Bacalah kedua kutipan teks berikut ini secara cermat!
Teks 1
Tak susah melukiskan sekolah kami, karena sekolah kami adalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan sekolah miskin di seantero negeri ini yang tidak disenggol sedikit saja oleh kambing yang senewen, bisa rubuh berantakan. Kami memiliki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD Muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiyah. Maka kami, sepuluh siswa baru ini bercokol selama sembilan tahun di sekolah yang sama dan kelas-kelas yang sama, bahkan susunan kawan sebangku pun tak berubah selama sembilan tahun SD dan SMP itu.
(Laskar Pelangi, Andrea Hirata)
Teks 2
Setelah aku diwisuda sebagai sarjana ilmu hukum, aku kemudian memilih pulang ke Rimbo Pematang. Aku membantu mengajar di SMA Rimbo Parit dengan status honorer, sekolah tempatku menyelesaikan sekolah dulu. Aku memegang mata pelajaran Tata Negara dan Sejarah. Seperti ketika sekolah dulu, aku bolak-balik dari rumah ke kota kecamatan tersebut; dari rumah jalan kaki beberapa ratus meter ke dermaga penyeberangan dengan perahu di pinggir sungai, kemudian melanjutkan perjalanan dengan transportasi darat ke Rimbo Parit. Begitu setiap hari pulang-pergi.
(Nyanyi Sunyi dari Indragiri , Hary B Kori’un)
Perbandingan sudut pandang yang digunakan dalam kedua teks di atas adalah ...
A. Teks 1 menggunakan sudut pandang orang III, teks 2 menggunakan sudut pandang orang I
B. Teks 1 menggunakan sudut pandang orang I, teks 2 menggunakan sudut pandang orang III
C. Teks 1 menggunakan sudut pandang orang I, teks 2 menggunakan sudut pandang orang I
D. Teks 1 menggunakan sudut pandang orang III, teks 2 menggunakan sudut pandang orang III
E. Teks 1 menggunakan sudut pandang orang III jamak, teks 2 menggunakan sudut pandang orang III tunggal.
Jawaban: C
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap jalannya suatu cerita dari sudut mana pengarang memandang ceritanya.
Teks 1 menggunakan sudut pandang orang pertama "kami".
Tak susah melukiskan sekolah kami, karena sekolah kami adalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan sekolah miskin di seantero negeri ini yang tidak disenggol sedikit saja oleh kambing yang senewen, bisa rubuh berantakan. Kami memiliki enam kelas kecil-kecil, pagi untuk SD Muhammadiyah dan sore untuk SMP Muhammadiyah. Maka kami, sepuluh siswa baru ini bercokol selama sembilan tahun di sekolah yang sama dan kelas-kelas yang sama, bahkan susunan kawan sebangku pun tak berubah selama sembilan tahun SD dan SMP itu.
Dari teks tersebut menunjukkan bahwa posisi pengarang seakan-akan terlibat di dalam cerita. Pengarang menceritakan dirinya ada di dalam cerita. Si Pengarang memposisikan dirinya sebagai tokoh "Kami".
Teks 2 menggunakan sudut pandang orang pertama "Aku".
Setelah aku diwisuda sebagai sarjana ilmu hukum, aku kemudian memilih pulang ke Rimbo Pematang. Aku membantu mengajar di SMA Rimbo Parit dengan status honorer, sekolah tempatku menyelesaikan sekolah dulu. Aku memegang mata pelajaran Tata Negara dan Sejarah. Seperti ketika sekolah dulu, aku bolak-balik dari rumah ke kota kecamatan tersebut; dari rumah jalan kaki beberapa ratus meter ke dermaga penyeberangan dengan perahu di pinggir sungai, kemudian melanjutkan perjalanan dengan transportasi darat ke Rimbo Parit. Begitu setiap hari pulang-pergi.
Dari teks tersebut menunjukkan bahwa posisi pengarang seakan-akan terlibat di dalam cerita. Pengarang menceritakan dirinya ada di dalam cerita. Si Pengarang memposisikan dirinya sebagai tokoh "Aku".
No comments:
Post a Comment