jangan terlalu yakin dengan angan-angan sendiri.

Cerpen Anak Kebanggaan Karya A.A. Navis

Semua orang, tua-muda, besar-kecil, memanggilnya Ompi. Hatinya akan kecil bila dipanggil lain. Dan semua orang tak hendak mengecilkan hati orang tua itu.

Di waktu mudanya Ompi menjadi klerk di kantor Residen.
Maka sempatlah ia mengumpulkan harta yang lumayan banyaknya.
Semenjak istrinya meninggal dua belas tahun berselang, perhatiannya tertumpah kepada anak tunggalnya, laki-laki.

Mula-mula si anak di namainya Edward. Tapi karena raja Inggris itu turun takhta
karena perempuan, ditukarnya nama Edward jadi Ismail. Sesuai dengan nama raja Mesir yang pertama. Ketika tersiar pula kabar, bahwa ada seorang Ismail terhukum
karena maling dan membunuh, Ompi naik pitam.Nama anaknya seolah ikut tercemar
Dan ia merasa terhina. Dan pada suatu hari yang terpilih menurut kepercayaan orangtua-tua, yakin ketika bulan sedang mengambang naik,Ompi mengadakan kenduri.

Maka jadilah Ismail menjadi Indra Budiman. Namun si anak ketagihan dengan nama
yang dicarinya sendiri, Eddy.
Ompi jadi jengkel. Tapi karena sayang sama anak, ia terima juga nama itu, asal ditambah di belakangnya dengan Indra Budiman itu. Tak beralih lagi. Namun dalam hati Ompi masih mengangankan suatu tambahan nama lagi di muka nama anaknya yang sekarang.

Calon dari nama tambahan itu banyak sekali. Dan salah satunya harus dicapai tanpa peduli kekayaan akan punah. Tapi itu tak dapat dicapai dengan kenduri saja. Masa dan keadaanlah yang menentukan. Ompi yakin, masa itu pasti akan datang.
Dan ia menunggu dengan hati yang disabar-sabarkan. Pada suatu hari yang gilang
gemilang, angan-angannya pasti menjadi kenyataan.

Dia yakin itu, bahwa Indra Budimannya akan mendapat nama tambahan dokter dimuka namanya sekarang. Atau salah satu titel yang mentereng lainnya.
Ketika Ompi mulai mengangankan nama tambahan itu, diambilnya kertas dan potlot. Di tulisnya nama anaknya, dr. Indra Budiman. Dan Ompi merasa bahagia sekali. Ia yakinkan kepada para tetangganya akan cita-citanya yang pasti tercapai itu.

"Ah, aku lebih merasa berduka cita lagi, karena belum sanggup menghindarkan
kemalangan ini. Coba kalau anakku, Indra Budiman, sudah jadi dokter, si mati ini akan pasti dapat tertolong," katanya bila ada orang meninggal setelah lama
menderita sakit.

Dan kalau Ompi melihat ada orang membuat rumah, lalu ia berkata, "Ah sayang.
Rumah-rumah orang kita masih kuno arsitekturnya. Coba kalau anakku, Indra Budiman, sudah menjadi insinyur, pastilah ia akan membantu mereka membuat rumah yang lebih indah."

Semenjak Indra Budiman berangkat ke Jakarta, Ompi bertambah yakin, bahwa setahun demi setahun segala cita-citanya pasti tercapai. Dan benarlah. Ternyata setiap semester Indra Budiman mengirim rapor sekolahnya dengan angka-angka yang baik sekali. Dan setiap tahun ia naik kelas. Hanya dalam tempo dua tahun, Indra Budiman menamatkan pelajarannya di SMA seraya mengantungi ijazah yang berangka baik.


Ketika Ompi membaca surat anaknya yang memberitakan kemajuannya itu, air mata
Ompi berlinang kegembiraan. "Ah, Anakku," katanya pada diri sendiri, "Aku bangga,
Anakku. Baik engkau jadi dokter. Karena orang lebih banyak memerlukanmu.Dengan begitu kau disegani orang. Oooo, perkara uang? tak Mengapa tiga ribu, lima ribu akan kukirim, Anakku. Mengapa tidak?"

Dan semenjak itu Ompi kurang punya kesabaran oleh kelambatan jalan hari. Seperti
calon pengantin yang sedang menunggu hari perkawinan. Tapi semua orang tahu,
bahkan tidak menjadi rahasia lagi bahwa cita-cita Ompi hanyalah akan menjadi mimpisemata. Namun orang harus bagaimana mengatakannya, kalau orang tua itu tak hendak percaya. Malah ia memaki dan menuduh semua manusia iri hati akan kemajuan yang di capai anaknya. Dan segera ia mengirim uang lebih banyak, tanpa memikirkan segala akibatnya. Dan itu hanya semata untuk menantang omongan yang membusukkan nama baik anaknya.

"Sekarang kau diomongi orang-orang yang busuk mulut, Anakku. Tapi ayah mengerti,kalau mereka memfitnahmu itu karena mereka iri pada hidupmu yang mentereng.Cepat-cepatlah kau jadi dokter, biar kita sumpal mulut mereka yang jahat itu," tulisnya dalam sepucuk surat.

Dan akhirnya orang jadi kasihan pada Ompi. Tak seorang pun lagi membicarakan Indra Budiman padanya. Malah sebaliknya kini, semua orang seolah sepakat saja untuk memuji-muji
.
"Ooo, anak Ompi itu. Bukan main dia. Kalau tidak ke sekolah, tentu menghafal di
rumah," kata seseorang yang baru pulang dari Jakarta menjawab tanya Ompi.

"Ke sekolah? Kenapa ke sekolah dia?" Ompi merasa tersinggung. "Kalau studen tidak menghafal, tahu? Tapi budi. Tidak ke sekolah. Tapi kuliah."
"O, ya, ya, Ompi. Itulah yang kumaksud." "Aku sudah kira Indra Budiman, anakku anak baik. Ia pasti berhasil. Aku bangga sekali.”Ah, kau datanglah ke rumahku makan siang. Aku potong ayam." Dan oleh perantau pulang lainnya dikatakan kepada Ompi. "Siapa yang tak kenal dia. Indra Budiman. Seluruh Jakarta kenal. Seluruh gadis mengharap cintanya." Lalu Ompi geleng-geleng kepala dengan senyumnya. "Bukan main. Bukan main. Indra Budiman anakku itu. Ia memang anak
tampan. Perempuan mana yang tak tergila-gila kepadanya. “Ha ha ha. Ah, datanglah kau ke rumahku nanti. Ada oleh-oleh buatmu."

Kemudian kalau Ompi ketemu gadis cantik yang di kenalnya, ditegurnya: "Hai,
kaukenal anakku, studen dokter itu, bukan? Nanti kalau ia pulang, aku perkenalkan
padamu. Biar kau dipinangnya. Ha ha ha."Si gadis tentu saja merah mukanya, karena merasa tersinggung. Tapi menurut Ompi,muka merah itu karena malu tersipu. Dan ia jadi tambah gembira.

Akan tetapi ketika Ompi tahu Indra bakal kawin, dia dapat ilham baru.Dia pun merasa pula, bahwa Indra Budiman sudah patut di tunangkan. Dan pada sangkanya, tentu Indra Budiman akan gembira dan bertambah rajin menuntut ilmu, sebagai imbangan budi baik ayahnya yang tak pernah melupakan segala kebutuhan anaknya. Dan diharapkannya pula kedatangan orang-orang meminang Indra Budimannya. Karena di kampung kami pihak perempuanlah yang datang meminang. Sudah tentu harapan Ompi tinggal harapan saja. Tapi Ompi tak mau mengerti. Sikap keangkuhannya mudah tersinggung. Dan bencinya bukan kepalang kepada orang-orang tua yang mempunyai anak gadis cantik.

Bahkan bukan kepalang meradangnya Ompi, jika ia tahu orang-orang mengawinkan anak gadisnya yang cantik tanpa mempedulikan Indra Budiman lebih dulu.
Tak masukakal, orang-orang tak menginginkan anaknya, si calon dokter
itu.

Lama-lama rasa dendamnya pada mereka bagai membara. "Awaslah nanti. Kalau
Indra Budimanku sudah menjadi dokter, akan kuludahi mukamu semua. Sombong."
Kepada Indra Budiman tak dikatakannya kemarahannya itu. Malah sebaliknya.
Dikatakannya, banyak sudah orang yang punya gadis cantik datang meminang.
Tapi semua telah ditolak. Karena menurut keyakinannya, Indra Budimannya lebih
mementingkan studi daripada perempuan. Apalagi seorang studen dokter tentu takkan mau dengan gadis kampungan yang kolot lagi. "Pilihlah saja gadis di Jakarta, Anakku.Gadis yang sederajat dengan titelmu kelak," penutup suratnya.

Celakanya Indra Budiman yang selama ini menyangka bahwa tak mungkin ia dimaui
oleh orang kampungnya, lantas jadi membalik pikirannya. Ia jadi sungguh percaya,
bahwa sudah banyak orang yang datang melamarnya. Tak teringat olehnya, bahwa
bohongnya kepada ayahnya selama ini sudah diketahui oleh orang kampungnya. Lupa ia bahwa semua mata orang kampungnya yang tinggal di Jakarta selalu saja
mempercermin hidupnya yang bejat. Sejak itu berubahlah letak panggung sandiwara.

Jika dulu si anak yang berbohong, si ayah yang percaya, maka kini si ayah yang
menipu, si anak yang percaya. Lalu si anak mengharapkan kepada ayahnya supaya
dikirimi foto-foto gadis yang dicalonkan.Untuk membuktikan kebenaran suratnya, Ompi mengirimkan foto gadis yang kebetulan ada padanya. Tidak peduli ia, apa foto itu gambar dari gadis yang sudah kawin atau bertunangan. Bahkan juga tidak peduli ia apa gadis itu sudah meninggal. Ia kirim terus dengan harapan semoga anaknya tidak berkenan. Dan alangkah gembiranya Ompi, andaikata tidak ada sebuah pun dari foto-foto itu yang berkenan di hati anaknya.

Disamping itu ia sadar juga, bahwa kepalsuan sandiwaranya sudah tentu akan berakhir juga pada suatu masa. Anaknya pasti lama-lama tahu dan dengan begitu akan timbul kesulitan lain yang tak mudah di selesaikan.

Tapi rupanya Tuhan mengasihi ayah yang sayang kepada anaknya. Persis ketika Ompi kehabisan foto para gadis itu, dengan tiba-tiba saja surat Indra Budiman tak datang lagi. Antara rusuh dan lega, Ompi gelisah juga menanti surat dari anaknya. Layaknya macan lapar yang terkurung menunggu orang memberikan daging. lama menunggu,dikiriminya surat. Ditunggunya beberapa hari. Tapi tak datang balasan. Dikiriminya lagi. Ditunggunya. Juga tak terbalas. Dikirim. Ditunggu. Selalu tak berbalas.

Bulan datang, bulan pergi, Ompi tinggal menunggu terus. Pada suatu hari yang tak baik, di kala Ompi sudah mulai putus asa, datanglah Pak Pos dengan di tangannya segenggam surat. Maka darah Ompi kencang berdebar. Gemetar karena ia bahagia. Tetapi alangkah remuknya hati orang tua itu, karena ternyata pengantar surat itu Cuma mengantarkan semua surat-suratnya yang dikembalikan. Ia
tak percaya bahwa surat-suratnya itu kembali. Ia seperti merasa bermimpi dan
tubuhnya serasa seringan kapas yang melayang di tiup angin. Dibalik-baliknya surat itu berulang kali. Lalu di bukanya dan dibacanya satu persatu. Dan tahulah ia,bahwa
semuanya memang surat untuk anaknya yang ia kirimkan dulu. Tapi ia tak meyakininya dengan sungguh-sungguh. Malah ia coba meyakinkan dirinya sendiri, bahwa ia sedang bermimpi. Dan berdoalah ia kepada Tuhan, agar apa yang terjadi adalah memang mimpi
.
Semenjak itu segalanya jadi tak baik. Ia jatuh sakit, bahkan sampai mengigau. Dan oleh selera makannya yang patah, Ompi bertambah menderita jua. Lahir dan batin. Kini dalam hidupnya hanya satu hal yang dinantikannya. Yaitu surat. Surat dari anaknya,Indra Budimannya. Seluruh hidupnya bagai jadi meredup seperti lampu kemersikan sumbu. Dan ia telentang di ranjangnya, enggan bergerak. Tapi matanya selalu lebar terbuka memandang langit-langit kelambu. Mata itu kian hari semakin jadi besar tampaknya oleh badannya yang kian mengurus. Tapi mata yang lebar itu tiada cemerlang.

Redup, Akan tetapi setiap sore, diantara jam empat dan jam lima, Ompi kelihatan seperti orang sakit yang bakal sembuh. Dan ia sanggup berdiri dan melangkah ke pintu depan. Dan cahaya matanya kembali bersinar-sinar. Karena pada jam itu biasanya Pak Pos biasanya mengantarkan surat-surat ke alamatnya masing-masing. Tapi saat-saat seperti itu, yang membiarkan masa bahagia dan harapan, adalah juga masa yang menambah dalam luka hatinya, hingga lebih meroyak.
Sebab selamanya Pak Pos itu tak mampir lagi membawakan surat dari Indra Budiman.
Dan kalau Pak Pos itu telah lewat tanpa singgah, reduplah lagi mata Ompi.
Namun kemalangan itu bertambah lagi. Yaitu ketika Ompi jatuh terduduk. Lama orang baru tahu dan memapahnya ke ranjangnya di kamar. Ompi jadi lumpuh dan habislah sejarah Ompi menanti di ambang pintu setiap sore. Ia kini menanti dengan telentang di ranjangnya. Sebuah kaca disuruhnya supaya di pasang pada dinding yang dapat memberi pantulan ke ambang pintu depan, sehingga ia akan serta-merta dapat melihat Pak Pos mengantarkan surat Indra Budiman. Dan semenjak itu, pada setiap jam empat hingga jam lima sore, matanya akan menatap ke kaca itu. Hanya di waktu itu saja.

Sedangkan di waktu lain Ompi seolah tak peduli pada segalanya. Kami tak pernah lagi memanggil dokter setelah tiga kali ia datang. Karena kedatangan
dokter hanya akan memperdalam luka hatinya saja. Kehadiran dokter itu menimbulkan risau hatinya karena ingat pada Indra Budiman yang bakal jadi dokter, tapi tak pernah lagi mengiriminya surat. Kedatangan seorang dokter di pandangnya sebagai suatu sindiran, bahwa anaknya masih juga belum berhasil menjadikan cita-
citanya tercapai.

Ketika terakhir aku menemui dokter yang sudah enggan datang,dokter hanya menggelengkan kepala saja. "Aku tak mampu mengobatinya lagi. Carilah dokter lain
saja. Atau bawa ia ke rumah sakit. Kalau semua tak mungkin, jangan tinggalkan dia
sendirian. Bila perlu, meski dengan resiko besar, bangunkanlah kembali mahligai angan-angannya."

Semenjak itu, berganti-ganti orang aku menyediakan diriku selalu dekat Ompi. Aku
sadar, bahwa tiada harapan lagi buatnya hidup lebih lama. Itulah sebabnya tak kusampaikan kepadanya bahwa hari perkawinanku sudah berlangsung. Karena aku
takut berita itu akan menambah dalam penderitaannya. Di samping itu secara samar-samar aku elus terus harapannya yang indah bila Indra Budiman kembali. Kukarang cerita masa lalu dan angan-angan masa depan yang menyenangkan. Kuceritakan dengan hati yang kecut.
.
Aku pun tahu, tidak ada gunanya semua. Hanya satu yang dikehendakinya. Surat dari Indra Budiman. Surat yang mengatakan bahwa ia sudah lulus dan telah mendapat titel dokterya. Kadang-kadang terniat olehku hendak menulis sendiri surat itu. Tapi aku selamanya bimbang, malahan takut, kalau-kalau permainan itu akan berakibat yang lebih fatal. Maka tak pernah aku coba menulisnya.

Pada suatu hari terjadilah apa yang kuduga bakal terjadi. Tapi tak kuharapkan
berlangsungnya. Kulihat Pak Pos memasuki halaman rumah Ompi. Hari waktu itu jam sebelas siang. Aku tahu itu pastilah bukan surat yang dibawanya. Melainkan sepucuk telegram. Dan pada telegram itu pastilah bertengger saat-saat kritis sekali. Tergesa-gesa aku menyongsong Pak Pos itu ke ambang pintu. Maksudku hendak membuka telegram itu untuk mengetahui isinya lebih dulu. Dan jika perlu akan kuubah isinya. Agar terelakkan saat-saat yang menyeramkan. Akan tetapi semua kejadian datang dengan serba tiba-tiba. Hingga gagallah recanaku.

Tak sempat aku membuka surat itu. Karena di luar segala dugaanku, Ompi yang sudah lumpuh selama ini, telah berada saja di belakangku. Sesaat ketika aku menerima dan menandatangani resi telegram itu. Gemetar kaki Ompi mendukung tubuhnya yang kisut. Tangannya berpegang pada sandaran kursi. Dan aku kehilangan kepercayaan pada pandangan mataku sendiri.

Kekuatan apakah yang menyebabkan Ompi bisa berdiri dan bahkan berjalan itu. Aku tak tahu."Bukalah. Bacakan segera isinya." Ompi berkata seperti ia memerintah orang-orang di waktu mudanyadulu.

Aku sobek sampul yang kuning muda itu dengan tangan yang menggigil. Sekilas saja tahulah aku, bahwa saat yang paling kritis sudah sampai di puncaknya.
Indra Budiman dikabarkan sudah meninggal.

"Telegram dari anakku? Apa katanya? Pulangkah dia membawa titel dokternya?" Ompi bertanya dengan suara yang mendesis tapi terburu-buru berdesakan keluar.
Tak tahulah aku, apa yang harus kukatakan. Dan kuharapkan sebuah keajaiban yang diberikan Tuhan untuk membebaskan aku dari siksa ini. Tapi keajaiban tidak juga datang. Aku mengangguk. Sedang dalam hatiku berteriak, terjadilah apa yang akan terjadi.

Ompi terduduk di kursi. Matanya cemerlang memandang. Tangannya diulurkannya
kepadaku meminta telegram itu. Aku merasa ngeri memberikannya. Tapi aku tak bisa berbuat lain. Telegram itu kusodorkan ke tangannya. Telegram itu digenggamnya erat. Lalu didekapkan ke dadanya. "Datang juga apa yang kunantikan," katanya Sepi begitu menekan, sehingga aku dapat mendengar denyut jantungku sendiri. "Ah, tidak. Aku takkan membaca telegram ini. Aku takut kegembiraanku akan meledakkan hatiku. Kaubacakan buatku. Bacakan pelan-pelan. Biar sepatah demi sepatah bisa menjalari segala saraf sarafku," kata Ompi dengan terputus-putus.

Dalam kegugupan kususun sebuah taruhan jiwa dan sesalam bagi selama hidupku. Akan kukarang kisah yang menyenangkan hatinya. Tapi telegram itu tak diberikannya padaku. Masih terletak pada dekapan dadanya. Sedangkan bibirnya membariskan senyum, serta matanya menyinarkan cahaya yang cemerlang.

"Tak usah dibacakan. Takkan sanggup aku mendengarnya. Aku akan mati lemas oleh kebahagiaan yang datang bergulung ini. Aku mau sehat. Mau kuat dulu. Sehingga ledakan kegembiraan ini tak membunuhku. Panggilkan dokter. Panggilkan. Biar aku jadi segar bugar pada waktu anakku, Dokter Indra Budiman, datang. Pergilah. Panggilkan dokter," kata Ompi dengan gembira.

Dan telegram itu dibawa ke bibirnya. Diciumnya dengan mesra. Lama diciumnya seraya matanya memicing. Selama tangannya sampai terkulai dan matanya terbuka setelah kehilangan cahaya. Dan telegram itu jatuh dan terkapar di pangkuannya.

Soal bahasa Indonesia Kompetensi Dasar/ KD 3.3 Mengevaluasi teks anekdot dari aspek makna tersirat.

 Soal bahasa Indonesia Kompetensi Dasar/ KD 3.3 Mengevaluasi teks anekdot dari aspek makna tersirat.

Bacalah teks berikut ini secara cermat!

1)Pada puncak pengadilan korupsi politik, Jaksa penuntut umum menyerang  saski. 2)“Apakah benar,” teriak Jaksa, “bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk  berkompromi dalam kasus ini?” 3) Saksi menatap keluar jendela seolah-olah tidak mendengar pertanyaan. 4) “Bukankah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?” ulang pengacara. 5)  Saksi malah tidak menanggapi. 6)  Akhirnya, hakim berkata, “Pak, tolong jawab pertanyaan Jaksa.” 7)  “Oh, maaf.” 8) Saksi terkejut sambil berkata kepada hakim, “Saya pikir dia tadi berbicara dengan Anda.” 

1. Unsur kebahasaan teks anekdot yang merupakan penggunaan kalimat seru pada teks tersebut adalah kalimat nomor…. 

A. 2                          B. 4                         C. 6                            D. 7                         E. 8 

kunci: D

Salah satu unsur kebahasaan teks anekdot adalah kalimat seru atau interjeksi. Kalimat seru atau interjeksi ada pada kalimat nomor (7) "Oh, maaf."



2. Struktur teks anekdot yang merupakan krisis pada teks tersebut adalah kalimat nomor …. 

A. 2                          B. 4                           C. 5                          D. 6                          E. 8

Kunci: B

Krisis anekdot adalah peristiwa yang menjadi sebab terjadi masalah. Krisis anekdot tersebut ada pada kalimat nomor 4) “Bukankah benar bahwa Anda menerima lima ribu dolar untuk berkompromi dalam kasus ini?” ulang pengacara.

Tuesday 24 November 2020

soal bahasa Indonesia KD 3.1 Menganalisis isi dan aspek kebahasaan dari minimal dua teks laporan hasil observasi.

 Bacalah teks berikut ini secara cermat!

Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet Iain.(1) Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi.(2) Air 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil2) tersedia di Bumi.(3)Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air; dan lautan es.(4)Air dalam objek-objek tersebut bergerak; mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. (5)

5. Kalimat simpleks dalam paragraf tersebut terdapat pada kalimat nomor …

A. 1 dan 2

B. 2 dan 3 

C. 3 dan 4

D. 4 dan 5

E. 1 dan 5


Kunci jawaban B

Kalimat simpleks adalah sama pengertiannya dengan kalimat tunggal atau sederhana. Dalam kalimat ini terdapat hanya satu kata kerja aksi. 

Berikut penjelasan dari saya.

Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi, tetapi tidak di planet Iain.(1) Kalimat tersebut adalah kalimat kompleks. Karena  menggunakan lebih dari satu kata kerja aksi.

Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi.(2) Kalimat tersebut adalah kalimat simpleks karena hanya terdapat 1 kata kerja aksi.


Air 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil2) tersedia di Bumi.(3) Kalimat tersebut adalah kalimat simpleks karena hanya terdapat 1 kata kerja aksi.



Air sebagian besar terdapat di laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air; dan lautan es.(4)Kalimat tersebut adalah kalimat kompleks. Karena  menggunakan lebih dari satu kata kerja aksi.

Air dalam objek-objek tersebut bergerak; mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. (5) Kalimat tersebut adalah kalimat kompleks. Karena  menggunakan lebih dari satu kata kerja aksi.

Monday 23 November 2020

Kumpulan soal Menemukan makna tersirat teks anekdot

Menemukan makna tersirat teks anekdot

Bacalah teks anekdot berikut ini secara cermat!

Seorang dosen Fakultas Hukum sedang memberi kuliah Hukum Pidana. Saat tiba sesi tanya jawab si Lia bertanya pada dosen, ”Apa kepanjangan dari KUHP,Pak?” Lalu dosen tidak menjawab sendiri, tetapi dilemparkannya pada si Ahmad. “Saudara Ahmad, coba bantu saya untuk menjawab pertanyaan saudara Lia!” pinta beliau. Dengan tegas si Ahmad menjawab, “Kasih Uang Habis Perkara, Pak!” tegasnya. Mahasiswa lain tentu tertawa, sedang pak dosen geleng-geleng kepala, seraya menambahkan pertanyaan pada si Ahmad, “Saudara Ahmad, darimana Saudara tahu jawaban itu?” Dasar si Ahmad, pertanyaan tersebut dijawabnya pula dengan tegas, “Peribahasa Inggris mengatakan ‘Pengalaman adalah guru yang terbaik’ begitu, Pak!” Seisi kelas tertawa. Lalu tawa mereda dan kelas kembali tenang.


1. Kelucuan teks anekdot terdapat pada bagian... 

A. Saat Ahmad memplesetkan KUHP menjadi Kasih Uang Habis Perkara 

B. Dosen sedang memberi kuliah hukum pidana 

C. Sesi tanya jawab antara mahasiswa dan dosen 

D. Para mahasiswa tertawa mendengar jawaban Ahmad 

E. Para mahasiswa menertawakan keluguan Ahmad menjawa pertanyaan dosen.

Jawaban: A

Kelucuan teks anekdot tersebut ada pada saat Ahmad memplesetkan KUHP menjadi hasih uang habis perkara. Buktinya, saat Ahmad ditanya dosen apa kepanjangan dari singkatan KUHP, dia menjawab kasih uang habis perkara, teman-teman sekelas pada tertawa. Ini bukti bahwa kalimat tersebut lucu.


2. Makna tersirat pada teks anekdot tersebut adalah... 

A. Menjelaskan kepanjangan KUHP sebenarnya adalah Kitab Undang Hukum Pidana. 

B. Mengkritik bapak dosen yang sedang memberikan kuliah hukum pidana. 

C. Menyindir kepada oknum penegak hukum yang mau disuap. 

D. Peribahasa Inggris mengatakan pengalaman adalah guru terbaik. 

E. Menyindir Lia yang bertanya kepanjangan KUHP.

Jawaban: C

Isi teks anekdot di atas adalah menyindir kepada oknum penegak hukum yang mau disuap. Teks anekdot di atas tidak menjelaskan kepanjangan KUHP sebenarnya yang ada di dalam Kitab Undang Hukum Pidana,juga tidak mengkritik bapak dosen, juga tidak menyindir lia. Untuk jawaban D "Peribahasa Inggris mengatakan pengalaman adalah guru terbaik" juga salah, karena kalimat tersebut bukanlah hal yang penting dalam cerita di atas. Inti dari cerita di atas adalah menyindir oknum penegak hukum yang mau disuap dengan uang "Kasih Uang Habis Perkara".

Menemukan Makna Tersirat pada suatu Anekdot

 Menemukan makna tersirat pada teks anekdot

Cermatilah gambar berikut ini!


Makna yang tersirat berdasarkan gambar tersebut adalah...

A. Hukum di negeri ini sudah adil

B. Banyak koruptor yang menyuap dengan sejumlah uang demi diringankan kasusnya

C. Dengan uang, kasus menjadi ringan.

D. Vonis hukuman yang dijatuhkan tidak sebanding dengan apa yang diperbuat.

E. Hakim sudah berlaku adil bagi koruptor.


Makna tersirat adalah makna implisit. Makna tersirat adalah makna suatu wacana secara tersembunyi/ dan tidak dinyatakan secara jelas. Dari gambar di atas kita dapat menyaksikan dua orang. Orang yang pertama adalah koruptor yang membawa uang, orang yang ke-2 adalah seseorang yang dirantai tangannya sambil tersenyum. Dia kelihatan senang karena beban rantai yang berat dapat diimbangi dengan uang. Ini menunjukkan bahwa, koruptor yang memegang uang banyak, dapat meringankan kasus yang terjadi. Jadi, jawaban yang paling sesuai adalah B.

Sunday 22 November 2020

kumpulan soal KD 3.1 Menganalisis isi dan aspek kebahasaan dari minimal dua teks laporan hasil observasi.

kumpulan soal KD 3.1 Menganalisis isi dan aspek kebahasaan dari minimal dua teks laporan hasil observasi.

Bacalah 2 kutipan teks laporan hasil observasi berikut dengan saksama! 

 

Teks ke- 1

 

       Buah pepaya berbentuk oval, berkulit halus, dan berwarna jingga kehijauan. Buah ini dikenal banyak mengandung vitamin C juga memiliki kandungan zat antioksidan yang baik. Kandungan vitamin C dan karoten dalam pepaya dapat mencegah dan menyembuhkan beberapa jenis penyakit kanker, misalnya kanker paru-paru, kanker kolon, dan kanker payudara. Kandungan serat buah pepaya juga halus, sehingga baik dikonsumsi oleh kalangan balita sampai usia lanjut.

 

Teks ke-2

 

     Sirsak adalah salah satu buah ajaib yang banyak dimanfaatkan untuk menyembuhkan kanker. Hasil riset beberapa universitas itu membuktikan jika pohon ajaib dan buahnya ini bisa menyerang sel kanker dengan aman dan efektif secara alami, tanpa rasa mual, berat badan turun, rambut rontok, seperti yang terjadi pada terapi kemo. Terutama daun sirsak memiliki daya kerja memperlambat pertumbuhan sel kanker 10.000 kali lebih kuat dibandingkan dengan adriamycin dan terapi kemo yang biasa digunakan. 

 

1.       Persaaman isi teks laporan hasil observasi di atas adalah ...

A.   Kedua teks tersebut menjelaskan manfaat buah dapat mengobati penyakit kanker.

B.   Kedua teks teks menjelaskan ciri-ciri buah.

C.   Kedua teks tersebut menjelaskan kandungan gizi yang terdapat dalam buah.

D.   Kedua teks tersebut menginformasikan zat antioksidan yang dapat mencegah kanker.

E.    Kedua teks tersebut menjelaskan daya kerja kandungan zat dalam buah  

 

Jawab: A

Pembahasan:

Persamaan kedua teks bacaan tersebut sama-sama membahas manfaat buah yang dapat untuk mengobati penyakit kanker.

 

 

2.       Kalimat pertama yang digunakan dalam kedua teks di atas memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut adalah ....

A.   Kalimat pertama pada teks ke-1 berupa kalimat definisi sedangkan pada teks ke-2 berupa kalimat deskripsi.

B.   Kalimat pertama pada teks ke-1 berupa kalimat definisi sedangkan pada teks ke-2 berupa kalimat kompleks.

C.   Kalimat pertama pada teks ke-1 berupa kalimat deskripsi sedangkan pada teks ke-2 berupa kalimat definisi.

D.   Kalimat pertama pada teks ke-1 berupa kalimat deskripsi sedangkan pada teks ke-2 berupa kalimat simpleks.

E.    Kalimat pertama pada teks ke-1 berupa kalimat simpleks sedangkan pada teks ke-2 berupa kalimat kompleks

 

Jawab: C

Pembahasan:

Kalimat 1 teks ke-1 “Buah pepaya berbentuk oval, berkulit halus, dan berwarna jingga kehijauan.”

Kalimat tersebut adalah kalimat deskriptif. Mengapa deskriptif, karena dalam kalimat tersebut dijelaskan bentuk buah papaya, keadaan kulit buah papaya yang halus, keadaan kulit buah papaya yang berwarna jingga kehijauan. Dari penjelasan tersebut maka kita diajak untuk membayangkan bentuk buah pepaya. Dari penjelasan kalimat pertama tersebut kita dapat informasi selengkap-lengkapnya tentang buah papaya. Apa itu? Bentuknya, warnanya, kandungannya. Wacana yang di dalamnya terdapat informasi/ keadaan suatu benda sejelas-jelasnya, pembaca seolah-olah diajak untuk berimajinasi visual/ penglihatan, imajinasi perabaan, atau mungkin diajak untuk berimajinasi yang lain, itulah yang disebut wacana desripsi.

 

Kalimat 1 teks ke-2 adalah kalimat definisi. Kalimat definisi kalimat definisi merupakan kalimat yang terdiri atas susunan kata-kata yang menjelaskan tentang sesuatu hal yang khusus secara terperinci mengenai identitas, keterangan, makna, dan sifat yang nantinya akan menjadi sesuatu yang umum untuk diketahui. Dalam kalimat definisi biasanya digunakan kata ‘adalah’, ‘yaitu’, ‘merupakan’, dan lainnya, yang mengarah kepada arti penjelasan.

Jadi kunci jawaban soal di atas adalah C kalimat pertama pada teks ke-1 berupa kalimat deskripsi sedangkan pada teks ke-2 berupa kalimat definisi.